Nasib Olahraga Indonesia

Angin segar berhembus di kala ASEAN games kemarin, Atlet yang berprestasi mendapatkan bonus dari kepala negara, jumlahnya sampai tembus 1 M.

Hal yang paling menyenangkan jua, ketika diangkat menjadi PNS, mantap kan gansis?



Fasilitas-fasilitas untuk mendukung para atletnya agar lebih giat berlatih pun sudah di renovasi.



“Mudah-mudahan dengan fasilitas olahraga itu kita bisa memeliharanya, dan sekarang tugasnya para atlet supaya prestasinya harus lebih baik,” tutur Basuki, di Jakarta, Kamis (23/8/2018). (Kompas)

Akan tetapi, ketika para atlet sudah berjuang lebih baik dan dapat mengharumkan nama bangsa, para suporter bertindak sebaliknya.

Kericuhan terjadi ketika Timnas kalah saat melawan Malaysia di kualifikasi piala dunia 2022, sebenarnya kericuhan suporter bukan kali ini saja, bahkan sudah menjadi hal lumrah.

Masih ingatkah gansis, ketika para suporter merusak GBK yang baru selesai direnovasi untuk ASEAN games, berapa banyak uang yang sudah keluar, dan jumlah yang tidak sedikit untuk merenovasi kembali.

Banyak catatan kelam yang dilakukan oleh suporter, dari pengrusakan bahkan pembunuhan, karena tidak suka suporter tim A dengan suporter tim B.

Memang ada-ada saja ulah para pendukung, tidak bisa menerima kekalahan, suporter tetapi tidak suportif.

Namun, kalau ditanyakan bagaimana nasib olahraga kita? saya tetap optimis bahwa negara kita, khusus para atletnya bisa terus berjaya lewat prestasi bukan dengan emosi.

Inilah atlet-atlet si cantik yang berprestasi, telah mengharumkan Indonesia di tingkat internasional;

Aris Susanti

Atlet panjat tebing, kelahiran grobogan, Jawa Tengah, masuk daftar anak muda berprestasi di Asia tahun 2019, dengan usia di bawah 30 tahun.

Saya menyaksikan ketika dia panjat tebing begitu cepat seperti sedang menyaksikan film Spiderman loh gansis.

Ceyco Georgia

Atlet cantik karate, berdarah batak ini telah bergelar juara dunia, dilansir liputan 6.comCeyco merupakan juara WKF (world karate federation) Junior kelas kumite +59 kg yang berlangsung di ICE, BSD Serpong, November tahun lalu.



Pada acara Michael Tjandra Luar Biasa, Rtv, Caesar kakak Ceyco pun seorang atlet karate, dia mengatakan, orang tua mereka, akan mengikuti anak-anaknya untuk mengikuti karate ketika memasuki usia lima tahun.

Kakaknya pun khawatir karena hidung Ceyco rada bengkok, akibat terkena kontak fisik, meski termasuk pelanggaran, yang namanya ilmu bela diri, salah sasaran pasti terjadi. Mantap kan gansis, demi Indonesia, wajah cantiknya dia rela korbankan.






Atlet angkat besi ini, berusia 16 tahun dan masih duduk di bangku SMA di Pameungpeuk, Bandung loh gansis, meski masih muda dan cantik, atlet ini sudah menjadi juara dunia.








Meski sudah pensiun, atlet badminton yang satu ini adalah jebolan PB Djarum yang berprestasi, sekarang dia menjadi penasihat teknik di PB Djarum, klub yang membesarkan namanya.



Berhubungan dengan hal tersebut, polemik antara KPAI dan PB Djarum akhirnya menemukan jalan keluar, mereka sudah menemukan kesepakatan, sehingga audisi yang dilakukan PB Djarum akan terus berlangsung, untuk mencetak atlet-atlet muda berbakat agar bisa berprestasi ditingkat nasional dan internasional.

Masih banyak lagi atlet-atlet yang mengharumkan nama bangsa di tingkat internasional, meski untuk olah raga sepak bola Indonesia masih terlalu jauh, akan tetapi apa yang tidak mungkin bila terus berusaha.

Kesimpulannya, nasib olah raga Indonesia bisa terus berjaya di tangan-tangan sumber daya yang unggul, didukung oleh fasilitas yang memadai, dan suporter yang bisa lebih suportif.

Suporter dibutuhkan untuk penyemangat para atlet, maka dari itu para atletnya harus memberikan penampilan terbaiknya agar tidak mengecewakan suporternya, karena menjadi suporter sangatlah lelah, seperti kutipan di atas, Atlet Liliyana Natsir mengatakan "Sejujurnya lebih enak main, jadi penonton tegang, lelah, dan pegal. Saya salut luar biasa buat suporter yang mendukung dari pagi sampai malam," kata Butet.

"Kalau jadi penonton duduk saja tapi olahraga jantung, apalagi teriak-teriak dari awal sampai akhir. Kalau sebagai pemain tegang, tapi kita cuma fokus ke pertandingan saja," sambungnya.

Ketika saya hanya menonton lewat layar kaca saja sudah sportjantung jika atlet andalan kalah, saya sangat kecewa, apalagi yang menonton langsung, mereka sudah cape mengantri, membayar tiket, terus dikecewakan.

Bukan berarti kekecewaan harus diungkapkan dengan kekerasan, kalah menang adalah hal yang biasa dalam pertandingan, maka dari hal itu, jadilah suporter yang suportif.













Jakarta, 18 September 2019
Rabu, 02:27