Selamat pagi, siang, sore, petang, dan malam kawan - kawan kaskuser semua yang baik hati. Bertemu kembali di thread sederhana ane.




Beberapa hari belakangan beredar info bahwa salah satu layanan pembayaran digital milik Lippo Group dan Grab, OVO akan melakukan mergerdengan dompet digital asli Indonesia, DANA. Meski keduanya belum memberikan keterangan resmi terkait kesepakatan ini. Namun jika kesepakatan ini benar terjadi, maka peta persaingan layanan pembayaran digital di Indonesia akan berubah.

Bukan hanya persaingan dalam hal layanan pembayaran digital saja, lebih luas persaingan ini juga akan mengarah ke persaingan dalam bidang e-commerce, ride-hailing dan food delivery. Sebagaimana kita ketahui, mayoritas saham OVO merupakan milik Grab. Sehingga jika benar penggabungan antara OVO dan DANA terjadi maka ini akan menjadi salah satu bentuk merger yang bisa diartikan sebagai salah satu bentuk penghilangan kompetitor. Mereka akan bersatu menghadapi musuh bersama, yakni Gojek dengan Gopay-nya. Sebagaimana diketahui, berdasar data CNBC Indonesia, Gojek dengan Gopay-nya saat ini merajai pembayaran digital di Indonesia, disusul dengan OVO dan DANA yang masing - masing menguntit di posisi kedua dan ketiga.


Ini seperti mengingatkan kita kejadian beberapa tahun yang lalu. Kala itu salah satu e-commerce, Tokobagus yang mayoritas sahamnya telah dikuasai oleh OLX melakukan akuisisi terhadap merek e-commerce lain yakni Berniaga. Alih - alih menggabungkan Berniaga di dalam tubuh Tokobagus, ternyata secara tidak langsung Berniaga malah dilenyapkan. Saat itu, tinggallah Tokobagus seorang diri sebagai pemain platform penjualan dengan kategori sejenis. Tak lama kemudian, nama Tokobagus berganti nama menjadi OLX Indonesia.


Sebenarnya persaingan bisnis dengan membeli pesaing untuk kemudian "membunuhnya" sudah sering kita lihat, bahkan di level perusahaan kelas dunia sekalipun. Hal ini biasanya dilakukan untuk meminimalisir kompetitor, apalagi jika di masa depan kompetitor tersebut berpotensi mengancam pasarnya. Mau tak mau, perusahaan biasanya rela merogoh kocek lebih dalam demi "menyelamatkan" masa depan bisnis mereka.

Bahkan beredar rumor bahwa motif perusahaan kelas dunia, Google yang beberapa tahun lalu membeli piranti perangkat lunak navigasi, Waze seharga Rp. 13,5 T itu hanya untuk dimatikannya. Sebagaimana kita ketahui, Google sendiri sebelumnya juga sudah memiliki aplikasi yang sama, yakni Google Maps. Terlebih, saat ini ada beberapa fitur yang sebelumnya ada di Waze kini juga diadopsi di Google Maps, sehingga bukan tak mungkin ke depan Waze bakal dimatikan perlahan - lahan.


Sebelumnya, Google sudah melakukan beberapa pembelian yang berujung pada dimatikannya kompetitor yang dibelinya. Seperti aplikasi Urchin, yang merupakan program yang bisa menganalisa traffic dari situs perusahaan. Aplikasi ini dibeli lalu dimatikan karena menjadi pesaing Google Analytic milik Google yang memiliki fungsi yang sama dengan Urchin. Aplikasi Aardvark juga bernasib sama. Setelah dibeli Google dengan nilai penjualan USD 50 juta, aplikasi ini pun dimatikan karena bersaing dengan aplikasi Google+ milik Google. Meski pada akhirnya, Google+ pun juga dimatikan pada 2018 karena alasan kebocoran data.

Kembali ke rumor akuisisi DANA yang akan dilakukan oleh OVO. Terlepas apakah nanti keduanya akan benar - benar bergabung dan saling melengkapi atau salah satu akan dimatikan, tetap saja akuisisi ini menjadi salah satu cara OVO untuk mengurangi kompetitor sekaligus menggalang kekuatan melawan sang peminpin pasar, Gopay. Sebagai konsumen, kita berharap agar penggabungan keduanya tidak merugikan konsumen dan justru sebaliknya, bisa lebih menguntungkan konsumen dengan promo - promonya.





Disclaimer : Asli tulisan TS
Sumur Gambar : Om Google
Referensi : Ini, Ini, Ini, dan Opini Pribadi TS