Sekilas Tentang Film The Santri dan Livi Zheng yang Menuai Kontroversi
TS
silviaaa444
Sekilas Tentang Film The Santri dan Livi Zheng yang Menuai Kontroversi
The Santri merupakan film yang digarap oleh Livi Zheng dan mengisahkan tentang nilai-nilai kaum santri dan tradisi pembelajaran di pondok pesantren. Film ini merupakan kerjasama dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Setelah mengeluarkan trailer pada Senin (09/09) kemarin, kabarnya, film ini akan segera tayang pada Oktober 2019 mendatang, bertepatan dengan Hari Santri.
Dengan segala kontroversi di balik nama Livi Zheng, bisa dibilang jika film The Santri merupakan film yang dinanti-nanti oleh banyak kritikus film Indonesia, atau malah membuat penasaran beberapa sutradara ternama di tanah air. Terutama setelah adanya “sidang skripsi” yang ditayangkan dalam acara Q&A MetroTV yang menampilkan Livi sedang “diuji”. Hmmm.
Quote:
Sekilas tentang The Santri Jika dikutip dari laman NU Online, kabarnya sih kisah The Santri ini berpusat pada nilai-nilai kum santri juga tradisi pembelajaran di pondok pesantren yang berbasis kemandirian, kesederhanaan, toleransi dan cinta tanah air. “Nilai-nilai tersebut adalah khazanah bangsa yang wajib dilestarikan, agar dapat diwariskan dari generasi ke generasi. Agar dunia aman, damai, adil, dan makmur serta beradap,” ungkap Imam Pituduh, wakil Sekjen PBNU dalam laman NU Online.
Film ini diperankan oleh Gus Azmi, Veve Zulfikar, dan Wirda Mansyur. Syuting film ini sendiri dilakukan di beberapa lokasi seperti Pondok Mambaus Sholihin, Candi Penataran, Hutan Maliran, juga pendopo kabupaten. The Santri yang memiliki genre drama action ini digarap oleh Livi Zheng bersama dengan adiknya Ken Zheng. Dalam wawancara dengan Tirto.id, Livi menjelaskan jika naskah film The Santri dibuat oleh PBNU dengan revisi yang ia buat. “Iya dong, revisi naskah tergantung dari pasar mana yang akan disasar. Apakah pasar AS atau bukan,” kata Livi. Dalam wawancara tersebut, Livi Zheng menjelaskan jika film The Santri dibuat untuk pasar Amerika Serikat. Menurutnya, ia mengupayakan semua filmnya bisa masuk pasar AS agar distribusi lebih gampang. Hmm, mungkin karena sebelumnya Livi memang tinggal di AS kali ya jadi mendistribusikan film di sana terasa lebih mudah daripada di negara sendiri.
The Santri yang menuai berbagai reaksi Seperti halnya kemunculan nama Livi Zheng yang penuh dengan kontroversi, film besutan Livi ini pun juga menuai berbagai reaksi. Misalnya seperti menantu Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab, yakni Hanif Alatas yang menyatakan sikap untuk menolak penayangan film The Santri ini. Penolakan ini muncul pada poster yang beredar. Dikutip dari CNNIndonesia.com, Hanif yang merupakan Ketua Umum Front Santri Indonesia (FSI) mengungkapkan penolakannya terhadap penayangan film tersebut. “Front Santri Indonesia menolak film The Santri karena tidak mencerminkan akhlak dan tradisi santri yang sebenarnya,” ungkap Hanif. Rupanya, munculnya penolakan ini nggak hanya datang dari Hanif saja Gan Sis. Luthfi Bashori yang merupakan pengasuh Pesantren Ribath Al Murtadla Al Islami Singosari, Malang, Jawa Timur pun meminta para santri dan jamaahnya agar tidak menonton film The Santri yang akan tayang pada Oktober mendatang. Menurutnya, film ini tidak mendidik karena cenderung liberal. Karena dalam film ini Luthfi melihat ada akting pacaran, campur aduk lelaki dan perempuan serta adegan membawa tumpeng ke gereja.
Munculnya nama Livi Zheng yang penuh dengan kontroversi Nama Livi Zheng ini ramai diperbincangkan karena adanya klaim keberhasilannya sebagai sutradara perempuan muda Indonesia yang dapat menembus kancah perfilman internasional melalui karyanya yang bertajuk Brush with Danger dan Bali: Beats of Paradise. Perempuan ini muncul di tanah air dengan nama yang langsung harum semerbak setelah kembalinya ia dari Los Angeles, Amerika Serikat. Film karya Livi pun dikabarkan berhasil lolos seleksi nominasi Academy Award bersama dengan 322 film lainnya pada tahun 2015. Hmmm, tapi apakah beneran menembus Hollywood ya Gan Sis? Faktanya, film garapan Livi yang bertajuk Brush with Danger tersebut memang lolos seleksi administrasi nominasi Oscar. Fyi, sebenarnya hal ini hampir bisa dipenuhi oleh semua film, entah bagaimanapun kualitasnya. Namun Livi mengubah narasinya menjadi “masuk nominasi Oscar”. Entah dalam hal ini para media yang kecolongan karena tidak memverifikasi kebenarannya atau memang Livi yang nggak mau mengklarifikasi. Hmm, lagian siapa juga sih yang bisa menolak persona “prestasi anak bangsa” yang sangat berkilauan semacam itu. Nggak hanya itu aja, film-film Livi Zheng pun kerap dipromosikan oleh para pejabat tinggi Indonesia. Misalnya seperti Jusuf Kalla, Kapolri Tito Karnavian, Ketua DPR Bambang Soesatyo, hingga Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Soal hal ini kemungkinan karena orang tua Livi digadang-gadang sebagai sosok penting dan memiliki pengaruh, terutama campur tangannya terhadap “kesuksesan” anaknya tersebut.
Kalau menurut Agan Sista gimana nih soal film The Santri yang digarap oleh Livi Zheng dan akan “menembus” pasar Amerika ini? Hmmm, kalau ane sih gimana ya. Sebelumnya ane memang belum pernah nonton film yang memakai latar pesantren dan tayang di Hollywood sih, ya mungkin karena emang film-film kayak gitu nggak tayang di bioskop Amerika kali ya. Tapi paling nggak sih kita udah punya beberapa film seperti Sang Kyai (2103), 3 Doa 3 Cinta (2008), Negeri 5 Menara (2012), dan Perempuan Berkalung Sorban (2009) meskipun diantara semuanya nggak ada yang punya embel-embel film Hollywood.
Tapi kalau nonton trailer The Santri yang berdurasi 2 menit 44 detik (plus sambutan dari Ketum PBNU) rasanya optimis banget ya kalau Livi Zheng bisa memporak-porandakan bioskop di Amerika Serikat. Apalagi dalam trailernya juga ada adegan-adegan laga. Hmm, seru kan kayak film silat. Bahkan ada adegan balapan kuda. Hmm, berasa nonton drama kolosal macam Angling Dharma ya.
Tapi Gan, kalau soal santri naik kuda ini keren sih. Rasanya agak mirip dengan adegan Revalina S. Temat yang naik kuda dalam film Perempuan Berkalung Sorban yang dibuat oleh Hanung Bramantyo. Mungkin Livi Zheng memang ingin menunjukkan tentang gambaran maskulin seorang santri putri kali ya.
Selain itu, mungkin Livi Zheng juga ingin menunjukkan jika pesantren salaf pun bisa semoderat itu. Gimana enggak sih, pesantren mana sih yang membiarkan seorang santri putra dan putri ketemuan naik kuda di tengah hutan kayak adegan di trailer The Santri? He he he he.
Hmm, yaudah sih positif thinking aja kalau mungkin Livi Zheng memang ingin memasarkan film ini untuk bioskop-bioskop Amerika dan biar nggak membuat para penontonnya shock culture. Tapi ya anggap aja semua itu bukan merupakan kekurangan dalam film ini, bisa jadi hal ini malah menjadi kelebihan Livi dalam memodifikasi naskah dari PBNU? (biar sesuai dengan market Amerika tentunya).
Wkwkw ane kok malah jadi nyiyir ya. Kalau menurut Agan Sista gimana nih?