- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Menjelajah Hutan Cangar-pacet Di Lereng Arjuno


TS
Dharryzone
Menjelajah Hutan Cangar-pacet Di Lereng Arjuno
Kisah misteri
Mendaki gunung, lewat di lembah,
Aku yang bingung, menanti dia dari antah berantah.
Perkenalkan, namaku Rian. Saat ini usiaku masuk duapuluh lima tahun. Usia yang terbilang matang untuk memulai sebuah maghligai pernikahan.
Seorang wanita, cantik dan rupawan. Dengan perawakan seksi bermahkotakan rambut bergelombanh, yang menjuntai sampai ke bokong, telah memikat hatiku.
Postur tubuhnya terbilang mungil, dengan hidung mbangir dan mata bulat bermanik coklat.
Hubungan kami berawal dari pertemuan tak sengaja. Pertemuan yang menurut sebagian orang terkesan aneh dan menakutkan. Ada yang pernah lewat jalur lintas yang menghubungkan Cangar Batu dan Pacet Mojokerto jawa timur?
***
Desember, 2018
Di penghujung tahun 2018, aku dan kawan-kawan satu komunitas pecinta burung lovebird berencana hadir dalam event "kicau mania pecinta lovebird". Burung yang akan tampil dalam perlombaan kami persiapkan secara maksimal, mengingat ini event besar yang di hadiri banyak kontestan dari berbagai kota di jawa timur.
Bagi pecinta burung seperti kami, hadiah bukanlah yang utama, namun bisa bertemu dan ngobrol bareng sama nawak yang punya hoby sama memiliki arti istimewa yang memberi kepuasaan tersendiri bagi kami.
***
Sore itu, kami berniat berangkat dari mojokerto menuju batu. Kami memilih jalur potong kompas, untuk menghindari kemacetan di sepanjang jalur surabaya malang pada akhir pekan seperti hari itu.
Kami telah berkumpul di rumah bisri sejak pukul dua siang. Bermodalkan empat motor bebek, kami menggendong sangkar, tepat pukul setengah empat sore kami mulai berkendara beriringan menyusuri kawasan hutan di sebelah barat gunung arjuno.

Sumber :googlemaps.
Kabut telah turun, lembab dan jarak pandang pun terbatas memaksa kami berkendara dengan hati-hati. Jalan menurun kami melepas gas dan mengerem secara bergantian.
Butuh skill khusus untuk melewati jalur ini, berkelok, dan menurun serta aspal yang lumayan licin adalah tantangan yang cukup memacu adrenalin.
Beberapa kali memastikan, tidak ada yang tertinggal dari kami, aku yang berada paling belakang sendiri memberi kode 86. "Aman bos, sepedaku bar tak servis."
Langit mulai gelap, namun kawasan hutan belum usai kami lewati. Kabut yang semakin pekat membuatku kesulitan untuk memacu lebih cepat motor bebek yang semakin menua ini.
Aku berhenti sejenak di jembatan, kulihat beberapa kendaraan lain juga beristirahat. Teman-temanku sudah tak nampak mungkin mereka fikir motor yang menyalipku dan mengikuti di belakang andri di tikungan rest area tadi adalah aku, makanya aku ditinggal.
Seseorang menepuk punggung sebelah kiriku, aku kaget dan sontak menoleh. Seorang gadis cantik, berdiri di samping motor dan meminta tumpangan. Dia memaksa ikut, aku tak bisa menolak karena kasihan melihat wajah pucat itu seperti sedang ketakutan.
Kuminta dia menggendong sangkar yang tadi nangkring di jok belakang. Dia tidak keberatan, asal diberi tumpangan.
Baiklah, kupacu motor bebek warisan ayah, dengan kecepatan 40km/jam. Kembali menyusuri hutan yang masih sangat dingin. Sekitar tigapuluh menit, akhirnya kami sampai di kota batu.
Dari obrolan sepanjang perjalanan tadi, kuketahui namanya rania, ia tertinggal temannya saat sedang kencing di pinggir jembatan. Jorok.
Kami mampir di kedai kopi yang terletak di pinggir jalan daerah punten dia hanya diam, tak banyak bicara seperti saat tadi di atas jok motor. Kuperhatikan, ia memiliki alis yang terbentuk alami, dan bulu mata lentik. Hatiku berdebar, naluri lelakiku bergejolak. Aku merasa jatuh cinta pada pandangan pertama.
Aku mencoba meminta no handphone, agar aku bisa menghubunginya, tapi nyatanya dia belum cukup update, handphone saja dia belum punya. Gagal!
Aku merasa kalah sebelum berperang, dia sepertinya tahu kekecewaanku, ia bersiap pergi tapi suara pelan itu masih bisa kudengar dengan jelas, meski temaram lampu telah mengaburkan penglihatanku, "Kalau kakak ingin ketemu aku, cukup datang ke jembatan tadi."
Ia berjalan menjauh dari arah kedai, kemudian seperti hilang ditelan pekatnya malam. Aku ... Hanya bisa melihatnya pergi. Karena dia bilang, rumahnya tak jauh dari daerah ini.
***
Enam bulan telah berlalu semenjak kejadian itu, namun rasa rindu seringkali datang mengahmpiri. Dia yang kukenal dalam hitungan jam, meninggalkan bekas rasa yang cukup dalam.
Ada rasa ingin bertemu, namun rasa khawatir bahwa ia bukan manusia sepertiku, menghentikan niatan untuk menemuinya, di jembatan cangar.
Jembatan yang kebanyakan orang menganggapnya angker, namun bagiku di jembatan itu kutemukan dia yang berhasil mengusik sunyinya hati. Rania.
***
Seperti mendaki puncak arjuno yang entah kapan aku bisa lakukan, seperti itu penantian untukku bisa bertemu dengan Rania. Mengungkapkan kerinduan yang teramat dalam meski 'aku tahu tapi tak yakin' dia hadir dari dimensi lain.
***
Belajar buat fiksi, dengan latar belakang kisah mistis yang melegenda di jalur Cangar, Batu sampai Pacet Mojokerto.
Semoga tulisan ini layak dibaca dan diapresiasi oleh rekan kaskuser sekalian.


Thank you
Diubah oleh Dharryzone 30-09-2019 22:28






zafinsyurga dan 7 lainnya memberi reputasi
8
3.9K
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan