Kepulangan almarhum B.J Habibie, 11 September 2019 membuat ingatan Gw kembali pada kejadian sembilan tahun silam. Saat itu yang berpulang adalah Bu Ainun, cinta sejati almarhum. 



Peristiwa bertahun lalu itu kembali segar di ingatan, karena saat itu terjadi kita semua melihat cinta yang megah telah terjadi. Kemegahan cinta itu melampaui sekat waktu dan dimensi yang dibuktikan puisi cinta abadi yang begitu sarat makna dengan bunga-bunga segar bertahun-tahun di atas pusara.



Sehingga kepergian almarhum membuat Gw mengingat kembali puisi cinta tersebut, puisi yang ditulis untuk sang istri tercinta, puisi yang manis dan kelam.

Seorang ayah, dengan cinta yang tak pernah terbelah. Kemesraan yang dibuktikan dengan karya besar. Gatot Kaca, pesawat pertama buatan putera terbaik bangsa.



Bagaimana dunia begitu mengagumi beliau, terlihat ketika trending twitter dunia menyebut namanya. Dengan belasungkawa dan milayaran doa. Siapa yang lebih mulai? Siapa yang lebih terhormat? Semua mata berkaca, menunduk dalam doa.

Bentuk cinta yang sempurna, mesra hingga ajal menjemput keduanya. Adalah sebuah pembelajaran cinta, bagi generasi muda yang mulai lebay dengan status-status media sosial dalam balutan galau meraja lela.



Lihatlah BJ Habibie, cinta adalah semangat mengabdi pada nusa dan bangsa. Memberi contoh teladan budi pekerti, ketika seluruh hadirin membuli, laporan pertanggungjawaban presiden beberapa tahun silam. Adakah beliau membenci Indonesia? Orang terhormat tak pernah minta orang lain menyodorkan tangan lalu minta maaf. Sudah termaafkan bahkan sebelum habis kata terucap.

Dia adalah BJ Habibie, teknokrat sejati. Mr Crak. Siapa yang kenal beliau? Penguasa dirgantara Indonesia pertama kalinya, barangkali akan jadi yang terakhir juga.



Ketika berita duka sampai, hanya air mata yang sanggup mengiringinya. Hanya doa semoga diterima di sisi-Nya. Surga Firdaus untuk BJ Habibie yang mulia.

Mari ingat kembali, "Kalau bukan Indonesia tanah air saya pasti tidak pernah langkah kaki menginjak bumi indah ini" demikian samar-samar teringat di kepala Gw.

Salam salut, hormat dan bangga, putra terbaik bangsa telah lahir di bumi pertiwi. Hingga akhir hayatnya tak pernah tinggalkan cela. Dialah Eyang BJ Habibie.

Semoga kita dan generasi setelah kita ada yang mampu meneruskan cita-cita beliau, menjadi negara mutakhir dengan menguasia dirgantara.
"Di langit sana ada cita-cita. Ada biru warnanya. Mari gapai asa. Jangan menyerah."

Anak beliau telah buktikan jejak ayahnya, namun terisisih dari pergolakan politik dalam negeri. Pernahkah beliau membenci? Tidak sama sekali. Itulah budi pekerti yang beliau ajarkan pada kita.



"Jangan pernah meminta pada negara, berikan apa pun yang kalian bisa."

Selamat jalan, Eyang BJ Habibie. Kau telah tiada, namun namamu abadi dalam dada. Dengan darah dan air mata. Telah kau sumbangkan kejeniusan untuk bangsa. Terimakasih Eyang. Namamu akan Gw kenang.

(Sambil menetes air mata Gw menulis tread ini Gan/Sist. Maaf gak kuasa melanjutkan.)