Kaskus

Entertainment

ashibnuAvatar border
TS
ashibnu
Petang di Pos Pondok Samarantu Gunung Slamet
Petang di Pos Pondok Samarantu Gunung Slamet

“Aku otw Pom Bensin, Dri”

“Oke, nanti kita ketemu di sana”
“Jangan lupa jemput Doni!”
“Siap, ini aku lagi mau jemput Doni dulu”

Setelah memasukan smartphone ke dalam saku, mereka sambil terburu – buru menuju tempat tujuannya masing – masing. Adri pergi ke rumah Doni dan Rama akan menunggu di pom bensin, tempat mereka bertiga nantinya berkumpul. Tiba – tiba saja smartphone Adri bergetar, menghentikan kendaraannya Adri melihat ada pesan dari Doni.

“Kau sudah sampai mana, Dri?”
“Aku udah sampai di daerah Pragak, Don”
“Nanti, jemput di daerah Bojong saja, Dri”
“Oke, jadi gak usah ke rumahmu Don?”
“Iya”

Berlalu Adri dengan sepeda motornya melaju ke tempat yang sudah di tentukan oleh Doni. Belum ada setengah jam, Adri kemudian mengirim pesan ke Doni.

“Don, jalan Mertogati macet karena ada kecelakaan jadi aku muter lewat perempatan Wongso”
“Iya”

Adri tahu bahwa beberapa hari ini Doni ada masalah dengan keluarganya. Orang tua Doni berencana untuk cerai karena alasan mereka berdua sudah tidak cocok lagi. Doni sebagai anak semata wayang terpukul dengan kabar itu. Dia hanya bisa berkeluh kesah dengan teman – temannya. Kemudian teman – temannya membuat acara mendaki bersama ke Gunung Slamet untuk sekedar membantu Doni melupakan masalahnya sejenak. Ada lima teman Doni yang semula akan ikut mendaki, tetapi karena alasan pekerjaan ada dua orang yang tidak jadi ikut. Jadi tinggal hanya Adri, Rama dan Doni yang akan mendaki ke Gunung Slamet.

Mereka bertiga rencana akan mendaki melalui jalur Bambangan yang terletak sekitar empat jam dari kota asal mereka. Setelah sampai di lokasi, mereka langsung mendaftar di pos pendakian. Setelah menyelesaikan pendaftaran mereka mengecek semua barang yang perlu dibawa untuk mendaki. Siang itu setelah sholat dhuhur mereka mulai pendakian melalui Bambangan. Jalur pendakian Bambangan terlihat ramai oleh pendaki lain pada hari itu. Karena tujuan mendaki mereka hanya sekedar refreshing jadi mereka tak terburu – buru mengejar waktu untuk sampai ke puncak. Rama yang terlihat semangat berjalan lalu ditegur oleh Adri.

“Rama, santai saja jalannya, tak perlu buru – buru”
“Sorry, aku jadi bersemangat melihat pendaki lain”
“Biarkan Doni menikmati indahnya pemandangan di sini”
“Tapi sebaiknya kita jangan sampai ketinggalan sama pendaki lain”
“Tenang gapapa, kita kan sudah sering mendaki”
“Iya, tapi kita perlu bergegas melewati Pos Samarantu dulu”
“Dari pengalaman, kita pasti bisa melewati Pos Samarantu sebelum matahari terbenam”

Rama segera mengkode Adri agar mengakhiri pembicaraan karena takut menganggu Doni. Dengan masalah yang dihadapi Doni, wajar jika dia hanya diam dan tak sering berbicara karena banyak memikirkan masalah kedua orang tuanya. Setelah melewati Pos Gambirung dan Walang, mereka lalu melanjutkan perjalanan menuju Pos Cemara. Di Pos Cemara mereka banyak beristirahat karena menghadapi trek dan medan yang berat setelah melewati Pos Walang. Pendaki lain yang memutuskan untuk melanjutkan perjalanan terlebih dahulu membuat mereka bertiga menjadi tertinggal. Setelah melalui Pos Cemara mereka sudah tidak melihat adanya pendaki lain di depan maupun di belakang mereka. Rama yang memimpin di depan, Adri yang berada di tengah dan Doni yang terakhir di belakang Adri.

“Ini koq kenapa lama banget sampai di pos selanjutnya ya, Dri”
“Ya, kita kan jalannya pelan bro”
“Aku tak melihat ada pendaki lain di depan”
“Mereka tadi kan jalan duluan, jadi jelas kita tertinggal”
“Doni, coba kau lihat, apa ada di belakangmu pendaki lain”. Tanya Rama pada Doni dengan wajah yang penasaran.
“Tidak ada” Jawab Doni dengan nada datar.
“Permasalahannya kita harus sampai di Pos Samarantu sore ini”. Gerutu Rama yang terlihat mulai panik.
“Tenanglah, kita nanti pasti sampai di sana”. Sahut Adri sembari menghela nafas.

Rama ingin beristirahat sebentar ketika mereka tiba di Pos Samarantu. Tetapi ketika hari sudah mulai petang mereka harus berlalu tanpa istirahat. Mereka sudah tahu bahwa ketika malam hari tidak ada yang berani mendirikan tenda di tempat itu. Karena sudah banyak sekali cerita mistis yang menyebar diantara pendaki tentang tempat itu. Di Pos ke-4 yang diberi nama Samarantu ini terdapat sebuah dua pohon besar yang berjejer menyerupai gerbang. Konon pohon tersebut merupakan gerbang ghaib menuju alam lain yang berada di Gunung Slamet. Sementara kata Samarantu berasal dari kata Samar dan Hantu yang berarti Hantu yang tak terlihat. Siapapun pasti akan melewati pos tersebut tetapi tak ada yang berani menginap ketika malam datang. Adri merasa tak perlu khawatir untuk melewati pos tersebut karena mereka pernah mempunyai pengalaman yang sama ketika mendaki pada siang hari. Mereka tak pernah melewati Pos Samarantu ketika hari sudah petang.

“Gila! Kita sepertinya sudah berjalan lebih dari satu jam”. Ucap Rama dengan wajah yang mulai panik dan keheranan.
“Aku tidak tahu sudah berapa lama kita berjalan”. Jawab Adri sambil kebingungan.
“Seharusnya kita tadi tidak perlu menitipkan HP di pos pendakian, jadi kita bisa tau waktu dan tempat”
“Sudahlah, Ram, kita tidak perlu mempermasalahkan itu”.

Tiba – tiba Rama berhenti mendadak seolah dia mendengar sesuatu.

“Dri, apa kau barusan mendengar suara lonceng?”.
“Jangan ngaco kau, Ram”
“Rama, benar Dri, ada suara lonceng”. Sahut Doni yang dari tadi jarang mengeluarkan suara.
“Sebentar jangan berisik, dengarkan baik – baik, Dri”.
“Iya itu, suara lonceng! Tapi bagaimana bisa?”.
“Sebaiknya kita fokus dan jangan lupa baca ayat – ayat Al Qur’an. Sambil perhatikan keadaan sekitar” Ujar Adri sambil mulutnya tak berhenti berdo’a.
“Adri! Coba lihat ke sini”. Dengan sigap Adri langsung menuju tempat yang ditunjukkan oleh Rama.
“Sesajen!”. Ucap Adri dengan mimik muka kaget.
“Tetapi sesajen ini beda dari biasanya”.
“Tampah dengan kembang setaman yang ditengahnya terdapat buntelan kain warna kuning”
“Kita dari tadi sudah tersesat”.
“Mungkin sebenarnya kita sudah melewati Pos Samarantu”.

Seharusnya jarak Pos Cemara ke Pos Samarantu menghabiskan waktu satu jam. Tetapi tidak ada yang tahu posisi mereka dan dimana sekarang. Sebelumnya mereka memang sudah sepakat untuk tidak membawa HP saat mendaki. Mengingat tujuan mereka mendaki ingin membantu masalah emosinal dan kejiwaan Doni. Beberapa hal ganjil mulai mereka temukan dari mendengar suara – suara aneh dan menemukan sesajen yang tak seperti biasanya. Penduduk Gunung Slamet memang sering meletakkan sesajen dibeberapa tempat seperti pohon. Hal itu dikarenakan penduduk setempat ingin Gunung tersebut selamat sesuai dengan namanya. Namun, sesaji yang biasanya penduduk buat berupa makanan atau rokok serta uang. Penduduk sekitar Gunung Slamet ingin gunung tersebut selamat dan tidak meletus. Karena konon di serat Jangka Jayabaya tertulis bahwa kalau Gunung Slamet meletus akan menyebabkan Pulau Jawa terpisah menjadi dua. Maka dari itu banyak sesaji yang ditemukan hampir di setiap tempat di wilayah Gunung Slamet.
Mereka bertiga yang sudah wara – wiri mendaki Gunung Slamet sudah mengetahui hal tersebut. Tata krama pendakian pun mereka sudah hafal di luar kepala. Dengan waktu yang mulai hampir petang, mereka harus mengejar waktu untuk mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi. Rama, Adri dan Doni akhirnya memutuskan untuk menyusuri dari mana asal sesajen tersebut. Mereka lalu memutuskan untuk keluar dari jalur pendakian dan menuju arah sesajen itu diletakkan. Berjalan beberapa langkah mereka menemukan sejajen lagi, sampai mereka berhenti di depan sebuah gapura besar dan mereka amati dari jauh ada sebuah desa.

“Tidak mungkin ada Gapura sebesar ini di gunung, Ram”
“Sebaiknya kita berhenti di sini dan istighfar, Dri”
“Lihatlah, desa itu ramai sekali. Bukankah ini tidak wajar”

Terlihat dari jauh desa tersebut sedang mengadakan pesta pernikahan seseorang. Ada pengantin laki – laki yang akan di arak menuju sebuah tempat yang akan melewati Gapura desa itu. Alunan musik gamelan yang menggelegar membuat mereka bertiga tak tahu harus bagaimana selain menunggu pengantin itu lewat depan Gapura. Rombongan yang mengarak pengantin laki – laki itu mulai mendekati gapura tempat Rama, Adri dan Doni berdiam diri. Mereka membaca do’a – do’a yang dihafal mulut mereka. Rombongan tiba di gapura, sorak sorai dan alunan musik gamelang membuat keadaan menjadi aneh. Tapi tiba – tiba Doni mulai melangkahkan kakinya menuju keramaian, Doni seperti tak sadarkan diri mengikuti rombongan pengantin tersebut. Rama dan Adri tidak bisa melakukan apa – apa karena ramainya rombongan yang berlalu – lalang. Melihat banyaknya orang yang berjalan dan riuhnya keadaan membuat kepala Rama dan Adri pusing. Hal itu menyebabkan Rama dan Adri terjatuh pingsan dan tak sadarkan diri.
Setelah sadar dan membuka mata, mereka berdua terkejut ada di suatu tempat yang jauh dari jalur pendakian. Dikerumuni oleh banyak orang, membuat mereka semakin bingung. Setelah mengamati tempat sekitar, ternyata mereka berdua ada di pos pendakian. Mereka ditemukan terlelap di Pos Samarantu dan tidak bisa dibangunkan oleh pendaki lain pada pagi hari. Kaget karena tidak melihat Doni di sekitar tempat itu, kemudian mereka mengatakan bahwa ada satu temannya lagi yang belum diketemukan bernama Doni. Tetapi berdasarkan catatan petugas pendaftaran yang berada di pos pendakian, hanya ada dua nama yang terdaftar yaitu Rama dan Adri. Setelah para  petugas memeriksa kondisi mereka berdua, kemudian barang – barang yang dititipkan di pos pendakian juga dikembalikan kepada mereka. Seketika Adri dan Rama ingin menghubungi keluarga Doni tetapi ketika HP diaktifkan, banyak pesan masuk yang bertuliskan “Innalillahi wa innailaihi roji’un telah meninggal dunia "Doni Kusuma" akibat kecelakaan tunggal di Jl. Mertogati”.

Sumber
Pikiran Pribadi
Diubah oleh ashibnu 07-10-2019 19:03
sebelahblogAvatar border
zafinsyurgaAvatar border
screamo37Avatar border
screamo37 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.5K
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan