- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Akar Ghaib Gunung Bromo Itu Nyata !


TS
arinal.hasanah
Akar Ghaib Gunung Bromo Itu Nyata !

Akar Ghaib Gunung Bromo Itu Nyata !
Assalamualaikum Wr. Wb.
Selamat datang di thread saya yang kali ini akan menceritakan kisah nyata sewaktu liburan ke Gunung Bromo. Liburan bersama teman-teman alumni SMA yang diharapkan sangat menyenangkan namun ternyata cukup mendebarkan karena ulah beberapa teman. Penasaran dengan ceritanya? Yuk langsung disimak ya gan sist…
Quote:
Ilustrasi Gambar : blogspot.com
Desember 2009 saya dan 15 teman seangkatan semasa SMA berencana untuk berlibur ke Gunung Bromo. Kami yang memang sejak SMA sangat akrab ini seolah membentuk geng dengan anggota 16 orang ini, 9 cowok dan 7 cewek. Kami semua memang suka bercanda dan terkesan ceplas-ceplos kalau ngobrol dan bercanda, yang paling parah si Saiful dan Heri yang suka sarkastik.
Saiful sebagai ketua geng dan memang yang paling tua diantara kami menyewa 2 mobil untuk 16 orang ini. Saya sendiri kebetulan satu mobil bersamanya. Dan bisa ditebak, selama perjalanan memang si Saiful ini paling cerewet dan bercanda-bercanda tanpa henti. Entah mungkin ini anak pakai baterai ekstra karena hingga sampai ke parkiran pintu masuk Bromo pun dia masih ngoceh gak jelas.
Quote:
“Woiiii… kita sudah sampai di Gunung Bromo nih, ayo yang belum pernah kesini silakan foto-foto” Candanya pada teman-teman yang baru saja turun dari mobil.
“Gendeng, gimana mau foto-foto? Sekarang ini kan masih gelap” Jawab Heri
“oh iya ya.. kalian kan gak bawa kamera bagus. Hahahhaa” Ketawa Saiful diiringi ketawa kecut kami
Saat tiba di pintu masuk Bromo tersebut jam menunjukkan pukul 8 malam. Memang tidak memungkinkan untuk foto-foto di kondisi gelap karena pada saat itu teknologi kamera smartphone tidak secanggih sekarang.
“Kita makan dulu yuk ful, lapar nih” Kata Imelda pada Saiful
“Iya dong.. Perjalanan kita ke puncak Bromo itu jauh, harus isi energi sebanyak mungkin hahaha” Jawab Saiful sambil tertawa
“Cari yang murah meriah ya Ful, hehe” Selorohku
“Beresss… Saya tahu tempatnya. Disana kita bisa istirahat juga setelah makan” Jawab Saiful sombong
Kami pun bergegas mengikuti langkah Saiful menuju ke salah satu warung yang dia maksud.
Setelah kenyang dan istirahat, kami mulai bersiap jalan kaki menuju Kawah Bromo. Ya kami memutuskan untuk berjalan kaki karena Saiful meyakinkan kami kalau dia hafal betul arah kesana.
Jam menunjukkan tepat pukul 23.05 saat kami sudah siap semuanya
“Gendeng, gimana mau foto-foto? Sekarang ini kan masih gelap” Jawab Heri
“oh iya ya.. kalian kan gak bawa kamera bagus. Hahahhaa” Ketawa Saiful diiringi ketawa kecut kami
Saat tiba di pintu masuk Bromo tersebut jam menunjukkan pukul 8 malam. Memang tidak memungkinkan untuk foto-foto di kondisi gelap karena pada saat itu teknologi kamera smartphone tidak secanggih sekarang.
“Kita makan dulu yuk ful, lapar nih” Kata Imelda pada Saiful
“Iya dong.. Perjalanan kita ke puncak Bromo itu jauh, harus isi energi sebanyak mungkin hahaha” Jawab Saiful sambil tertawa
“Cari yang murah meriah ya Ful, hehe” Selorohku
“Beresss… Saya tahu tempatnya. Disana kita bisa istirahat juga setelah makan” Jawab Saiful sombong
Kami pun bergegas mengikuti langkah Saiful menuju ke salah satu warung yang dia maksud.
Setelah kenyang dan istirahat, kami mulai bersiap jalan kaki menuju Kawah Bromo. Ya kami memutuskan untuk berjalan kaki karena Saiful meyakinkan kami kalau dia hafal betul arah kesana.
Jam menunjukkan tepat pukul 23.05 saat kami sudah siap semuanya
Quote:
“Ayo kita berdoa dulu biar perjalanan kita lancar” Kata Heri
“iya bener juga tuh” Kata Nisa melengkapi nasehat Heri
Selesai berdoa bersama lalu kami bergegas memulai perjalanan menuju ke kawah Bromo, hanya dengan bermodalkan senter dari masing-masing orang.
“Ful kamu yakin ya bisa sampai ke kawah Bromo tanpa bantuan pemandu jalan?” Kata Imelda diawal perjalanan
“Hehh.. Kamu gak usah meragukan jam terbangku ya, Bromo ini udah jadi tempat bermain buatku” Jawab Saiful sombong
“Sombong kamu Ful.. awas ya kalo sampe kesasar terus kita-kita gak bisa menikmati indahnya matahari terbit di puncak Bromo” Sambung Nur yang sedari berangkat hanya diam
“Aduh tenang saja lah.. urusan kecil mah kalo cuma Bromo ini” Lanjut Saiful dengan gestur tambah sombong
“Sudah sudah.. kita percayakan saja pada Saiful” Kata Dirman menengahi
Beberapa menit perjalanan tidak ada sesuatu yang janggal. Kami juga sedikit tenang karena di depan kami tampak cahaya senter dari rombongan lain.
Dalam perjalanan Saiful dan Heri yang paling rame karena sambil bercanda, terkadang mereka sering mengatakan kata-kata kotor.
“Saiful, Heri.. jaga dong omongan kalian.. Kita ini ada di alam bebas, jangan ngomong kotor gitu” Saran Nur pada Saiful dan Heri
“Duh la dalah… Bromo ini tempat bermainku Nur, disini mah bebas” Jawab Saiful cuek
“Ya udah.. aku cuma mengingatkan lho” Jawab Nur kembali
Meski sudah dinasehati mereka berdua tetap saja bercanda dan mengeluarkan kata-kata kotor. Ditambah lagi Edi dan Zainal yang ikut-ikutan bercanda, tambah rame deh.. sementara yang lain lebih banyak ngobrol sewajarnya saja karena sambil berdoa untuk keselamatan kita semua. Terutama Dian yang paling religious, tak henti-hentinya bibirnya komat-kamit membaca doa.
“iya bener juga tuh” Kata Nisa melengkapi nasehat Heri
Selesai berdoa bersama lalu kami bergegas memulai perjalanan menuju ke kawah Bromo, hanya dengan bermodalkan senter dari masing-masing orang.
“Ful kamu yakin ya bisa sampai ke kawah Bromo tanpa bantuan pemandu jalan?” Kata Imelda diawal perjalanan
“Hehh.. Kamu gak usah meragukan jam terbangku ya, Bromo ini udah jadi tempat bermain buatku” Jawab Saiful sombong
“Sombong kamu Ful.. awas ya kalo sampe kesasar terus kita-kita gak bisa menikmati indahnya matahari terbit di puncak Bromo” Sambung Nur yang sedari berangkat hanya diam
“Aduh tenang saja lah.. urusan kecil mah kalo cuma Bromo ini” Lanjut Saiful dengan gestur tambah sombong
“Sudah sudah.. kita percayakan saja pada Saiful” Kata Dirman menengahi
Beberapa menit perjalanan tidak ada sesuatu yang janggal. Kami juga sedikit tenang karena di depan kami tampak cahaya senter dari rombongan lain.
Dalam perjalanan Saiful dan Heri yang paling rame karena sambil bercanda, terkadang mereka sering mengatakan kata-kata kotor.
“Saiful, Heri.. jaga dong omongan kalian.. Kita ini ada di alam bebas, jangan ngomong kotor gitu” Saran Nur pada Saiful dan Heri
“Duh la dalah… Bromo ini tempat bermainku Nur, disini mah bebas” Jawab Saiful cuek
“Ya udah.. aku cuma mengingatkan lho” Jawab Nur kembali
Meski sudah dinasehati mereka berdua tetap saja bercanda dan mengeluarkan kata-kata kotor. Ditambah lagi Edi dan Zainal yang ikut-ikutan bercanda, tambah rame deh.. sementara yang lain lebih banyak ngobrol sewajarnya saja karena sambil berdoa untuk keselamatan kita semua. Terutama Dian yang paling religious, tak henti-hentinya bibirnya komat-kamit membaca doa.
Quote:
Dua jam sudah kami berjalan di kawah pasir namun belum juga ada tanda-tanda sampai. Bahkan rombongan didepan kami sudah tidak kelihatan cahaya senternya. Saiful dan Heri yang awalnya rame sekarang malah diam dan nampak bingung. Nur dan Imelda menyadari kebingungan mereka.
“Hei kalian berdua udah kehabisan baterai yak kok sudah berhenti bercandanya?” Tanya Imelda pada Heri dan Saiful
“Ah enggak juga kok, cuma lagi males aja” Jawab Saiful enteng
Dari mimik wajah mereka nampak jelas kalau sedang gelisah namun mereka malu untuk mengakuinya.
Jam menunjukkan pukul 02.10, artinya sudah lebih dari tiga jam kami berjalan namun tidak ada informasi dari Saiful bahwa rombongan akan segera sampai. Hingga setengah jam berikutnya Saiful menginformasikan sesuatu yang membuat kami sedikit takut dan khawatir.
“Kita berhenti dulu ya..” Saiful membuka percakapan
“Memangnya masih lama sampainya ya Ful? Kalo hampir sampai mending lanjut aja, tanggung” Jawab Nur
“Kita tersesat” Ucap Saiful serius. Tidak biasanya dia berkata serius.
“Kamu gak bercanda kan Ful? Katamu kamu sudah hafal betul area Bromo ini” Jawab Nur dengan nada agak tinggi
“Iya nih.. Mana buktinya omonganmu, ahh” Ucap Imelda yang nampak kesal
“Gak tau juga nih, gak biasanya aneh begini” Kata Saiful lagi
“Aneh gimana maksudmu?” Jawab Nur
“Coba kalian batu itu” Ucap Saiful menunjuk sebuah batu bata putih besar
“Kalian sadar gak, batu tersebut adalah batu penanda awal kawah pasir Bromo ini” Lanjut Saiful
“Maksud kamu…” Kata Imelda yang belum sempat melanjutkan kalimatnya karena buru-buru Saiful melanjutkan penjelasannya. “Kita kembali ke titik awal Kawah Pasir”
“Kok begini sih Ful, kamu tanggung jawab ya.. Percuma kamu omong besar tapi gak ada bukti” Ucap Nur dengan nada emosi
Teman-teman yang lain juga ikut menyalahkan Saiful.
“Batu itu adalah penunjuk jalan buat pejalan kaki menuju Pura Bromo yang berada dekat Gunung Bromo. Kita sudah mengikuti batu itu tapi entah kenapa kita bisa kembali kesini lagi” Kata Saiful memberi penjelasan.
“Hei kalian berdua udah kehabisan baterai yak kok sudah berhenti bercandanya?” Tanya Imelda pada Heri dan Saiful
“Ah enggak juga kok, cuma lagi males aja” Jawab Saiful enteng
Dari mimik wajah mereka nampak jelas kalau sedang gelisah namun mereka malu untuk mengakuinya.
Jam menunjukkan pukul 02.10, artinya sudah lebih dari tiga jam kami berjalan namun tidak ada informasi dari Saiful bahwa rombongan akan segera sampai. Hingga setengah jam berikutnya Saiful menginformasikan sesuatu yang membuat kami sedikit takut dan khawatir.
“Kita berhenti dulu ya..” Saiful membuka percakapan
“Memangnya masih lama sampainya ya Ful? Kalo hampir sampai mending lanjut aja, tanggung” Jawab Nur
“Kita tersesat” Ucap Saiful serius. Tidak biasanya dia berkata serius.
“Kamu gak bercanda kan Ful? Katamu kamu sudah hafal betul area Bromo ini” Jawab Nur dengan nada agak tinggi
“Iya nih.. Mana buktinya omonganmu, ahh” Ucap Imelda yang nampak kesal
“Gak tau juga nih, gak biasanya aneh begini” Kata Saiful lagi
“Aneh gimana maksudmu?” Jawab Nur
“Coba kalian batu itu” Ucap Saiful menunjuk sebuah batu bata putih besar
“Kalian sadar gak, batu tersebut adalah batu penanda awal kawah pasir Bromo ini” Lanjut Saiful
“Maksud kamu…” Kata Imelda yang belum sempat melanjutkan kalimatnya karena buru-buru Saiful melanjutkan penjelasannya. “Kita kembali ke titik awal Kawah Pasir”
“Kok begini sih Ful, kamu tanggung jawab ya.. Percuma kamu omong besar tapi gak ada bukti” Ucap Nur dengan nada emosi
Teman-teman yang lain juga ikut menyalahkan Saiful.
“Batu itu adalah penunjuk jalan buat pejalan kaki menuju Pura Bromo yang berada dekat Gunung Bromo. Kita sudah mengikuti batu itu tapi entah kenapa kita bisa kembali kesini lagi” Kata Saiful memberi penjelasan.
Spoiler for Dokumentasi Foto:

Foto Dokumentasi Pribadi
Quote:
Semilir angin tiba-tiba berhembus.
“Ini gara-gara kalian berdua, Ful, Her. Kalian tidak menjaga omongan kalian. Kayak gini kan jadinya” Ucap Nur lagi dengan nada masih emosi
“Sudah lah gak usah berdebat dan saling menyalahkan. Ayo kita coba sekali lagi ikuti petunjuk batu itu” Ucap Dirman
“ya sudah ayo, jawab beberapa teman-teman yang lain”
Kamipun melanjutkan perjalanan, namun kali ini suasana sepi. Tidak ada candaan khas Saiful dan Heri lagi, semuanya lebih banyak diam.
Satu jam berlalu hingga tiba-tiba Nur menghentikan rombongan. “Tunggu. Coba lihat”
Nur menunjuk batu bata putih
“Lho.. itu kan batu pertama penunjuk jalan. Kenapa kita kembali kesini lagi?” Kata Imelda
“Kita benar-benar tersesat kawan. Lebih baik kita istirahat disini saja sambil menunggu rombongan orang lewat” Kata Saiful pasrah
Nur yang tampak emosi kali ini cuma diam saja. Sementara yang lain duduk selonjoran beristirahat untuk menghilangkan lelah. Ada juga yang tertidur
Beberapa menit kemudian ada bapak-bapak jalan kaki sambil menuntun kuda. Beliau bertanya kepada kami “Mas, Mbak, bapak lihat dari parkiran sana kok kalian berputar-putar di kawah pasir ini. Kalian tersesat ya?”
“Berputar-putar gimana pak. Kami jalan lurus mengikuti petunjuk batu itu kok” Jawab Dirman
“Hmm.. Berarti kalian terjebak di Akar Ghaib. Mungkin dari kalian ada berkata-kata kotor ya”
Seketika pandangan teman-teman mengarah kearah Saiful dan Heri. Saat itu juga mereka berdua menundukkan wajah mereka.
“Gini ya mas, mbak. Dimanapun kalian berada, terutama di tempat terbuka seperti ini jaga omongan kalian. Banyak makhluk lain yang berdampingan dengan kita namun tidak nampak, kita harus menghormati mereka” Nasehat bapak tadi
“Iya pak.. Maaf teman kami khilaf” Kata Dirman
Si Bapak melanjutkan nasehatnya. “Kalian masih beruntung tidak tersesat sepenuhnya dan masih ditemukan oleh bapak. Masih untung tidak ketemu pasir hisap”
“Ayo bapak antar kalian hingga ke Pura. Lain kali kalau kesini lagi hati-hati dan jaga omongan ya mas, mbak” Lanjut Bapak
“Iya pak” Jawab kami serempak
“Ini gara-gara kalian berdua, Ful, Her. Kalian tidak menjaga omongan kalian. Kayak gini kan jadinya” Ucap Nur lagi dengan nada masih emosi
“Sudah lah gak usah berdebat dan saling menyalahkan. Ayo kita coba sekali lagi ikuti petunjuk batu itu” Ucap Dirman
“ya sudah ayo, jawab beberapa teman-teman yang lain”
Kamipun melanjutkan perjalanan, namun kali ini suasana sepi. Tidak ada candaan khas Saiful dan Heri lagi, semuanya lebih banyak diam.
Satu jam berlalu hingga tiba-tiba Nur menghentikan rombongan. “Tunggu. Coba lihat”
Nur menunjuk batu bata putih
“Lho.. itu kan batu pertama penunjuk jalan. Kenapa kita kembali kesini lagi?” Kata Imelda
“Kita benar-benar tersesat kawan. Lebih baik kita istirahat disini saja sambil menunggu rombongan orang lewat” Kata Saiful pasrah
Nur yang tampak emosi kali ini cuma diam saja. Sementara yang lain duduk selonjoran beristirahat untuk menghilangkan lelah. Ada juga yang tertidur
Beberapa menit kemudian ada bapak-bapak jalan kaki sambil menuntun kuda. Beliau bertanya kepada kami “Mas, Mbak, bapak lihat dari parkiran sana kok kalian berputar-putar di kawah pasir ini. Kalian tersesat ya?”
“Berputar-putar gimana pak. Kami jalan lurus mengikuti petunjuk batu itu kok” Jawab Dirman
“Hmm.. Berarti kalian terjebak di Akar Ghaib. Mungkin dari kalian ada berkata-kata kotor ya”
Seketika pandangan teman-teman mengarah kearah Saiful dan Heri. Saat itu juga mereka berdua menundukkan wajah mereka.
“Gini ya mas, mbak. Dimanapun kalian berada, terutama di tempat terbuka seperti ini jaga omongan kalian. Banyak makhluk lain yang berdampingan dengan kita namun tidak nampak, kita harus menghormati mereka” Nasehat bapak tadi
“Iya pak.. Maaf teman kami khilaf” Kata Dirman
Si Bapak melanjutkan nasehatnya. “Kalian masih beruntung tidak tersesat sepenuhnya dan masih ditemukan oleh bapak. Masih untung tidak ketemu pasir hisap”
“Ayo bapak antar kalian hingga ke Pura. Lain kali kalau kesini lagi hati-hati dan jaga omongan ya mas, mbak” Lanjut Bapak
“Iya pak” Jawab kami serempak
Quote:
Akhirnya kami diantarkan si Bapak hingga ke Pura dan Alhamdulillah masih bisa menikmati keindahan mentari terbit meski tidak bisa menikmati di puncak Gunung Bromo karena waktu sudah tidak memungkinkan untuk menaiki anak tangga menuju kesana.
Syukur Alhamdulillah juga hingga kami kembali ke parkiran tidak ada kejadian mistis lagi. Saiful dan Heri juga jadi pendiam karena menyadari kesalahan mereka. (Tamat)
Syukur Alhamdulillah juga hingga kami kembali ke parkiran tidak ada kejadian mistis lagi. Saiful dan Heri juga jadi pendiam karena menyadari kesalahan mereka. (Tamat)
Demikianlah kisah nyata dari saya dan teman-teman alumni SMA waktu berlibur ke Gunung Bromo dengan kenangan tersesat di kawah pasir karena adanya mitor akar ghaib yang ternyata benar-benar nyata. Dunia nyata dan mistis itu berdampingan gan sist, kita harus saling menghargai dan menghormati sesama penghuni alam ini. 







zafinsyurga dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.6K
Kutip
0
Balasan


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan