Selamat hari Selasa, Gansis, bertemu lagi di thread ane. Kali ini ane ingin sedikit berpendapat tentang rasisme. Baru-baru ini terjadi peristiwa yang mencoreng kebinekaan bangsa Indonesia, tindakan rasisme yang dipicu oleh masalah pelecehan sang Merah Putih.

Sebagai bangsa Indonesia, ane juga marah jika ada yang melecehkan Merah Putih, bendera kebangsaan kita. Bagi ane, NKRI harga mati, mau cari gara-gara saja itu si pelaku pelecehan. Tapi masalahnya siapakah si pelaku itu?


Suasana Asrama mahasiswa Papua di Surabaya, mencekam, 17 Agustus 2019

Seperti tercium aroma busuk di sini. Apakah si pelaku pelecehan merah putih itu sengaja mengadu domba antar suku di Indonesia ini? Selayaknya kita check and recheck jika ada kejadian yang menjurus pada kriminalitas apalagi makar. Bukankah lebih baik kita melaporkannya kepada yang berwajib selaku aparat yang menangani hal-hal tersebut?


Para mahasiswa asal Papua melakukan demonstrasi di sekitar Mabes TNI AD Jakarta, Kamis, 22 Agustus 2019

Rasisme dalam wikipedia dikatakan merupakan suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu – bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya. Hal ini sangat mencederai persatuan dalam kebinekaan di Indonesia ini. Hingga buntutnya terjadi kerusuhan yang memakan korban di Papua. Beberapa orang telah ditangkap dan menjadi tersangka penggerak atau otak kerusuhan. Sebagai masyarakat yang hanya melihat dari media, ane sangat menyayangkan dan turut prihatin atas kejadian itu.


Kerusuhan di Manokwari

Telah bertahun-tahun masyarakat Indonesia hidup dalam perbedaan, baik agama, suku dan budaya. Perbedaan-perbedaan itu menjadi kekayaan bangsa. Indonesia merupakan bangsa yang toleran. Perbedaan adat dan budaya menjadikan masing-masing daerah berbeda dan mempunyai keunikan sendiri. Keunikan yang membuat wisatawan mancanegara tertarik untuk mengunjungi negeri kita, menjadi sumber devisa negara.

Para pahlawan juga mengajarkan kepada kita melalui contoh nyata, bahwa bersatunya mereka tanpa memandang ras dan agama telah menjadikan mereka kuat hingga mampu mengusir penjajah yang telah berabad-abad menancapkan kukunya dengan erat di bumi nusantara ini.

Siapa kita hingga merasa lebih baik dari manusia lain? Melontarkan hinaan kepada makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Jika ingin membenci, bencilah perbuatan buruknya, bukan menghina orangnya, sukunya dan agamanya.

Setelah 74 tahun merdeka, bangsa Indonesia masih saja harus membenahi diri. Kita perlu belajar lagi bagaimana menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa yang telah diikrarkan sejak terlahirnya Sumpah Pemuda. Kering air mata pertiwi oleh pertikaian anak-anaknya yang dipicu oleh ketidakdewasaan dalam berbangsa dan bernegara. Katakan, kita ini satu darah. Merah seperti bendera kita. Berani melawan siapa pun yang menghina bangsa kita, namun bukan keberanian untuk bertarung dengan saudara sendiri. Hati kita diharapkan selalu putih. Seputih warna yang ada pada sang Saka. Ketulusan dalam membangun Indonesia dalam keberagaman.

Semoga, peristiwa itu bisa memberikan kita pelajaran yang berharga. Hati boleh panas tapi kepala harus tetap dingin. Siapa yang berani menghina Merah Putih, hadapi kami, pemuda pemudi Indonesia. Sekali lagi, kita eratkan barisan, persatuan dan kesatuan bangsa. NKRI harga mati!

Dari Wong Kito


Sumber

Pertama

Kedua

Ketiga