Tepatnya satu tahun yang lalu, waktu itu kita sedang liburan di malang  (9 orang)
cewek 5 cowok nya 4, kita pergi ke beberapa wisata di malang dang tidak lupa nongkrong-nongkrong di coklat dieng klasik sambil menikmati indah nya kota malang pas lagi malam.
Disitu kami ngobrol" santai, sembari menikmati makanan dan minuman yang telah kami pesan 

Tiba-tiba muncul sebuah ide dari temenku yang namanya fakhriza.
Fakhriza : "ehh besok muncak yok!"
kami yang laki-laki ya skuy" aja, namun yang cewek tidak ada yang mau karena kurang persiapan.
Sehabis cowok" pada setuju kami pun nyari di Instagram gunung mana yang bisa di buat pendakian di sekitar malang, kami pun setuju ingin mendaki gunung mahameru namun sayang untuk mendaki gunung ini kita harus mendaftar dari jauh" hari terlebih dahulu. Akhirnya kami memutuskan untuk mendaki gunung arjuno, kami sempat di peringatkan oleh teman-teman cewek kami : "FYI, gunung arjuno itu angker". 

Tapi ya yang namanya cowok ga takut lah sama makhluk yang gitu" an. Singkat cerita kami langsung mencari tempat penyewaan alat-alat pendakian, kami persiapan yaaa seadanya saja. Kami berangkat ke pasuruan untuk memulai perjalanan kami, ya titik awal pendakian lewat jalur pasuruan. Ya biasalah di post pengecekan di cek kelengkapan, administrasi dan surat pernyataan seperti di gunung-gunung lain. setelah sholat ashar akhirnya kami mulai menapakkan kaki kami untuk pergi ke atas menjauhi pemukiman, ohh iya waktu itu arjuno sedang ada kebakaran jadi kami di sarankan mendakinya tidak sampai puncak. Suasana pendakian waktu itu sangat sepi, hanya kami yang berangkat ke atas sendirian. Sepi sekali ketika kami memasuki hutan-hutan yang dipenuhi dengan pohon-pohon besar.

Jarak dari satu pos ke pos yang lain sangat jauh, sehingga kami selalu berhenti di setiap pos. Tubuh kami mulai merasakan lelah ketika sampai di pos 3. by the way, sepanjang jalan kami banyak sekali kami menemui makam-makam petilasan sehingga membuat suasana semakin creepy. Nahh, ketika mecapai pos 3 itu matahari semakin redup menjadi gelap. Mungkin dikarenakan banyak pohon besar yang menutupi pencahayaan dan emang udah mulai malam juga. Mulai dari pos 3 kita menggunakan headlamp, nahh temenku ada 1 yang indigo jadi dia bisa merasakan dan melihat makhluk-makhluk yang tidak kelihatan. Hari semaki malam, semakin susah kaki-kaki kami untuk melangkah apalagi di sepanjang jalan banyak batu-batu gitu tracknya. Nah, kami kan ber empat jadi posisi jalan kami segaris kan. Temenku yang indigo di depan rada jauh, tiba-tiba dia lari kebelakang ke kami sambil ngucapin "Astaughfirullah" berkali-kali. Kami pun ikut takut dan penasaran kenapa dia lari kebelakang sambil nyebut, akhirnya kami bertanya ke dia "oyy, kamu habis liat apa?". Dia dengan gemetar menjawab "nanti aja kalo udah turun aku ceritain". Kami meneruskan perjalanan dan mengganti formasi sehingga temenku yang indigo berada di tengah. Sesampainya di pos 5 kami pun memutuskan untuk mendirikan tenda disitu karena memang sudah kecapean. Kami menginap semalam di situ, suasananya semakin creepy namun kami tidak memperdulikan karena kami kedinginan jadi kami lebih menghiraukan dan tidur. Keesokan harinya cahaya mulai terlihat lagi dan kami memulai memasak mie untuk kebutuhan perut kami sambil menikmati kopi ditemani indahnya sunrise di pagi hari.
hari semakin siang sehingga kami memutuskan untuk turun dikarenakan memang kami hanya membawa perbekalan yang sedikit saja. Pas kami dalam perjalanan menuju ke bawah anehnya tiba-tiba banyak orang yang turun dari atas dengan tidak membawa peralatan untuk mendaki apapun. Mereka memakai baju yang seragam yaitu hitam dengan memakai blangkon, bukan hanya laki-laki dewasa saja bahkan ada wanita dan anak-anak kecil juga. Kami merasa merinding, karena pas waktu kami naik tidak ada satupun orang yang naik sama sekali. Pas sampai dibawah kami pun ngobrol tentang kejadian tadi malam : "Jadi tadi malem kenapa?" temenku yang indigo pun menjawab : "Ada sosok besar bermata merah sedang mencegat kita dijalan"