Pengalaman KKN yang aneh




Ngomongin KKn yang lagi viral akhir-akhir ini. Ane juga punya beberapa cerita tentang pengalaman Ane KKN.

Namanya mahasiswa akhir, tentunya kita akan disibukkan dengan skripsi.
Banyak sekali keperluan bagi mahasiswa pada akhir semester.
Baik dana maupun persiapan mental dalam menjalani Skripsi.

Saat itulah Ane mulai dihadapkan dengan kegiatan KKN.
Ane KKN di sebuah desa terpencil di sebuah pulau. Sebut saja pulau N.
Disana Ane harus meneliti tentang lansia.



Ane dan teman-teman berangkat bersama 2 bus mini. Kami dipandu oleh seorang dosen.
Disana kami diturunkan disebuah kampung yang masih cukup ramai penduduknya.
Dan kami berpisah dengan bus lainnya.

Kami turun di sebuah rumah yang cukup besar. Cukuplah untuk 25 siswa.
Nah, setelah kami mendapat pengarahan dosen dan diberi kepercayaan kemandirian hal-hal aneh mulai sedikit-demi sedikit bermunculan.

mulai dari kamar mandi

Secara kami harus berbagi dengan 25 siswa, maka kami harus bergantian kamar mandi, untunglah disini ada 3 kamar mandi dengan 2 toilet jongkok.

Kami mandi secara bergantian, siapa yang bangun lebih awal, akan mendapat kesempatan mandi terlebih dahulu.
Kebetulan Ane bangun nggak pagi-pagi amat dan tidak siang pula.
Jadi Ane selalu mandi setelah beberapa teman Ane mandi. Kami mengerjakan kegiatan seperti apa yang ditugaskan dosen pembimbing.
Hari pertama hingga kelima kami dapat menjalaninya dengan baik.
Mulai dari survey ke rumah-rumah penduduk, kegiatan pengumpulan lansia untuk olahraga bersama hingga meminta izin kepada lurah sekitar sebelum melakukan kegiatan kerumah warga.

Setelah 2 minggu kami beraktivitas kejadian-kejadian aneh mulai datang.
dimana air yang kami perlukan untuk mandi mulai sedikit-demi sedikit berkurang intensitasnya.
Aliran yang dihasilkan tidak sederas biasanya. Kami berfikir mungkin karena efek musim kemarau.



Kamipun dengan sabar menunggu hingga air sedikit-demi sedikit terisi.
Kami juga tidak kalah ide, dengan mandi menumpamg di musholla terdekat atau rumah penduduk yang baik hati.
Disekitar terdapat sumber air dan kamar mandi umum. Kamipun mandi di tempat tersebut, walaupun kondisinya seperti tidak terawat dan sepi.
Kami pergi ke lokasi bersama- sama kawan agar sama- sama merasa aman.
Dan kamipun mandi secara bergantian.

Tidak sampai disitu saja, kejadian aneh mulai terjadi lagi, dimana toilet yang kami gunakan tiba-tiba menjadi suatu hal yang tidak wajar, pup yang kami buang setiap pagi selalu saja tidak bisa kembali masuk ke dalam toilet tersebut, sehingga kami harus dengan sabar menunggu barang itu masuk secara perlahan. Itipun kadang tidak sepenuhnya masuk.
Kami khawatir jika barang yang kami keluarkan akan terlihat oleh kawan kami yang lain.





Maka dari itu kami saling menahan pup masing-masing dan menumpang di toilet warga atau sekolah.
Lama kelamaan apa yang kami takutkan terjadi, ternyata apa yang selama ini kami keluarkan tumpah ruah disekitar kamar mandi tempat kami tinggal, dikarenakan musim hujan tiba.

Kamipun panik, kami tidak dapat brbuat apa-apa, malu tentu saja. Apa yang harus kami perbuat, kamipun mengadukannya kepada pemilik rumah yang kebetulan tidak jauh dari rumah kami tinggali. Pemilik rumah tersebut memiliki 2 rumah. Dan setelah salah satu ketua KKN kami rini berbicara mengenai kesulitan kami. Pemilik rumah menampakkan wajah yang kurang mengenakkan.

Seakan mereka menyalahkan kami, dan tidak mau bertanggung jawab atas kejadian ini. Kamipun merasa tersinggung dengan sikap pemilik rumah yang tidak mau membantu kami menyelesaikan permasalahan tersebut.

Saat dosen pembimbing mengunjungi kami, maka kamipun memberanikan diri untuk menjelaskan permasalahan yang kami hadapi.
Dengan tenang, dosen kami memberikan nasihat. Bahwa ini memang diluar pemikiran kami sebelumnya.

Akhirnya kami dan pemilik rumah, sama-sama melakukan kesepakatan yaitu menyewa truk sedot WC yang dikenal warga. dengan biaya fifty-fifty kami dan pemilik rumah.

Setelah hal tersebut disepakati kamipun merasa lega. Namun kami tetap berantisipasi untuk tidak membuang kotoran kami terlalu banyak di rumah singgah kami tersebut. Bahkan kami masih menumpang di rumah warga lain atau sekolah dan toilet umum untuk melepaskan hasrat pembuangan kami. Mengantisipasi kejadian yang pernah terjadi. Jangan sampai kami melakukan sumbangan kembali. Karena kami hanyalah siswa KKN yang harus berbagi ekonomi dengan kepentingan kami yang lainnya.

Cukup sekian cerita KKN Ane selama 1 bulan di sebuah desa yang penuh dengan perjuangan. Ane tau rasanya, susahnya menjadi siswa KKN. Semoga kita semua bisa saling menguatkan sesama siswa KKN.

Bravo dan tetap semangat.


Sumber : Inspirasi pribadi.