

TS
balnus2019
Dilema Pekerja Luar Negeri
Namanya Alia, berusia 35 tahun, berambut panjang dan berwajah cantik exotic alamiah.
Tidak banyak yang akan menyangka bahwa di balik wajah cantik dan penampilan yang “attractive” itu, ada kepribadian seorang bisnis leader yang sangat strong dan tough. Alia adalah lulusan sebuah bisnis school dari kota Marseille dan setelah ditempa di sebuah perusahaan Perancis selama 5 tahun, dia mengambil MBA nya di INSEAD, salah satu sekolah bisnis terbaik di bumi ini.
Tidak ada hujan tidak ada angin, tiba-tiba Iphone saya berbunyi pada jam makan siang. Saya melihat di layarnya “Alia”, “Pam, Tu est libre ce soir?” (Kamu ada waktu nanti malam?)
Malam itu kami dinner di sebuah restauran Perancis di jalan Senopati (untungnya dia yang nraktir).
Setelah berbasa basi dan minum Malibu orange kesukaan saya, dan makan Quiche Lorraine kesukaan saya, Alia pun mulai curhat.
“Je suis completement perdue, deboussole, j’en ai marre et j’ai envie de partir d’ici”
Saya lagi dalam masalah serius, saya lagi kebingungan, bosan, galau dan pengin pergi meninggalkan semuanya!
Sambil pura-pura menjadi pendengar yang baik,saya pun bertanya,”C’est pas vrai? Pourquoi?”
“Oh ya? Kenapa?”. Dan Alia pun memborbardir saya dengan curhat nya.
Dia ternyata lulus S-1 di Perancis dengan nilai cemerlang (Ibunya Alia adalah seorang single mother yang mengajari Alia untuk selalu bekerja keras dan tidak pernah tergantung kepada siapapun).
Setelah itu, dia diterima sebagai Management Trainee di sebuah perusahaan Top di Paris.
Lima tahun dia bekerja di sana dengan prestasi sangat bagus, dan dia meneruskan untuk sekolah di INSEAD (salah satu kampus bisnis terbaik di bumi ini). Lagi-lagi dengan nilai yang bagus.
Tadinya dia ingin tinggal di Perancis dan menikah dengan Guillaume (pacarnya yang orang Perancis).
Pada saat ibunya sakit dan perusahaannya yang lama menawarkan pekerjaan bagus di Jakarta, Alia memutuskan untuk pulang. Meskipun harus memutuskan hubungannya dengan Guillaume.
Pada awalnya, Alia (dan perusahaannya) berfikir bahwa Alia pasti akan sukses.
Dia pintar, ijasahnya keren, mengenal budaya perusahaannya, dan mengenal budaya orang Indonesia? Mau apa lagi? Bossnya merasa menemuka berlian.
Dan mulailah bencana itu dimulai!
Ternyata Alia kaget banget dengan cara kerja timnya.
Menurut Alia mereka itu suka telat, suka ngegosip, dan gak fokus pada kerjaannya sama sekali.
Alia bilang,”Salah seorang anak buah saya, punya puluhan WhatsApps group, tiga group untuk temen-temen SMA, tiga untuk SMP, lima WA group kuliah, dua group untuk kantor lama, dan kemudian beberapa WA group untuk urusan pekerjaan”
“Gimana dia focus sama kerjaan?”
Dan masih menurut Alia,”Kok kayaknya anak buah saya rata-rata juga baper-an banget! Kerjaan kan harus perfect, eh mereka kerjaannya salah, ditegur dikit aja, bisa ngambek seharian! Qu’est que je dois faire?” (Terus apa yang harus gua lakukan?).
Akibat dari semua itu hubungan Alia dengan timnya mulai memburuk, anak buahnya tidak
mengerjakan apa yang Alia suruh lakukan, banyak sekali project-project yang tidak maju-maju, atasan Alia mulai kehilangan kesabaran, dan Alia pun mulai frustasi.
“J’en ai assez, je n’en peux plus, et je vais me barrer!”
Enough is enough, I cannot take it anymore and I will just go away!
Istri saya (yang sangat bijak) selalu berkata,”The only beautiful women who come to you are only the ones with big shits and a lot of troubles” I hate it when she is right!
Ok, tapi kita serius dulu. Apa yang terjadi dengan Alia?
Syndroma ini adalah syndroma klasik dari seorang diaspora yang kembali ke negara asalnya. Banyak yang (merasa) pinter dan berprestasi di luar negeri. Waktu pulang ternyata tidak bisa berprestasi.
Dan mereka menyalahkan lingkungan di Indonesia, teman-teman kerjanya di Indonesia, budaya kerja di Indonesia. Padahal yang terjadi adalah mereka tidak mampu menyesuaikan diri.
Ada yang bilang,”Kan mereka sudah sukses di luar negeri. Berarti mereka pinter dong. Kalau gak berprestasi di sini ya berarti salah atasan dan lingkungannya dong?”
Well, hidup akan jadi mudah sekali kalau kita hanya bisa menyalahkan orang lain. Padahal hidup itu is not designed like that. Kalau hidup anda berhasil, anda harus mengucapkan selamat pada diri anda sendiri atas kerja keras anda sendiri. Kalau hidup anda gagal, satu-satunya orang yang harus anda salahkan adalah anda sendiri. (The only person that you can blame is the one in the mirror!)
Terus ada apa dengan Alia?
Kuda itu jago berlari padang rumput, monyet jago memanjat di pohon, ikan jago berenang fi kolam. Semua sama sama jago. Tetapi kalau tiba-tiba anda ceburin Kuda itu ke kolam, ya dia akan mati!
Alia berprestasi kerja yang luar biasa di Perancis. Tetapi kalau langsung diterjunkan di belantara Jakarta, dia juga akan mati! Seperti halnya kuda yang dicemplungkan ke kolam yang dalam, tanpa diajari berenang.
Berarti mestinya Alia melihat kolam itu dulu dari luar, mulai masuk ke kolam, di pinggir saja dulu, kalua bisa cari bagian yang tidak begitu dalam, mulai pelan-pelan belajar renang dan kemudian pada saat yang tepat baru pelan-pelan ke tengah, dan kemudian baru berenang dengan cepat.
Kok kayak berenang? Ya kan memang di kolam!
Kok mesti begitu, Alia kan orang Indonesia iuta? Tidak! Alia sudah meninggalkan Indonesia sepuluh tahun yang lalu, dia tidak lagi berfirkir seperti orang Indonesia.
Mengapa demikian?
Otak kita ini bekerja keras untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitar kita.
Berarti waktu Alia pergi ke Perancis, Alia juga harus menyesuaikan diri dan kemudian berfikir seperti orang Perancis.
Kemungkinannya ada dua:
a) Kalau Alia tidak bisa menyesuaikan diri, Alia akan terus menerus stress dan frustasi dan tidak akan perform
b) Kalau Alia bisa menyesuaikan diri, maka dia akan berfikir seperti orang Perancis.
Nah, resikonya apa? Kalau dia sudah berfikir seperti orang Perancis, maka waktu pulang ke Indonesia gantian dia yang akan frustasi dan stress.
Itulah mengapa ada diaspora yang berhasil dan ada diaspora yang gagal.
Dari yang gagal ada dua kemungkinan lagi, ada yang kembali ke negara di mana dia dulu kuliah.
Atau ada yang menetap di Indonesia, tetapi mereka akan terus menerus frustasi dan stress sampai (semoga) suatu saat bisa menyesuaikan diri.
Kadang-kadang ada yang bertanya,”Kan kita sudah membentuk karakter yang bagus dan profesional di luar negeri. Kenapa harus mengubah diri lagi?”
Jawabannya,”Kalau gak mau beradaptasi ya gak usah kembali ke negeri ini. Tinggal aja terus di luar negeri!” And this is a serious answer. Kalau anda mau sukses di kolam, ya harus belajar berenang!
Tentu saja beberapa statement di atas saya dapatkan dari pengalaman saya sendiri. Saya pernah lama di luar negeri dan pulang balik tiga kali ke Indonesia, saya pernah mengalami frustasi, stress dan kegagalan yang dialami Alia, sebelum akhirnya saya belajar menyesuaikan diri. Saya juga mengamati banyak diaspora yang kembali ke Indonesia dan mengevaluasi apa yang mereka lakukan, bagaimana menyesuaikan diri, dan bagaimana prestasi mereka di karier mereka.
Terus apa dong yang harus kita lakukan?
Berdasarkan observasi dan analisa saya, saya dapat merekomendasikan empat langkah di bawah ini:
a) LEARN THE CULTURE
Pertama kali, kita harus belajar lagi tentang budaya Indonesia cara orang Indonesia berfikir dan cara orang Indonesia bekerja. Sebelum anda pulang dari luar negeri belilah buku tentang cuture shock tentang Indonesia. Buku semacam ini ada banyak di luar negeri, tentang culture shock dan budaya dari berbagai bangsa. Setiap expatriate dari luar negeri yang mau pulang ke Indonesia yang mau bekerja ke Indonesia selalu membeli buku itu dan membacanya untuk mengenal budaya kerja orang Indonesia.
Anda mungkin tertawa mengapa orang Indonesia Harus belajar tentang cara kerja dan cara berfikir orang Indonesia lagi.
Ingat, anda bukan orang Indonesia lagi, sudah puluhan tahun anda tinggal di negara lain, anda sudah lama anda tidak berfikir dengan cara Indonesia.
Pulang ke Indonesia pada saat liburan bukan jaminan bahwa anda mengerti pola kerja orang Indonesia, maka belajarlah lagi tentang budaya dan cara kerja orang Indonesia.
b) LEARN THE CONTEXT
Setelah anda belajar tentang budaya kerja orang Indonesia, belajarlah konteks pekerjaan anda.
Anda akan bekerja di sebuah perusahaan dengan budaya kerja tertentu, apakah itu barusan asing, perusahaan local, perusahaan keluargga atau BUMN, pasti punya cara kerja sendiri.
Pelajarilah sebanyak banyaknya tentang bisnis perusahaan itu, kompetisinya bagaimana, peraturan regulasi nya bagaimana, Leadership style di perusahaan itu dan budaya kerja di sana.
Bersiaplah untuk beradaptasi dengan cara itu
c) LEARN from OTHERS
Ketiga, belajarlah dari orang lain, belajarlah dari kolega Anda dari leader Anda dan dari anak buah anda. Pada saat anda bekerja dengan mereka dan anda menemukan cara yang berbeda, pikirkan apa yang anda bisa pelajari dari mereka. Pasti ada yang bagus. Jangan berfikir bahwa Anda datang dengan semua pengetahuan yang bagus dan orang lain semuanya jelek. Pasti ada yang bagus dari mereka yang bisa anda pelajarai. Mungkin mereka mempunyai pengetahuan tentang local market yang lebih bagus, mungkin mereka mengetahui bagaimana mendekati konsumen, mungkin mereka lebih mengetahui bagaimana membina hubungan baik dengan sesama team member.
Jadi berhentilah melihat dari Sisi negatif mereka saja, instead of doing that, be open mind dan belajarlah dari mereka.
d) LEARN to CHANGE yourself
Terakhir dan yang paling penting, belajarlah untuk mengubah diri anda sendiri. Dunia berubah dan kita juga harus berubah. Anda memutuskan untuk pulang ke Indonesia, sekarang Indonesia juga sudah berubah, budaya kerja juga sudah berubah. Apa yang anda ketahui beberapa tahun lalu mungkin sudah tidak relevan lagi sekarang. (By the way, Tanamur, Musro, Aldiron Plaza dan Toko kaset Aquarius sudah tutup! 😊 ). Anda harus mengubah cara pikir dan cara kerja Anda untuk menyesuaikan diri dengan orang Indonesia. Bukan berarti Anda harus mengorbankan semua pengetahuan atau nilai profesional yang anda dapatkan di luar negeri, tetapi belajarlah untuk memahami orang Indonesia dan belajarlah untuk mempengaruhi mereka dengan influencing style anda untuk mencapai hasil yang terbaik. Jangan ragu ragu, jangan malu malu untuk berubah. Karena orang yang paling sukses itu bukan yang paling pintar, tetapi yang paling mampu menyesuaikan diri dengan perubahan!
Jadi ingat ya, kalau anda jadi diaspora yang ingin kembali ke Indonesia, atau anda menjadi boss (atau HR) yang ingin merekrut para diaspora itu, ingat tentang empat hal ini:
a) LEARN THE CULTURE
b) LEARN THE CONTEXT
c) LEARN from OTHERS
d) LEARN to CHANGE yourself
repost dari LinkedIn Pambudi Sunarsihanto
Tidak banyak yang akan menyangka bahwa di balik wajah cantik dan penampilan yang “attractive” itu, ada kepribadian seorang bisnis leader yang sangat strong dan tough. Alia adalah lulusan sebuah bisnis school dari kota Marseille dan setelah ditempa di sebuah perusahaan Perancis selama 5 tahun, dia mengambil MBA nya di INSEAD, salah satu sekolah bisnis terbaik di bumi ini.
Tidak ada hujan tidak ada angin, tiba-tiba Iphone saya berbunyi pada jam makan siang. Saya melihat di layarnya “Alia”, “Pam, Tu est libre ce soir?” (Kamu ada waktu nanti malam?)
Malam itu kami dinner di sebuah restauran Perancis di jalan Senopati (untungnya dia yang nraktir).
Setelah berbasa basi dan minum Malibu orange kesukaan saya, dan makan Quiche Lorraine kesukaan saya, Alia pun mulai curhat.
“Je suis completement perdue, deboussole, j’en ai marre et j’ai envie de partir d’ici”
Saya lagi dalam masalah serius, saya lagi kebingungan, bosan, galau dan pengin pergi meninggalkan semuanya!
Sambil pura-pura menjadi pendengar yang baik,saya pun bertanya,”C’est pas vrai? Pourquoi?”
“Oh ya? Kenapa?”. Dan Alia pun memborbardir saya dengan curhat nya.
Dia ternyata lulus S-1 di Perancis dengan nilai cemerlang (Ibunya Alia adalah seorang single mother yang mengajari Alia untuk selalu bekerja keras dan tidak pernah tergantung kepada siapapun).
Setelah itu, dia diterima sebagai Management Trainee di sebuah perusahaan Top di Paris.
Lima tahun dia bekerja di sana dengan prestasi sangat bagus, dan dia meneruskan untuk sekolah di INSEAD (salah satu kampus bisnis terbaik di bumi ini). Lagi-lagi dengan nilai yang bagus.
Tadinya dia ingin tinggal di Perancis dan menikah dengan Guillaume (pacarnya yang orang Perancis).
Pada saat ibunya sakit dan perusahaannya yang lama menawarkan pekerjaan bagus di Jakarta, Alia memutuskan untuk pulang. Meskipun harus memutuskan hubungannya dengan Guillaume.
Pada awalnya, Alia (dan perusahaannya) berfikir bahwa Alia pasti akan sukses.
Dia pintar, ijasahnya keren, mengenal budaya perusahaannya, dan mengenal budaya orang Indonesia? Mau apa lagi? Bossnya merasa menemuka berlian.
Dan mulailah bencana itu dimulai!
Ternyata Alia kaget banget dengan cara kerja timnya.
Menurut Alia mereka itu suka telat, suka ngegosip, dan gak fokus pada kerjaannya sama sekali.
Alia bilang,”Salah seorang anak buah saya, punya puluhan WhatsApps group, tiga group untuk temen-temen SMA, tiga untuk SMP, lima WA group kuliah, dua group untuk kantor lama, dan kemudian beberapa WA group untuk urusan pekerjaan”
“Gimana dia focus sama kerjaan?”
Dan masih menurut Alia,”Kok kayaknya anak buah saya rata-rata juga baper-an banget! Kerjaan kan harus perfect, eh mereka kerjaannya salah, ditegur dikit aja, bisa ngambek seharian! Qu’est que je dois faire?” (Terus apa yang harus gua lakukan?).
Akibat dari semua itu hubungan Alia dengan timnya mulai memburuk, anak buahnya tidak
mengerjakan apa yang Alia suruh lakukan, banyak sekali project-project yang tidak maju-maju, atasan Alia mulai kehilangan kesabaran, dan Alia pun mulai frustasi.
“J’en ai assez, je n’en peux plus, et je vais me barrer!”
Enough is enough, I cannot take it anymore and I will just go away!
Istri saya (yang sangat bijak) selalu berkata,”The only beautiful women who come to you are only the ones with big shits and a lot of troubles” I hate it when she is right!
Ok, tapi kita serius dulu. Apa yang terjadi dengan Alia?
Syndroma ini adalah syndroma klasik dari seorang diaspora yang kembali ke negara asalnya. Banyak yang (merasa) pinter dan berprestasi di luar negeri. Waktu pulang ternyata tidak bisa berprestasi.
Dan mereka menyalahkan lingkungan di Indonesia, teman-teman kerjanya di Indonesia, budaya kerja di Indonesia. Padahal yang terjadi adalah mereka tidak mampu menyesuaikan diri.
Ada yang bilang,”Kan mereka sudah sukses di luar negeri. Berarti mereka pinter dong. Kalau gak berprestasi di sini ya berarti salah atasan dan lingkungannya dong?”
Well, hidup akan jadi mudah sekali kalau kita hanya bisa menyalahkan orang lain. Padahal hidup itu is not designed like that. Kalau hidup anda berhasil, anda harus mengucapkan selamat pada diri anda sendiri atas kerja keras anda sendiri. Kalau hidup anda gagal, satu-satunya orang yang harus anda salahkan adalah anda sendiri. (The only person that you can blame is the one in the mirror!)
Terus ada apa dengan Alia?
Kuda itu jago berlari padang rumput, monyet jago memanjat di pohon, ikan jago berenang fi kolam. Semua sama sama jago. Tetapi kalau tiba-tiba anda ceburin Kuda itu ke kolam, ya dia akan mati!
Alia berprestasi kerja yang luar biasa di Perancis. Tetapi kalau langsung diterjunkan di belantara Jakarta, dia juga akan mati! Seperti halnya kuda yang dicemplungkan ke kolam yang dalam, tanpa diajari berenang.
Berarti mestinya Alia melihat kolam itu dulu dari luar, mulai masuk ke kolam, di pinggir saja dulu, kalua bisa cari bagian yang tidak begitu dalam, mulai pelan-pelan belajar renang dan kemudian pada saat yang tepat baru pelan-pelan ke tengah, dan kemudian baru berenang dengan cepat.
Kok kayak berenang? Ya kan memang di kolam!
Kok mesti begitu, Alia kan orang Indonesia iuta? Tidak! Alia sudah meninggalkan Indonesia sepuluh tahun yang lalu, dia tidak lagi berfirkir seperti orang Indonesia.
Mengapa demikian?
Otak kita ini bekerja keras untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitar kita.
Berarti waktu Alia pergi ke Perancis, Alia juga harus menyesuaikan diri dan kemudian berfikir seperti orang Perancis.
Kemungkinannya ada dua:
a) Kalau Alia tidak bisa menyesuaikan diri, Alia akan terus menerus stress dan frustasi dan tidak akan perform
b) Kalau Alia bisa menyesuaikan diri, maka dia akan berfikir seperti orang Perancis.
Nah, resikonya apa? Kalau dia sudah berfikir seperti orang Perancis, maka waktu pulang ke Indonesia gantian dia yang akan frustasi dan stress.
Itulah mengapa ada diaspora yang berhasil dan ada diaspora yang gagal.
Dari yang gagal ada dua kemungkinan lagi, ada yang kembali ke negara di mana dia dulu kuliah.
Atau ada yang menetap di Indonesia, tetapi mereka akan terus menerus frustasi dan stress sampai (semoga) suatu saat bisa menyesuaikan diri.
Kadang-kadang ada yang bertanya,”Kan kita sudah membentuk karakter yang bagus dan profesional di luar negeri. Kenapa harus mengubah diri lagi?”
Jawabannya,”Kalau gak mau beradaptasi ya gak usah kembali ke negeri ini. Tinggal aja terus di luar negeri!” And this is a serious answer. Kalau anda mau sukses di kolam, ya harus belajar berenang!
Tentu saja beberapa statement di atas saya dapatkan dari pengalaman saya sendiri. Saya pernah lama di luar negeri dan pulang balik tiga kali ke Indonesia, saya pernah mengalami frustasi, stress dan kegagalan yang dialami Alia, sebelum akhirnya saya belajar menyesuaikan diri. Saya juga mengamati banyak diaspora yang kembali ke Indonesia dan mengevaluasi apa yang mereka lakukan, bagaimana menyesuaikan diri, dan bagaimana prestasi mereka di karier mereka.
Terus apa dong yang harus kita lakukan?
Berdasarkan observasi dan analisa saya, saya dapat merekomendasikan empat langkah di bawah ini:
a) LEARN THE CULTURE
Pertama kali, kita harus belajar lagi tentang budaya Indonesia cara orang Indonesia berfikir dan cara orang Indonesia bekerja. Sebelum anda pulang dari luar negeri belilah buku tentang cuture shock tentang Indonesia. Buku semacam ini ada banyak di luar negeri, tentang culture shock dan budaya dari berbagai bangsa. Setiap expatriate dari luar negeri yang mau pulang ke Indonesia yang mau bekerja ke Indonesia selalu membeli buku itu dan membacanya untuk mengenal budaya kerja orang Indonesia.
Anda mungkin tertawa mengapa orang Indonesia Harus belajar tentang cara kerja dan cara berfikir orang Indonesia lagi.
Ingat, anda bukan orang Indonesia lagi, sudah puluhan tahun anda tinggal di negara lain, anda sudah lama anda tidak berfikir dengan cara Indonesia.
Pulang ke Indonesia pada saat liburan bukan jaminan bahwa anda mengerti pola kerja orang Indonesia, maka belajarlah lagi tentang budaya dan cara kerja orang Indonesia.
b) LEARN THE CONTEXT
Setelah anda belajar tentang budaya kerja orang Indonesia, belajarlah konteks pekerjaan anda.
Anda akan bekerja di sebuah perusahaan dengan budaya kerja tertentu, apakah itu barusan asing, perusahaan local, perusahaan keluargga atau BUMN, pasti punya cara kerja sendiri.
Pelajarilah sebanyak banyaknya tentang bisnis perusahaan itu, kompetisinya bagaimana, peraturan regulasi nya bagaimana, Leadership style di perusahaan itu dan budaya kerja di sana.
Bersiaplah untuk beradaptasi dengan cara itu
c) LEARN from OTHERS
Ketiga, belajarlah dari orang lain, belajarlah dari kolega Anda dari leader Anda dan dari anak buah anda. Pada saat anda bekerja dengan mereka dan anda menemukan cara yang berbeda, pikirkan apa yang anda bisa pelajari dari mereka. Pasti ada yang bagus. Jangan berfikir bahwa Anda datang dengan semua pengetahuan yang bagus dan orang lain semuanya jelek. Pasti ada yang bagus dari mereka yang bisa anda pelajarai. Mungkin mereka mempunyai pengetahuan tentang local market yang lebih bagus, mungkin mereka mengetahui bagaimana mendekati konsumen, mungkin mereka lebih mengetahui bagaimana membina hubungan baik dengan sesama team member.
Jadi berhentilah melihat dari Sisi negatif mereka saja, instead of doing that, be open mind dan belajarlah dari mereka.
d) LEARN to CHANGE yourself
Terakhir dan yang paling penting, belajarlah untuk mengubah diri anda sendiri. Dunia berubah dan kita juga harus berubah. Anda memutuskan untuk pulang ke Indonesia, sekarang Indonesia juga sudah berubah, budaya kerja juga sudah berubah. Apa yang anda ketahui beberapa tahun lalu mungkin sudah tidak relevan lagi sekarang. (By the way, Tanamur, Musro, Aldiron Plaza dan Toko kaset Aquarius sudah tutup! 😊 ). Anda harus mengubah cara pikir dan cara kerja Anda untuk menyesuaikan diri dengan orang Indonesia. Bukan berarti Anda harus mengorbankan semua pengetahuan atau nilai profesional yang anda dapatkan di luar negeri, tetapi belajarlah untuk memahami orang Indonesia dan belajarlah untuk mempengaruhi mereka dengan influencing style anda untuk mencapai hasil yang terbaik. Jangan ragu ragu, jangan malu malu untuk berubah. Karena orang yang paling sukses itu bukan yang paling pintar, tetapi yang paling mampu menyesuaikan diri dengan perubahan!
Jadi ingat ya, kalau anda jadi diaspora yang ingin kembali ke Indonesia, atau anda menjadi boss (atau HR) yang ingin merekrut para diaspora itu, ingat tentang empat hal ini:
a) LEARN THE CULTURE
b) LEARN THE CONTEXT
c) LEARN from OTHERS
d) LEARN to CHANGE yourself
repost dari LinkedIn Pambudi Sunarsihanto


tata604 memberi reputasi
1
231
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan