Tahta dalam bahasa arab artinya nol, sedangkan dalam bahasa Indonesia artinya kedudukan. Kalau disambung - sambungin secara filosofis antara makna dalam dua bahasa tersebut memang masih berkesinambungan. Dimana seseorang yang menduduki tahta pada akhirnya akan sampai ke titik nol juga dengan melepaskan tahta itu. Lalu mengapakah masih banyak manusia yang ingin bertahta demi menguasai harta dan memerintah?

Ane kagak paham. Banyak manusia berebut tahta dengan beragam cara yang pada nantinya jug akan terguling. Habis, luluh lantak. Mereka tidak cukup dengan hidup yang serba berkecukupan. Selalu ingin hal yang lebih, lebih dan lebih. Keserakahan mendarah daging di dalam kalbunya. Takut dengan hal semacam itu. Bukankah seharusnya bisa makan dan memenuhi kebutuhan hidup saja itu sudah cukup untuk membuat hidup ini nyaman? Apa iya harus dengan menjabat di tahta terhormat untuk bisa menikmati hidup? Bukankah asal caranya baik dan halal itu saja sudah barokah?

Mengapa harus main sogok kanan kiri, jual harga diri? Matimu tak membawa tahta, hartamu tak dibawa ke liang lahat. Untuk apa menumpuk harta dunia bila caranya hina? Hidup mewah dari hasil tak barokah. Sedih ane melihat dunia yang kian terpuruk.