"Dulu saya takut mati. Sekarang tidak. Andai kata saya telah sampai waktunya, yang pertama menemui saya adalah Ainun" -BJ. Habibie-

Sangat berduka atas kepergian eyang. Salah satu putra terbaik Bangsa. Tentang dedikasinya untuk ilmu teknologi bangsa. Dan tentang cinta sejatinya kepada Ainun.

Banyak orang yang terinspirasi kepada beliau. Ingin seperti beliau, tentang kehebatan dan pencapaian beliau pada ilmu sain dan teknologi.

Tapi bukan hanya itu. Ada hal yang juga sangat menginspirasi dan membuat siapa saja luluh hatinya dengan apa yang beliau lakukan. Ya, tentang cinta sejatinya kepada Ainun.

Banyak kalimat yang mengubah pandangan orang-orang yang mencari dan ingin menemukan cinta. Seperti,

"Tak perlu seseorang yang sempurna. Cukup temukan seseorang orang yang membuatmu bahagia dan berarti lebih dari siapapun" -BJ. Habibie-

Kalimat yang sungguh membuka sudut pandang baru untuk semua orang. Beliau pria romantis yang setiap jumat memberikan bunga dan memegang pusara kekasihnya, Ainun.

Cinta sejati yang beliau ajarkan. Menghayati apa yang beliau lakukan. Bukan hanya sebagai presiden dan ilmuan saja. Tapi juga sebagai cermin ketulusan dari seorang lelaki kepada wanitanya.

Tak hanya mengajarkan mengangkasa dengan raga dan cita. Tapi juga cinta yang melukiskan sejarah. Perjuangan untuk memederkakan bangsanya juga perjuangan menjaga cintanya.

Indonesia kembali kehilangan Putra Bangsa Terbaiknya. Terimakasih sudah membuat Indonesia jauh lebih baik. Terimakasih sudah menjadi pencetus teknologi terbaik bangsa.

Semoga apa yang sudah eyang Habibie berikan kepada kita, bisa menginspirasi para generasi penerus bangsa.

Pahlawan Bangsa
Terimaksih atas dedikasi dan kontribusinya terhadap Indonesia, pak Habibie. Semoga Allah membalas jasa dan kebaikan bapak. Dan semoga bapak Habibie ditempatkan ditempat terbaik disisiNya. Sekarang bapak sudah sangat bahagia, karena sudah bertemu cinta sejatinya, Ibu Ainun. Semoga dipersatukan kembali disurgaNya.

Selamat jalan BJ. Habibie. Selamat melepas rindu dengan Ainun.

#luvvv
*author ngetik sambil menangis