sumber kaskus

Halo Gansist, jumpa lagi di thread gw.  Semoga selalu sehat, selalu ceria, selalu dalam lindungan Sang Pencipta.


Bicara tentang olah raga, gw jadi teringat teman gw di Buntok, Kalteng. Waktu itu gw jalan-jalan ke sana beberapa hari. Gw ketemu temennya temen gw. Gw suka catur, temennya temen gw juga suka catur. Kami pun bermain catur.

Hari pertama main, beberapa kali main skor bisa dibilang imbang. Kadang gw yang kalah, kadang dia yang kalah. Hari ke dua, skor mulai gak imbang, beberpa kali main gw cuman menang beberapa kali. Banyak kalah ketimbang menang. Hari ke tiga, dari pagi hingga sore, lebih dari lima belas kali, sekali pun gw gak pernah menang. Gw penasaran, malamnya disambung lagi, dan hasilnya sama. Lebih dari sepuluh kali, sekali pun gw gak pernah menang.

Temen gw tertawa,

"Lo sampai kapanpun gak bakalan menang," celetuk temen gw.

Gw juga heran, ni orang hebat banget.

Ternyata dia atlet catur tingkat nasional. Sejak kecil dia sudah ikut Club Catur yang ada di Buntok. Setiap kali ada kejuaran Catur Tingkat Nasional, Dia selalu terpilih untuk mewakili Kalteng bersama tiga temannya. Saat seleksi tidak ada yang bisa mengalahkan mereka berempat. Selalu meraka yang menang. Selalu mereka yang dikirim.

Mereka memang mendapatkan uang transport, konsumsi dan uang saku. Tapi yang namanya uang saku, hanya cukup untuk beli oleh-oleh. Begitu sampai di rumah uang saku hanya tinggal sakunya.

Mereka tidak mendapatkan penghasilan tetap dari catur. Padahal mereka bisa dibilang atlet nasional, selalu dikirim untuk mewakili Kalteng. Untuk kebutuhan sehari-hari, tiga temannya ada yang terpaksa jadi kuli. Ada juga yang mencari duit dipinggir jalan. Dengan nermodal keahlian catur dia membuka problem catur. Sekali main 5 ribu. Bila bisa memecahkan prolblem dapat hadiah rokok sebungkus. Jika tidak, hilang duit.

Sungguh malang. Atlet nasional cari duit di pinggir jalan, apa yang bisa dibanggakan?

Piagam, medali dan trophy banyak terpajang. Tapi untuk apa? Hidup butuh makan, hidup butuh duit.

Itu hanya contoh. Mungkin masih banyak lagi atlet-atlet berprastasi, baik tingkat nasioanl ataupun tingkat internasional, yang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya harus banting tulang di pasar dan pelabuhan.

Dan pemerintah hanya bisa berbangga saat mereka bisa meraih prestasi. Saat mereka bisa mengharumkan nama daerah dan nama bangsa. Tanpa peduli akan kehidupan mereka.

Mungkin pemerintah pusat sudah menggelontorkan dana yang cukup untuk pembinaan dan insentif bagi atlet berprstasi. Tapi sayang, dana tersebut harus menempuh perjalan yang jauh. Banyak pos yang harus dilewati. Dan setiap pos mengambil lembaran-lembaran warna merah sebagai upeti. Begitu sampai ketempat tujuan, hanya receh yang tersisa. Itupun masih disunat untuk dibagi-bagi. Dan para atlet berprestasi, hanya mendapatkan piagam. Piagam hasil potocopy.

Kasus Hambalang dan kasus yang sekarang diselidiki KPK adalah bukti nyata. Pemerintah sudah menyediakan dana untuk olah raga. Tapi ada Setan Gundul, yang sangat doyan pada duit negara. Setan gundul yang tidak pernah puas dengan duit miliknya sendiri.

Sungguh malang nasibmu, duhai atlet berprstasi. Dan sungguh kejam dikau wahai Setan Gundul.

Jika ingin olah raga berkibar di kancah internasional, President, sebagai pimpinan tertinggi harus berani menendang keluar semua pejabat yang mengurus olah raga saat ini. Karena mereka semua, hanyalah pejabat sisa jaman jahiliyah.



Demikian,
Salam persaudaraan dari gw, Kelayan00.