Chapter #1
Berjalan sedikit cepat, pria beruban berlalu tanpa menoleh.Hanya sesekali menyapa sambil lalu pada setiap orang yang ia kenal."Cak...."dengan sedikit senyum lebar disertai anggukan tanda hormat khas orang kampung.
Pagi itu beliau tampak tergesa-gesa, walau memang jalannya yang cepat telah dia anggap biasa. Kusebut dia "beliau", ya beliau....karna memang ia adalah pria yang memberikan sedikit improvisasinya sehingga lahirlah aku. Beliau adalah ayahku, ayah terhebat bagiku. Hari ini hari sabtu, bukan sabtu biasa bagi beberapa ratus siswa Sekolah Dasar di daerahku. Hari ini adalah hari pembagian raport di akhir cawu.
Tak mau kalah dengan belasan guru di sekolah itu yang ingin berangkat lebih awal agar tampak sebagai guru yang patut di teladani oleh siswa, laki-laki setengah abad yang juga adalah ayahku tak pelak harus berangkat lebih awal dari biasanya. Jangan mengira kalau beliau adalah salah seorang dari para pendidik di sekolah itu, atau mengira bahwa dia adalah tukang kebersihan di sekolah itu. Beliau mungkin ibarat kura-kura yang selalu membawa rumahnya kemana ia berjalan, tspi bukan karna beliau sedang bertengkar dengan Mak-q (hingga kelas 3 SD aku memanggil ibuku "mak") sehingga beliau harus mondar mandir di kampung orang.
Beliau hanya seorang pedagang bakso keliling, "hanya?"...sebuah kata yang di waktu kecil membuatku kecil hati jika di tanya oleh Guru Sekolah Dasarku tentang profesi ayahku.Namun kini menjadi sebuah fenomena yang selalu ingin kukatakan pada setiap orang yang berkecil hati menghadapi tingginya biaya pendidikan bagi anak-anaknya.
Setiap kali aku di beri pertanyaan "Kalau kamu bapaknya kerja dimana?", aku selalu menjawab "kerja swasta Bu", tanpa kusangka sang ibu guru yang lebih akrab disapa Ibu Novi menyelethuk "alah-alah...wong bapakmu dodol bakso ae..." sambil terkekeh.