Kaskus

Entertainment

darsportsAvatar border
TS
darsports
Rasa Rasisme yang Sangat Pribadi di Pulau Jawa
Rasa Rasisme yang Sangat Pribadi di Pulau Jawa

Untuk seorang mahasiswa Jayapura, menempuh pendidikan tinggi di pulau Jawa adalah suatu keinginan yang sangat mereka idam-idamkan dan dari sana juga mereka akan mendapatkan pengalaman yang tidak pantas didengar "Dasar Si Hitam" adalah kata-kata menyengat dari suatu pertemuan rasial.

Hingga sekitar lima tahun yang lalu, ane tidak memiliki banyak pengalaman menjadi orang kulit hitam di kampung sendiri, Jayapura. Singkat cerita, ane memutuskan untuk melanjutkan pendidikan Strata 1 di Pulau Jawa, tepatnya di Jakarta. Teman sekamar ane selama tahun kedua pernah belajar di Jakarta dan membagikan pengalamannya. Mereka menceritakan tentang gedung-gedung tinggi yang indah menampung setiap program studi mereka, dan menghibur ane dengan kisah-kisah pesta yang menyenangkan dan romansa kehidupan ibukota.

Rasa Rasisme yang Sangat Pribadi di Pulau Jawa
gilstime.com

Ane pun siap untuk itu menjadi hidup bagian dari hidup: kesenangan, makanan, dan kisah cinta ibukota Indonesia.

Tetapi ane begitu terperangkap dalam kegembiraan ane, sehingga ane mengabaikan perbedaan penting antara ane, teman sekamar ane dan mayoritas mahasiswa lain yang ane pelajari di Jakarta

Mereka putih. Ane, di sisi lain, adalah seorang pria Jayapura dengan kulit warna hitam gelap.

Di Jayapura, ane menyadari rasisme dalam arti luas, tetapi mungkin karena usia ane, mata ane tidak sepenuhnya terbuka untuk itu. Mama sepertinya tahu lebih baik, mengatakan hal-hal kepada ane seperti "jangan marah kalau dikatakan hitam".

Setelah semester ane di Jakarta, ane menyadari apa yang dia maksud.

Ketika ane tiba di sebuah kampus ibukota, sebuah lahan seluas 57 hektar dengan tanaman hijau subur dan barisan pohon besar, ane langsung terpikat. Tetapi semua itu langsung sirna, karena sekelompok mahasiswa melemparkan ejekan yang tidak pantas ane dengar "MO***T kok ngampus?". Ane tidak bisa membalasnya, karena selalu teringat ucapan dari mama.

Di Jakarta ini sudah menjadi hal biasa dari kita rakyat Papua, lautan manusia berkulit sawo matang begitu mendominasi disini. Jadi wajar kalau ada segelintir orang yang yang mengejek dengan perkataan seperti itu. Tapi alangkah baiknya jangan memakai imbuhan nama hewan karena kita ini sama-sama manusia dan tinggal di Indonesia.

Hal yang membuat ane bertahan melanjutkan pendidikan di Jakarta adalah karena pemerintah menyediakan asrama khusus untuk kami mahasiswa Papua. Di asrama itu sudah menjadi obat rindu untuk kami mahasiswa Papua, ada banyak hal yang kami bisa lakukan disana seperti berolahraga. Kadangkala ada juga anak-anak asli Betawi yang bergabung bersama kami untuk bermain bola. Dari sana ane langsung menyimpulakan "Ejekan orang bernada rasis susah lenyap, tapi tidak semua orang melakukan hal itu".

Puji Tuhan, hingga selesai program studi ane beruntung punya teman sekelas yang suka perbedaan dan tidak membedakan darimana orang itu berasal.
Sekian pengalaman dari ane, terima kasih
0
275
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan