- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tersesat Di Kaki Gunung Lumut.


TS
vizum78
Tersesat Di Kaki Gunung Lumut.


Aku dan kedua sahabatku bergegas turun dari sebuah mobil colt yang kami tumpangi selepas turun dari kapal feri.
Hawa dingin masih terasa sekali di badan kami.
"Kita mesti lewat mana ini Yat,Jalur telaga mas atau lewat kampung di bawah sana?"tanyaku sembari membakar rokok tuk mengusir hawa dingin pagi ini.
"Yaelah,kalau lewat jalur telaga mas kurang menantang hikingnya,mending kita lewat dari kampung di bawah sana.
Kita buka jalur baru aja lewat pos terakhir di kampung itu!"jawab Dayat yang kini mulai jalan ke arah kampung yang posisinya menjorok ke bawah.
"Ingat yaa,kita harus sampai di puncak Gunung Lumut nggak pake nyerah sebelum sampai disana!"sahut Hani menantang nyali aku dan Dayat.
Kami pun berjalan menuju kampung tersebut dan tak lama kemudian tibalah kami di kampung Pinang Jatus.
Warga disana sangatlah ramah.
Mereka langsung menyambut kami bertiga dan membawa kami ke sebuah rumah panggung yang cukup luas.
Kami pun berbincang-bincang dengan mereka tentang apa tujuan kami berada disana.

Semakin malam rumah panggung tersebut semakin ramai warga yang berkumpul dan berbincang-bincang ngalor ngidul tentang kehidupan di kota kami.
Walhasil bekal beberapa bungkus rokok kami pun mulai banyak berkurang karena di sana kebanyakan mereka merokok dengan memakai rokok lintingan buatan sendiri.
Saat melihat rokok kami mereka pun tertarik tuk mencobanya dan ternyata mereka suka juga dengan rokok mild kami.
Ketika malam semakin larut.
Kami memutuskan tuk beristirahat di rumah panggung tersebut di temani beberapa pemuda kampung tersebut.
Keesokan paginya kami pun berpamitan kepada mereka setelah memberi dua kaleng kecil tembakau beserta kertas rokoknya lalu mengantarkan kami ke kaki gunung tuk melanjutkan perjalanan menaiki Gunung Lumut.
"Ingat yaa Adik-Adik,jangan pernah menengok ke belakang saat kalian merasa nama kalian di panggil di dalam hutan tersebut!".
Kami hanya mengangguk bareng mendengar petuah Tetua di kampung Pinang Jatus tersebut.
Kami pun mulai memasuki kawasan hutan di bawah kaki Gunung Lumut.
Hari itu cuacanya sangatlah panas walaupun kami di dalam hutan yang cukup lebat pohonnya.
Hembusan angin sama sekali tidak ada kami rasakan saat berjalan menyusuri kawasan hutan tersebut.

"Aje gile panasnya hari ini kaya di panggang aja rasanya!"keluh Hani sembari memapas rerumputan yang ada didepan kami dengan parangnya.
"Yat.Coba cek peta dan arah kompasnya, bener nggak ini arahnya?"sahutku bertanya kepada Dayat yang memang cukup jago soal navigasi di klub pencinta alam kami.
"Bener Yon,pas sudah arahnya ini kita berjalan!"jawab Dayat sembari melihat peta yang sengaja kami bawa tuk melihat lokasi gunung tersebut.
Kami pun terus menyusuri jalur hutan tersebut hingga senja pun tiba.
Kami pun mendirikan tenda lalu mencari kayu bakar tuk membuat api unggun.
Usai makan malam,kami pun asyik ngobrol membahas rencana esok hari.
Malam pun semakin larut karena kelelahan kami pun tertidur pulas hingga pagi menjelang.

Hari kedua perjalanan kami mulai terasa hambatannya.
Karena semakin dalam kami memasuki hutan ini semakin terjal jalannya.
"Waspada sama pacet karena wilayah disini sangat lembab!"teriak Hani kepada kami.
Kami pun meneruskan perjalanan masuk lebih ke dalam hutan.
Sesekali kami berhenti tuk istirahat dan mengecek tubuh kami yang mungkin tersinggahi oleh pacet.
"Menurut perkiraan besok siang kita seharusnya sudah sampai di atas Gunung Lumut ini"kataku sembari menatap langit yang berwarna orange bertanda hari sudah menjelang malam.
"Bagus tuh disana buat dirikan tenda"kata Dayat menunjuk sebuah tanah yang sangat bersih di pinggiran aliran sungai.
Hani hanya menggelengkan kepala tanda tak setuju lalu dia berkata"Di dalam hutan kalau ada sesuatu yang bersih kaya gini malah mencurigakan.
Di hutan mana ada petugas kebersihannya!".
"Han,mungkin ini jalurnya ular lewat kali yaa?"kataku sembari memperhatikan tanah bersih tersebut.
"Bisa jadi Yon.rumput yang rebah di pastikan jalur jalannya ular besar tapi yang ini kayanya bukan dah!"Hani tampak kebingungan melihat lokasi tanah bersih tersebut.
"Lebih baik kita jalan lagi lebih ke atas tuk cari lokasi yang pas tuk dirikan tenda.Perasaanku nggak enak eh ama nih lokasi!"sambung Hani yang membuat aku dan Dayat sedikit merinding.
Kami pun mulai menyalakan senter masing-masing karena gelap sudah mulai menyelimuti kawasan hutan ini dan kami masih harus meneruskan perjalanan mencari lokasi yang di rasa aman tuk mendirikan tenda.

Cukup jauh kami berjalan menjauhi lokasi tersebut hingga akhirnya kami mendirikan tenda di bawah sebuah pohon yang sangat besar dan tinggi.
Api unggun mulai menerangi lokasi tenda kami.
Seusai makan malam.Kami pun asyik mengobrol sembari merokok tuk mengusir hawa dingin yang kini mulai terasa.
"Perasaan gelap banget di sekitar kita sini yaa.Andai ada yang mengawasi kita mungkin nggak bakal ketauan dah!"kata Dayat sembari menghisap rokoknya dan matanya terus memperhatikan di sekeliling lokasi tenda kami berdiri.
"Ancrrrrit....apaan itu putih-putih di atas pohon sana!"teriak Dayat terlonjak kaget dan mundur ke belakang kami.
"Jangan di tunjuk Yat!"seru Hani.
Sebuah pantangan,apabila melihat sesuatu yang aneh trus kita menunjuknya.
Seperti menantang mereka tuk menghampiri saat menunjuk ke arahnya.
Aku pun langsung berdiri dan memunguti kayu bakar lalu menaruhnya di api unggun hingga apinya semakin membesar.
"Lebih baik kita masuk ke dalam tenda aja.Malam ini hawanya nggak enak banget rasanya eh!"sahutku.
Kami pun bergegas masuk ke tenda.
Malam itu terasa mencekam bagi kami bertiga.
Diluar sana di antara terangnya api unggun tampak sekelebat bayangan hilir mudik mengelilingi tenda kami.
Wajah Dayat tampak pucat ketakutan.
Sedangkan Hani asyik mengisap rokoknya berlagak cuek.
"Sudah,cuekin aja yang di luar sana.
Anggap aja dia mau kenalan tapi kitanya nggak mau"sahutnya cuek tapi semakin kencang mengisap rokoknya.
Suara langkah kaki terseret di antara dedaunan di tanah cukup membuat nyali kami bertiga makin ciut.
Kami bertiga terdiam menatap satu sama lain.
Cukup lama kami di ganggu suara-suara berisik di luar sana dan akhirnya reda juga gangguan tersebut.
Karena tadi malam kami tidurnya hampir menjelang subuh.
Kami pun bangun agak kesiangan.
Setelah membereskan peralatan kami pun melanjutkan perjalanan menuju ke atas Gunung Lumut.
"Setengah hari perjalanan lagi, kemungkinan kita sudah sampai di atas.Ayooo semangat!"kata Hani penuh semangat.
Kami pun tersenyum dan kembali bersemangat setelah kejadian tidak enak semalam.
Kami pun melanjutkan perjalanan.
Cukup lama kami berjalan namun sesuatu yang ganjil pun terjadi.
Seberapa lama kami berjalan tetap akhirnya kembali ke pohon besar tempat kami dirikan tenda semalam.

"Kog kembali lagi Yat!"gerutuku.
"Yaaa aku juga bingung eh Yon.
Kog kita mutar-mutar aja dari tadi"kata Dayat kebingungan.
"Coba cek lagi Yat bener nggak arahnya!"sahut Hani.
"Ancriiiit Han.... jarum kompas kita kog malah berbalik arah ke belakang!"teriak Dayat dengan wajah pucat pasi.
Kami pun bergegas menghampiri Dayat.
"Benar eh Han kog,jarum kompasnya melenceng dari arah seharusnya!"kataku sembari menggoyang-goyangkan kompas.
"Mana sudah sore ini.Nggak mungkin kita lanjutkan perjalanan ke atas!"sahutku kembali.
Kami memutuskan tuk kembali mendirikan tenda di bawah pohon tersebut.
Karena trauma dengan kejadian semalam.
Kami pun mempercepat makan malam dan membuat api unggun yang cukup besar apinya.
Karena lelah oleh perjalanan tadi kami pun langsung terlelap tidur hingga tiba-tiba terbangun dengan suara yang cukup keras di sekitaran tenda kami.
Hujan turun dengan derasnya di sertai angin yang cukup kencang.
Namun bukan hal itu yang membuat kami kaget dan terbangun.
Suara-suara pohon tumbang dan terhempas keras ke tanah membuat kami terbangun dan ketakutan.
"Waduh mati dah kita malam ini!"jeritku.
Suara pohon tumbang tersebut keras sekali terdengar di sekitaran tenda.
Setiap hempasannya membuat tanah di sekitar kami bergetar.
Hani dan Dayat hanya diam mematung dengan wajah pucat pasi.
Malam ini kami bertiga hanya bisa pasrah kepada Tuhan dan memohon perlindungannya.
Gangguan tersebut mulai reda beberapa jam kemudian.
Tapi kami bertiga sudah tidak bisa tidur lagi hingga keesokan paginya.
Ketika kami membuka tenda pagi itu.
Kami pun terkaget-kaget karena tidak ada satu pun ada pohon yang tergeletak di atas tanah.
"Tadi malam itu suara apa jadi yang kita dengar!"kata Dayat terheran-heran.
Aku dan Hani melongo sebentar trus kami pun tertawa keras.
Bukan karena bahagia tapi mencoba melepaskan stres dan ketakutan kami.
Karena peristiwa semalam.
Kami akhirnya memutuskan tuk kembali ke kampung Pinang Jatus.
Seharian kami berjalan menuju titik awal kami mendirikan tenda namun tidak menemukan lokasi tersebut.
Hingga 3 hari kami hanya terputar-putar di kawasan hutan tersebut.
"Kita kayanya tersesat dah.
Seharian kita menuruni jalan didepan tetap nggak ketemu lokasi awal kita bangun tenda.
Mana bekal makanan mulai menipis dan kompas nggak berfungsi pula!"keluh Dayat kesal sembari melihat peta.
Aku dan Hani hanya menatap kosong ke arah api unggun yang menyala.
Lelah dan mulai putus asa mendera kami bertiga.
Apakah kami bisa pulang ke rumah lagi.
Mungkin itu yang sekarang yang ada di pikiran kami.
"Pokoknya salah satu dari kita harus bisa pulang dan kembali tuk menjemput yang lain.
Entah itu masih hidup atau sudah mati yang penting bisa membawa pulang yang tertinggal disini.
Aku nggak mau ada di sini selamanya!"kata Hani menatap langit yang banyak sekali bintang malam ini.
Tak lama kemudian terdengarlah suara ketawa dari kejauhan.
Mencoba ikut menghiasi malam kami.

Dedicated to Hani Vizum and Dayat Vizum
Diubah oleh vizum78 24-09-2019 01:21






zafinsyurga dan 9 lainnya memberi reputasi
10
798
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan