Hari itu, setelah selesai mendaki Gunung Slamet via Guci kemudian singgah untuk beristirahat di rumah Dikky di Bumi Ayu karena semua badan terasa pegal terutama pada bagian paha dan betis. Saya bersama 12 lainnya yaitu TS, Dikky, Zohan, Asep, Dessy, Dedek, Mira, Indah, Alfin, Hafiz, Moel dan Bonge serta Bang Jon (Tidak ikut ke Goa Jepang dan Puncak Sakub) pun merasakan hal yang sama, namun itu semua tidak terasa karena selama beristirahat selalu ada saja senda gurau yang cukup mengocok perut. Sambil menceritakan tentang perjalanan baik ketika naik ataupun turun gunung.



Selama bercerita kami semua merending dan berharap tidak terjadi apa-apa lagi dikemudian hari, dikarenakan sehabis mendaki Gunung Slamet akan dilanjutkan lagi ke Goa Jepang dan Puncak Sakub yang letaknya tidak terlalu jauh dengan Gunung Slamet.

Tak terasa hari pun sudah mulai larut, kemudian para wanita pun pindah diberikan tempat tidur di salah satu rumah saudaranya Dikky untuk menghindari hal-hal yang tidak di Inginkan. Keesokan pagi harinya para wanita pun datang kerumah Dikky sambil mempersiapkan untuk sarapan bersama sambil bercerita bahwa semalam ketika mereka tidur ada suara tangisan wanita tepat tengah malam yang kemudian di iringi dengan ketukan jari pada jendela.



Sehabis sarapan serta mempersiapkan barang bawaan kami melanjutkan perjalanan ke Goa Jepang dan akan camping di Puncak Sakub. Kami semua para cowo pun berpikiran bahwa hal yang terjadi semalam hanya terjadi karena kelelahan jadi kami tidak terlalu mengambil pusing.

Selama perjalanan menuju Goa Jepang menggunakan sebuah mobil Pick Up kami disuguhi dengan hamparan kebun teh yang sangat luas, karena disana juga terdapat pabrik teh jaman dahulu. Setelah sampai kami langsung berjalan menuju Goa Jepang dengan dipandu oleh warga sekitar sambil memberikan penjelasan apa saja yang terjadi didalam sana dan apa maksud dari patung yang ada, mulai dari tempat pembuangan mayat hingga tempat tidur para tahanan.

Hawa disana pun sangat lembab dan dingin karena di dalam Goa dan Goa tersebut pun dibuat dengan tujuan sebagai tempat pelarian nantinya. Para pekerjanya pun hanya menggunakan alat sederhana untuk menggali goa tersebut. Bayangkan saja bagaimana lelahnya mereka dan penderitaan mereka selama menjadi pekerja disana.



Setelah selesai kami menelusuri Goa Jepang dilanjutkan perjalanan ke Puncak Sakub, lagi lagi disini kami benar benar disuguhkan hanya dengan pemandangan kebun teh yang sangat luas tanpa adanya rumah warga di sekitar situ. Jalan masuk menuju puncak sakub nya pun cukup jauh dan berkelok kelok ditambah lagi dengan jalur yang hanya tersusun dengan batu sehingga membuat kami ber 12 harus menahan posisi baik dalam keadaan duduk atau berdiri.

Kami suka melalui bangunan bangunan atau kamar mandi kosong yang sudah sangat tidak terurus bahkan tidak ada lampu sama sekali di area tersebut. Sesampainya di Puncak Sakub disana kami langsung membagi tugas, ada yang membangun tenda dan yang lainnya memasak. Setelah memasak untuk sekedar nyemil di sore hari kami saling ngobrol dan berswafoto hingga matahari malu untuk menunjukkan keindahannya lagi.



Malam pun tiba, kemudian memasuki acara untuk bakar-bakar ayam. Kami bercanda dan seling melemparkan ejekan satu sama lain. Disini mulai lah terjadi keanehan, dimana si Indah dipanggil tidak menjawab hanya menunjukan raut wajah ketakuan dengan pandangan lurus ke depan. Kami semua kebingungan hingga acara bakar-bakar yang tadinya meriah menjadi sepi tidak ada obrolan sama sekali, karena terasa sekali hawa pun mulai berbeda ditambah kondisi Indah seperti itu serta udara yang semakin malam semakin dingin.

Ada sebagian orang yang menanyai cewe tersebut dan ada juga yang melanjutkan bakar bakar. Hingga akhirnya beberapa cewe dan cowo mengajaknya masuk kedalam tenda untuk menenangkannya. Sampai disini kami masih tidak tau apa yang sedang terjadi padanya. Masakan pun jadi dan bakar bakar pun usai, setelah semuanya makan kami semua masuk ke tenda masing masing. Disini ada 3 tenda, wanita yang tadi berpandangan kosong berada diurutan pertama didekat sebuah pos, dilanjut ke dua yang diisi pria semua kemudian yang terakhir juga.

Ts berasa di tenda ketiga dan tertidur dengan pulas namun tengah malam terbangun karena tenda sebelah yang berisik, entah apa yang terjadi. Kemudian ts tidak menghiraukan hal itu dan kembali melanjutkan tidur. Pagi pun datang, kami langsung keluar untuk melihat sunrise sambil menyeduh segelas kopi atau susu untuk menghangatkan. Kembali kami berswafoto dan dilanjut mengobrol yang kemudian dilanjutkan mengintrogasi si Indah sebenernya ada apa semalam.





Setelah mobil Pick Up menjemput kami pun menaikan barang. Kemudian saat perjalanan turun tak sengaja TS melihat ke atas dan disana terdapat seseorang dengan wajah yang kurang jelas melambaikan tangan nya kekami. Sampailah kami kembali dirumah Dikky dan dilanjut untuk persiapan pulang keesokan harinya ke Jakarta. Alhamdulillah kita semua sampai di rumah dengan selamat dan lengkap tetapi kami tidak tau apakah pulang dengan jumlah yang sama atau bertambah.

Menurut TS ada wanita yang diikuti sampai ke rumah Dikky & Ketika di tempat asing lebih baik tidak terlalu berisik ditakutkan akan ada yang terganggu. Saran TS adalah dimana pun kita walaupun sendirian bukan berarti kita benar-benar sendirian namun yang tak kasat mata selalu ada tanpa kita sadari dan tetap menjaga sopan santun.

:terimakasih:terimakasih:terimakasih

Sumber: Pengalaman Pribadi TS
Sumber Foto: Doc. Pribadi