B.J.Habibie Dalam Kenangan




Bercerita tentang sosok Bacharuddin Jusuf Habibie seolah tidak ada habisnya. Segala kisah cinta dan sepak terjangnya dalam dunia dirgantara dan politik di Indonesia mrnjadi menarik untuk disimak.

Sosok panutan dengan segala kehebatan dan kelebihannya, seolah beliau terbang begitu tinggi untuk menggapai harapannya.

Namun jangan membayangkan jalan beliau selalu mulus, ada momen-momen dalam hidup beliau yang menurut ane diibaratkan saat dimana sayapnya untuk terbang patah, tapi kemudian beliau terus melangkah dan berhasil terbang kembali

Ayahanda meninggal
Usianya baru 14 tahun, saat sang ayah meninggal dunia karena serangan jantung. Bagaimana beratnya menghadapi kepergian mendadak dari sang kepala keluarga, seolah mematahkan sayapnya, tapi hidup berjalan.
Akhirnya sang ibupun menjual rumah dan pindah ke Bandung.
Seorang single parent dengan 8 orang anak, sepertinya menjadi penopang dan panutan B.J.Habibie untuk menjadi pribadi yang ulet dan pekerja keras.

Menuntut ilmu di Jerman
Dengan tekad dan kerja keras sang ibu, menanggung dan membiayai seluruh biaya hidup di Jerman. Berada di negeri orang dengan dana yang sangat terbatas, hidup dengan teramat sangat sederhana mungkin beberapa orang akan menyerah dan memilih pulang. Namun lagi-lagi langkah beliau tetap kuat, bahkan membuktikan dengan prestasi yang luar biasa.





Kisah cinta dengan Ainun
Saling mengenal dan menyukai sejak bangku sekolah, tapi terhalang jarak dan waktu saat Habibie memutuskan mekanjutkan sekolah di Jerman. Ane bayangin rasanya berpisah bertahun-tahun dengan pujaan hati. Hampir 7 tahun berpisah dan takdir mempertemukan serta mempersatukan mereka kembali dalam pernikahan.

Berumah tangga di negeri orang
Kembali ke Jerman dengan sang Istri, sebuah keluarga kecil yang baru terbentuk. Biaya hidup yang besar dan tanggungjawab menafkahi keluarga bukanlah momen yang ringan. Namun sekali lagi beliau dan keluarga membuktikan kegigihannya.

Kembali ke Indonesia
Kenapa ane bilang saat ini adalah salah satu momen sayapnya patah?
Mungkin bagi beliau ini adalah saat yang istimewa, dipanggil kembali ke tanah air untuk mengabdi, tapi kita tahu bahwa saat itu, beliau berada di puncak karir di Jerman dan memutuskan meninggalkan semua untuk kembali ke tanah air.

Ditutupnya IPTN
IPTN adalah salah satu impian terbesar beliau untuk bisa membangun pesawat buatan anak bangsa, menunjukan pada dunia kehebatan bangsa kita. Namun keadaan mematahkan harapannya, dengan ditutupnya IPTN, pesawat N250 kebanggaannya tertunda. Hebatnya setelah sekian tahun, sampai pada akhir usianya, pesawat yang menjadi impiannya ternyata tetap berusaha diwujudkannya, sebuah pesawat twinturbo R80. Kabarnya R80 sampai saat ini masih dalam proses untuk pembuatan masal pada tahun 2024.




Kepergian Belahan Jiwa
Bagi ane ini adalah momen yang paling menggambarkan patahnya sayap seorang Habibie, Mei 2010 belahan jiwanya pergi. Kesedihan dan keterpurukan beliau saat sang istri tercinta tiada. Ainun Hasri Habibie sosok seorang istri dengan cinta, kesetiaan dan ketulusan yang luar biasa.
Kesedihan yang membuatnya menderita psychosomatic malignant, kondisi tubuh yang menurun karena kondisi psikologis dalam hal ini kesedihan atas kehilangan sang istri. Namun akhirnya beliau memutuskan untuk bangkit, mengeluarkan kesedihannya dengan menulis buku tentang cintanya pada Ainun. Buku yang menjadi dasar dari film romantis Habibie dan Ainun.
9 tahun dalam kesendirian, setia dengan kenangan sang Istri, beliau tetap berkarya, selain buku pesawat R80 menjadi salah satu hasil kepakan sayapnya.

11 september 2019 akhirnya menjadi waktu beliau menutup usia, dengan begitu banyak kisah yang menjadi teladan generasi selanjutnya, menjadi panutan bagi kita untuk tetap mengepakkan sayap terbang setinggi-tingginya, meski berapa kalipun patah dan terjatuh, tetap semangat dan terus mengangkasa.




Terimakasih kunjungannya




Referensi
link

link