- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Eufimisme, Haruskah Berakhir Ketika Direjam Emosi?


TS
delia.adel
Eufimisme, Haruskah Berakhir Ketika Direjam Emosi?
Spoiler for screenshot Google:


Quote:
Kebanyakan manusia yang ada di bumi yang semakin ramai ini, mengungkapkan kata-kata kasar, ketika sedang datang amarahnya dan menguasai pikiran, sehingga hanya ada satu warna saja, yaitu merah, api dan letupan. Lalu mulailah menggunakan kata-kata umpat, yang tidak seharusnya terlempar pada saat emosi sedang tidak stabil. Di sinilah letak kebodohan manusia dalam menangani sebuah masalah, serupa dengan ts yang memiliki tingkat emosi yang sangat besar.

Quote:
Padahal jika saja mau meredam hati, kemungkinan tidak akan ada sebuah keretakan apalagi permusuhan yang berlarut-larut. Apalagi jika mampu meredam amarah, dengan mengenangan atas segala kebaikan yang pernah diberikan oleh seseorang yang membuat kita marah pada hari ini. Ya memang sih, dunia ini tidak akan seru, ataupun penuh tantangan, jika hanya berkisaran tentang kebaikan saja, dunia akan lebih ramai karena banyaknya warna di sajikan dan membuat keramaian menjadi sebuah kenikmatan dunia yang begitu digemari, ya bernuansakan banyak rasa, karena itulah banyak orang-orang yang takut meninggal sebelum kenikmatan dunia habis dirasakannya. Seperti adanya seorang tokoh jahat, yang membuat emosi lebih keluar dan melahirkan air mata. Atau seorang kiai yang membuat hidup manusia menjadi damai dengan hidup berpatokan kepada ajarannya dan lain sebagainya, yang intinya adalah drama kehidupan yang sangat mempesona.
Quote:
Dan kalian tau tidak? Kata-kata kecewa yang keluar dari rongga mulut, terkadang banyak menggunakan kata majas sarkasme ataupun hiperbola, karena sebagian orang lebih merasakan kenyamanan dengan umpat caci-makian yang berlebihan, daripada menggunakan majas eufimisme, yaitu sebuah ungkapan halus pengganti ungkapan ungkapan kata-kata kasar.
Kalian mau tau kenapa kata-kata kasar begitu nyaman? Karena kata-kata kasar begitu simpel dan sederhana. Kita tidak perlu banyak berpikir untuk mengekspresikan kekesalan tersebut. Sedangkan eufimisme ini membutuhkan sebuah ketenangan diri untuk mendapatkan kata-kata bijak, sebab menyindir secara halus itu semua orang mampu melakukannya. Hanya sebagian kecil saja yang mampu menjadikan kalimat ber-eufimisme. Dan pastinyalah dia akan lebih dihargai dan lebih disanjung daripada seseorang yang memiliki karakter bebas lepas tanpa batasan aturan tata Krama bahasa.
Quote:
Kata-kata eufimisme memang bertujuan untuk menutupi kata-kata yang tidak senonoh, dimaksudkan untuk mengkaitkan dengan hal-hal yang tabu, seperti : kecacatan seseorang, jenis kelamin, ekspresi, atau bahkan pornografi. Semua itu bertujuan untuk memperhalus kata-kata sehingga tidak nampak bahwa kalimat yang telah dilemparkannya itu adalah sebuah penghinaan. Dan majas ini sering sekali dipakai para jurnalis ketika mengkritik seseorang pemimpin.
Contoh-contoh dari majas eufimisme adalah sebagai berikut :
1. Kurang mampu: miskin
2. Kamar kecil : toilet, WC, mck.
3. Dibebastugaskan : dipecat
4. Tuna wicara : bisu
5. Pramuwisma : pembantu.
Dan lain sebagainya
Quote:
Sudahkan kalian menjadi eufimisme sejati?
Ts sendiri belom loh! Masih belajar juga sih.


Ts sendiri belom loh! Masih belajar juga sih.









zafinsyurga dan 12 lainnya memberi reputasi
13
2.4K
Kutip
75
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan