Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

panci.gosongAvatar border
TS
panci.gosong
Kisah Arwah Pendaki Gunung Semeru


Hari mulai menggelap, derap langkah kakiku terpaksa berhenti sebelum sampai ke tempat dimana teman - temanku berada. Rencana kita sebelum berangkat tadi seolah rusak akibat tertinggalnya aku dari rombongan. Suasana hatiku kalut ketika aku baru saja keluar dari toilet. Teman - temanku sudah tak ada. Aku tak mengerti bagaimana bisa teman - temanku meninggalkanku sendirian disini?

Hanya tas ransel dan senter yang menemaniku disini sembari menanti bila ada pendaki lain yang lewat sini. Aku lihat layar ponselku. No signal!. Kebingungan menyergapku. Sifatku yang penakut mulai bergejolak. Pikiran aneh - aneh terlintas di otakku. Hawa udara amat dingin, jaket yang kukenakan tak mampu menghilangkan sensasinya. Diikuti dengan bulu kudukku yang berdiri, merinding menjalar ke seluruh permukaan kulitku. Perasaanku mulai tidak enak. Tiba - tiba terdengar suara krasak krusuk dari semak - semak di belakangku. Derap langkah sepatu terdengar di telingaku, membangkitkan harapan kalau - kalau ada pendaki lain yang datang mendekat. Nyatanya tak ada siapapun. Aku semakin panik dan tak henti - hentinya berdoa.

Tiba - tiba seorang pemuda berambut gondrong tampak melintas di jalan setapak ini. Aku berteriak menghentikan langkahnya,"Mas... Tolongin saya! Saya terpisah dari rombongan. Boleh gabung untuk menuju ke atas?"

Dia tak berkata apapun, hanya pandangan matanya yang kosong tertuju padaku lalu mengangguk. Pertanda dia setuju aku bergabung dengannya.



Ada beberapa keanehan yang belum sepenuhnya aku sadari, yaitu suaranya dan mengapa dia berani sekali mendaki seorang diri. Anak lelaki ini selalu terdiam membisu tanpa berkata sepatah apapun. Sekujur tubuhku merinding sepanjang perjalanan bersama anak lelaki ini. Jam masih menunjukkan pukul 7 malam, empat puluh menit kemudian sampailah kita di Ranu Kumbolo. Disana berjajar beraneka warna tenda tempat para pendaki bermalam. Aku berharap teman rombonganku berada di salah satu tenda disini. Aku mulai menyusuri setiap tenda, melihat apakah ada kawanku disana. Tak lupa aku menoleh untuk mengucapkan terimakasih pada pemuda yang menemaniku naik hingga sampai kemari. Tapi anehnya, dia menghilang begitu saja.



Entah sudah berapa tenda yang aku susuri, akhirnya batang hidung Reza tampak. Aku memukul pundaknya, tak kuasa aku menahan emosi bagaimana bisa aku ditinggalkan begitu saja tanpa mereka memeriksa anggota rombongannya.

"Apaan sih kok mukul - mukul?"

"Aku kamu tinggal di hutan, tega banget kamu! Anggota rombonganmu hilang tidak kamu cari gimana sih?" kataku geram dengan nada tinggi.

Reza, Ervana, Tito dan Sasya terkejut. "Jangan bercanda deh, Ros! Tadi kamu keluar dari toilet langsung ikut kita kok naik ke sini. Terus waktu kita pasang tenda kamu malah ke arah Ranu."

Aku mencoba menjelaskan pada mereka bahwa aku tadi tertinggal di belakang hingga mendapatkan bantuan dari anak gondrong tadi. Mereka kekeuh menjelaskan bahwa sedari tadi mereka dengan jelas melihatku berjalan bersama rombongan ini. Aku makin bingung, sebenarnya siapa yang menyamar menjadi sosokku?

Reza menambahkan kesaksian, "Iya, Ros. Kamu tadi diam aja sepanjang pendakian. Kita sempat lihat kamu ke Ranu, aku pikir kamu kebelet."

"Serius deh, aku ketinggalan di pos 4 pas pipis," ucapku sambil mengacungkan dua jari.

"Terus tadi yang naik sama kita siapa, guys?" tanya Tito.

Semua menggelengkan kepala. Lalu saling memandang satu sama lain.

"Mulai sekarang kalau diantara kita mau kemanapun, harus ada yang nemenin ya, guys!" kata Ervana. Semua mengangguk, termasuk aku.

Malam semakin pekat, teman - temanku mulai masuk ke tenda satu per satu. Aku termenung sendirian di pinggir ranu, menghangatkan diri di tepian api unggun. Tiba - tiba ada yang memanggilku,

"Rosiiiiii!"

Aku refleks menoleh ke arah sumber suara. Mataku memicing menyaksikan seorang gadis yang memanggilku. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya basah seperti habis tercebur ke dalam Ranu. Aku tak mengenali siapa dia, tapi kenapa dia bisa tau namaku?

"Ada apa mbak?" tanyaku.

"Tolong aku, Ros! Aku hanyut di sana!" tangannya menunjuk ke suatu tempat di dekat batu besar dekat Ranu. Aku amati dengan seksama di tengah gelapnya malam. Disana seperti ada wanita yang tergeletak.

Seketika tubuhku merinding dan menyadari bahwa aku sekarang sedang berinteraksi dengan arwah. Aku menelan ludah menyadari hal itu. Kuberanikan diriku bertanya, "Apa yang membuat kamu meninggal disini, mbak?"

"Tiga hari yang lalu aku pacaran kelewat batas disini. Di pinggir Ranu ini aku dan pacarku berbuat yang melanggar etika pendakian. Ketika aku hendak mengambil air untuk membasuh wajahku di Ranu ini, seperti ada yang mendorongku. Akhirnya aku hanyut dan pacarku mencoba menolong tapi pada akhirnya kita berdua tak tertolong," jawab si arwah.

Dia bilang hanya aku yang mampu menolongnya. Tapi aku sangat takut. Aku ingat pesan Ervana tadi, jika ingin kemanapun harus ada yang menemani. Kali ini aku tak mau gegabah. Kutunggu hari hingga menampakkan sinarnya, barulah aku katakan apa yang aku alami tadi malam pada teman - temanku.

Mendengar perkataanku, semua kawanku merasa aneh. Tapi akhirnya kita menelusuri kesana, ke tempat si arwah menunjuk - nunjuk. Benar saja! Ada mayat perempuan yang sudah terbujur kaku disana. Tak jauh dari jasad perempuan itu ada mayat anak lelaki berambut gondrong. Ketika aku melihat wajahnya, aku berteriak histeris.

"Haaaaaa, nggak mungkin!" teriakku.

Teman - temanku bertanya, "Kamu kenapa, Ros?"

"Dia ini yang kemarin menemaniku naik ke Ranu sampai akhirnya aku bertemu kalian di perkemahan," kataku tak percaya.

Kawan - kawanku tertegun. "Ternyata mereka bermaksud meminta tolong padamu, Ros," ujar Reza. Kita pun memanggil pihak keamanan di daerah pendakian, mereka mengidentifikasi mayat itu. Lalu membawanya pulang ke daerah asalnya dan menguburkannya dengan layak.

Kisah arwah dua sejoli itu membuatku tersadar bahwa kita harus menjaga sikap dan menjauhi zina di kawasan yang bukan daerah kita. Apalagi gunung, sudah pasti banyak makhluk tak kasat mata yang menjaganya. Sekali kita melanggar, maka kita harus siap dengan konsekuensinya.

Cerita di atas hanyalah fiksi belaka. Netizen dilarang baper emoticon-Stick Out Tongue
Diubah oleh panci.gosong 02-10-2019 01:05
sebelahblogAvatar border
zafinsyurgaAvatar border
eja2112Avatar border
eja2112 dan 8 lainnya memberi reputasi
9
2.7K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan