- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Stok AS Anjlok, Harga Minyak Dunia Merangkak Naik


TS
nadaramadhan20
Stok AS Anjlok, Harga Minyak Dunia Merangkak Naik
Jum'at 06 September 2019 07:59 WIB

Harga Minyak Naik (Foto: Shutterstock)
Quote:

Harga Minyak Naik (Foto: Shutterstock)
Quote:
NEW YORK- Harga minyak mentah naik tipis pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena penurunan tajam persediaan minyak AS serta diimbangi oleh kekhawatiran perlambatan permintaan global di saat keraguan atas penyelesaian konflik perdagangan Amerika Serikat dan China.
Patokan global, minyak mentah berjangka Brent, untuk pengiriman November naik USD0,25 menjadi ditutup pada USD60,95 per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober naik empat sen menjadi berakhir pada USD56,30 per barel di New York Mercantile Exchange.
Persediaan minyak mentah dan produk AS turun pekan lalu, dengan minyak mentah jatuh untuk minggu ketiga berturut-turut meskipun ada lonjakan impor, kata Badan Informasi Energi (EIA).
Stok minyak mentah turun 4,8 juta barel, hampir dua kali lipat ekspektasi analis, menjadi 423 juta barel, terendah sejak Oktober 2018.
"Ini benar-benar laporan bullish semuanya," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.
Harga minyak melonjak lebih dari 2% setelah laporan EIA, tetapi harga berangsur-angsur memangkas kenaikan tersebut karena skeptisme merayap kembali atas prospek kesepakatan perdagangan yang akan terjadi antara dua ekonomi utama dunia meskipun putaran pembicaraan lain dijadwalkan untuk bulan depan.
"Saya pikir pasar di seluruh bursa telah membangun harapan sebanyak mungkin tentang perang perdagangan AS-China," kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York.
China dan Amerika Serikat pada Kamis sepakat untuk mengadakan pembicaraan tingkat tinggi pada awal Oktober di Washington. Demikian dikutip Antaranews, Jakarta, Jumat (6/9/2019).
"Bahkan dengan pengumuman bahwa mereka akan memulai kembali perundingan perdagangan, masih ada ketidakpastian mengenai masalah itu dan kekhawatiran perlambatan pertumbuhan permintaan, yang pada dasarnya menjaga pasar dari dorongan lebih tinggi," kata Gene McGillian, wakil presiden riset pasar di Tradition Energi di Stamford, Connecticut.
Sengketa perdagangan yang berkepanjangan telah meredam harga minyak, tetapi Brent masih naik sekitar 12% tahun ini, dibantu oleh pengurangan produksi yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia.
Meskipun demikian, OPEC dan Rusia meningkatkan produksi pada Agustus, menurut survei Reuters dan angka-angka kementerian energi Rusia.
Juga tekanan turun pada harga minyak telah meningkatkan bukti perlambatan pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia, yang telah mendorong analis untuk menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak.
Kepala Keuangan (CFO) BP Brian Gilvary mengatakan bahwa permintaan minyak global diperkirakan akan tumbuh kurang dari satu juta barel per hari pada 2019, penurunan dari tahun-tahun sebelumnya.
(dni)
Sumber
Patokan global, minyak mentah berjangka Brent, untuk pengiriman November naik USD0,25 menjadi ditutup pada USD60,95 per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober naik empat sen menjadi berakhir pada USD56,30 per barel di New York Mercantile Exchange.
Persediaan minyak mentah dan produk AS turun pekan lalu, dengan minyak mentah jatuh untuk minggu ketiga berturut-turut meskipun ada lonjakan impor, kata Badan Informasi Energi (EIA).
Stok minyak mentah turun 4,8 juta barel, hampir dua kali lipat ekspektasi analis, menjadi 423 juta barel, terendah sejak Oktober 2018.
"Ini benar-benar laporan bullish semuanya," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.
Harga minyak melonjak lebih dari 2% setelah laporan EIA, tetapi harga berangsur-angsur memangkas kenaikan tersebut karena skeptisme merayap kembali atas prospek kesepakatan perdagangan yang akan terjadi antara dua ekonomi utama dunia meskipun putaran pembicaraan lain dijadwalkan untuk bulan depan.
"Saya pikir pasar di seluruh bursa telah membangun harapan sebanyak mungkin tentang perang perdagangan AS-China," kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York.
China dan Amerika Serikat pada Kamis sepakat untuk mengadakan pembicaraan tingkat tinggi pada awal Oktober di Washington. Demikian dikutip Antaranews, Jakarta, Jumat (6/9/2019).
"Bahkan dengan pengumuman bahwa mereka akan memulai kembali perundingan perdagangan, masih ada ketidakpastian mengenai masalah itu dan kekhawatiran perlambatan pertumbuhan permintaan, yang pada dasarnya menjaga pasar dari dorongan lebih tinggi," kata Gene McGillian, wakil presiden riset pasar di Tradition Energi di Stamford, Connecticut.
Sengketa perdagangan yang berkepanjangan telah meredam harga minyak, tetapi Brent masih naik sekitar 12% tahun ini, dibantu oleh pengurangan produksi yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia.
Meskipun demikian, OPEC dan Rusia meningkatkan produksi pada Agustus, menurut survei Reuters dan angka-angka kementerian energi Rusia.
Juga tekanan turun pada harga minyak telah meningkatkan bukti perlambatan pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia, yang telah mendorong analis untuk menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak.
Kepala Keuangan (CFO) BP Brian Gilvary mengatakan bahwa permintaan minyak global diperkirakan akan tumbuh kurang dari satu juta barel per hari pada 2019, penurunan dari tahun-tahun sebelumnya.
(dni)
Sumber






nona212 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
328
Kutip
2
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan