Ternyata Rasisme Adalah Budaya Leluhur Bangsa Indonesia. Yuk Kita Sudahi!
TS
capt.meliodas
Ternyata Rasisme Adalah Budaya Leluhur Bangsa Indonesia. Yuk Kita Sudahi!
Dengan mencuatnya kasus Papua. Kita seperti tersadarkan bahwa rasisme adalah sesuatu yang organik ada pada bangsa Indonesia. Kasus Rasisme paling sering di temui dalam sepakbola. Dan nyatanya pernah terjadi dalam sepak bola Indonesia ketika suporter Sriwijaya FC meneriaki "monyet" kepada pemain Persipura Jaya Pura. Jejak rasisme ini bisa di telusuri sampai ke era galatama.
Sebelum lanjut lebih jauh, kita harus memahami apa arti rasisme yang sebenarnya.
Spoiler for Rasisme:
Rasisme adalah kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat padaras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu – bahwasuatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya.
Yang termasuk di dalamnya seperti rasa kesukuan yang tinggi, menolak berhubungan dengan suku lain, generalisasi terhadap kelompok tertentu (stereotipe), dan ketakutan terhadap asing (xenofobia).
Jelas ya kalo Rasisme itu hanya terkait isu Ras - Etnis. Perbedaan gaya fashion (cadar) dan kegemaran (wibu) bukan rasisme.
KENAPA RASISME DILARANG?
Ane pribadi berpendapat karena Rasisme ini adalah sebuah bentuk pehinaan yang tidak bisa di balas. Karena tidak bisa di balas inilah menyebabkan ketidakadilan.
Contohnya ketika kita sebut orang berkulit hitam itu black.
Itu tidak adil karena mereka tidak bisa ganti menghina kita dengan coklat, putih atau kuning. Curang.
RASISME DI INDONESIA MEMANG SUDAH MENDARAH DAGING!
Rasisme merupakan warisan zaman kerajaan yang di lanjutkan oleh para penjajah. Kita mengetahui segitu tidak akurnya antara kerajaan Jawa -Sunda sampai mengakibatkan perang ratusan tahun. Lalu dilanjutkan pembagian kasta oleh Kompeni antara ras eropa dan ras pribumi.
Konflik ras ini terus terjadi dalam sejarah Indonesia. Yang paling parah tentu kasus rasisme terhadap ras kulit kuning tahun '98.
SEKELUMIT SEJARAH INDONESIA - PAPUA
Spoiler for Buka Fakta:
Faktanya Papera 1969 di Papua sangatlah tidak transparan. Dan parahnya pemerintah kita memilih bungkam sampai sekarang!
Jusuf Wanandi, yang pernah di kirim ke Papua untuk menangani kesiapan Papua melaksanakan referendum pernah mengatakan "andai referendum dilakukan tahun 1968. Maka, Indonesia harus angkat kaki dari Papua".
CARA MELAWAN RASISME MENURUT TS ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
Spoiler for Tips 1:
MENGAKUI BAHWA KITALAH PELAKU RASISME TERSEBUT!
Ya. Kitalah pelaku rasisme itu sendiri. Ketika kita bersikap apatis dengan tindakan rasisme. Secara tidak langsung kita ridho dengan perbuatan tersebut.
Pemerintah kita juga adalah pelaku rasisme.
Buktinya adalah tidak adanya investigasi mendalam terhadapa isu PEPERA '69 (PEnentuan PEndapat Rakyat papuA) yang tidak transparan. Pelarangan Jurnalisme independen di Papua (Ada yang ingat soal kasus jurnalis Rebecca?). Pemblokiran internet baru-baru ini. Dan yang lebih parah adalah sikap pemerintah Indonesia yang tidak terbuka soal pelanggaran HAM. Khususnya di Papua.
Tapi jangan buru-buru menghakimi pemerintah. Karena pemerintah adalah cerminan rakyat.
Ya sudah jelas. Pemerintah di pilih oleh mayoritas rakyat. Pemimpin yang rasis di pilih oleh mayoritas rakyat yang juga rasis.
Sudah saatnya kasus rasisme ini di tangani serius oleh pemerintah dengan mengeluarkan pidato atau statement jelas bahwa kita, Indonesia, menolak rasisme. Dan segera membuat payung hukum jelas bagi pelaku rasisme.
Dan, teruntuk kita sebagai individu. Di harapkan lebih vokal menyuarakan isu rasisme. Karena isu ini adalah isu serius yang benar-benar bisa menghancurkan kehidupan berbangsa. Menghancurkan asas slogan bhineka tunggal ika dan mengkhianati sila ke 5 : Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Berapa banyak teman dari Papua yang agan-agan miliki? nol?
Yuk mulai sekarang biasakan kita proaktif untuk berteman atau sekedar bertegur sapa dengan saudara dari Papua yang kita temui di jalan.
Spoiler for Tips 2:
WAJIB MILITER
Loh kok Wamil?
Ya. Menurut TS. Rasisme adalah akibat dari kurang piknik dan terlalu lama hidup di lingkungan yang homogen.
Dengan adanya Wamil, maka, akan tercipta lingkungan yang heterogen. Di harapkan dengan adanya Wamil akan meningkatkan rasa toleransi di antara pemuda Indonesia. Hal ini juga diperlukan agar kita lebih mengenal kondisi geografis Indonesia.
Akhirnya, ketika para pemuda ini kembali dari program Wamil. Mereka dapat menceritakan pengalamannya bertemu dengan teman-teman baru dari berbagai macam suku di Indonesia.
Sekaligus mewujudkan slogan luhur : BHINEKA TUNGGAL IKA!
Perlu di tanyakan ke dalam dada-dada kita masing-masing.
Apakah kita menganggap Papua sebagai bagian NKRI hanya semata karena kekayaan sumber daya alamnya atau murni karena kita menganggap masyarakat Papua adalah sesama saudara kita sebangsa setanah air?
Ngomong-ngomong, ane jadi teringat pembukaan UUD '45.
Spoiler for Pembukaan UUD:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pembukaan
Bahwa sesungguhnya kemerdekaanitu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Jangan-jangan, sebenarnya, kita ini yang di anggap sebagai penjajah bagi rakyat Papua?