- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Bintang Kejora di Bawah Indonesia


TS
Budigufi
Bintang Kejora di Bawah Indonesia

Percayalah bahwa rasisme terhadap orang Papua itu ada dan benar terjadi. Dan menurut saya sedikit banyak kita semua mempunyai peran dalam memelihara rasisme tersebut. Bahwa kita merasa lebih baik secara fisik maupun akal. Papua yang selama ini digambarkan daerah yang tertinggal. Dan secara tidak sadar kita mengambil kesimpulan bahwa daerah yang tertinggal akan melahirkan orang-orang bodoh. Belum lagi perbedaan warna kulit dan bentuk rambut. Gambaran media mengenai kecantikan mempunyai kulit putih dengan rambut hitam lurus memperkuat kesan.
Isu rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya sudah bergulir ke permasalahan yang jauh lebih mendalam. Bukan lagi perkara ketersinggungan sekelompok mahasiswa asal Papua. Seperti membuka kotak pandora mengenai perlakuan yang orang Papua terima dari rakyat Indonesia selama ini.

Kondisi semakin memanas ketika bendera bintang kejora sempat berkibar di depan istana. Dari liputan media menggambarkan hal tersebut merupakan bentuk perlawanan orang Papua. Memicu smangat perpecahan orang Papua yang berada di daerah-daerah lain. Meskipun sebenarnya terjadi perdebatan pendapat di kalangan orang-orang Papua sendiri.
Menutup akses internet dari Papua merupakan pendekatan yang keliru. Di saat pemerintah menggembar-gemborkan adanya pembangunan untuk wilayah Papua. Membatasi ruang pergerakan kelompok separatis dengan cara pemblokiran internet merupakan kemunduran. Pendekatan dengan mengirimkan pasukan militer untuk meredam konflik akan percuma jika tidak di landasi dialog yang mencairkan suasana. Seketika saya ingat Gus Dur!

Kala Papua memanas beliau melakukan pendekatan yang menyejukkan terhadap orang-orang Papua. Beliau meminta agar orang Papua yang menginginkan referendum mengurungkan niatnya. Ketika orang Papua meminta agar bendera bintang kejora bisa berkibar. Beliau dengan santai memperbolehkan bendera bintang kejora berkibar di tanah Papua. Alasannya sangat sederhana dan jenaka. "Lah wong PSSI, Slank dsb saja punya bendera sendiri, masa orang Papua tidak boleh punya bendera". Tentunya dengan syarat bendera Indonesia harus berkibar lebih tinggi di banding bendera bintang kejora.
Pemikiran Gus Dur dalam menjaga persatuan dan kesetaraan merupakan panutan bagi saya. Logika sederhana yang dimiliki beliau seolah menjadi inspirasi. Kesetaraan terhadap semua suku, agama, ras dan antar golongan yang ia pegang teguh tidak mudah termakan kekuatan poliitik. Meskipun itu pula, yang mengantarkannya turun dari kekuasaan. Kematian terjadi dua kali. Yang pertama ketika jasad sudah terbujur kaku. Dan kedua saat sejarah sudah tidak lagi mengenang. Bagi saya sosok beliau belum mati sampai saat ini.
Sumber :


nona212 memberi reputasi
1
385
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan