Ada banyak anak dan remaja putus sekolah di Indonesia, walaupun sempat diadakan SD dan SMP tak berbayar alias gratis, akan tetapi tak juga menarik minat mereka. Kenapa ?, hal itu karena buku dan segala perlengkapan sekolahnya haruslah tetap beli, dan sebagian dari mereka tetap saja tidak sanggup untuk membayarnya, ini dikarenakan masih banyak penduduk Indonesiayang hidup di bawah garis kemiskinan. 

Belum lagi ditambah dengan kebocoran - kebocoran jawaban ujian yang acapkali melibatkan peranan ( maaf, tanpa mengurangi rasa hormat ) guru dan kepala sekolahnya, dan ini sudah menjadi rahasia umum. Kenapa bisa seperti itu ?, apa mereka masih tidak percaya kepada kemampuan murid - muridnya sendiri ?, atau hanya ingin melepas semua murid yang mana ini berhubungan langsung dengan kuota murid baru untuk tahun ajaran baru ?.

Beberapa pandangan-pun mencuat, sekolah lagi - lagi dinilai tidaklah cukup efektif, institusi pendidikan ini dianggap hanya berorientasi pada nilai yang diterima murid saja. Mereka tidak perduli dengan prosesi belajar mengajar antara murid dengan gurunya. Ditambah lagi standar proses belajar - mengajar ini tidaklah serupa antara daerah yang satu dengan daerah lainnya.

Guru honorer-pun kerap kali berdemo menuntut pemerintah untuk diangkat menjadi pegawai negeri. Masalah ini memang terbilang klasik, masalah tentang kesejahteraan para pengajar, para pendidik, para pencetak pemimpin bangsa. Gaji mereka memang terbilang cukup rendah, acapkali tak mampu mencukupi kebutuhan hidup mereka sendiri. 

Tapi lagi - lagi, terkhusus untuk pendidikan di Indonesia, permasalahan guru itu bukanlah sekedar jumlah atau gaji yang mereka terima, melainkan kualitas atau mutu mereka saat mengajar. 

Selain 2 yang saya sebutkan diatas tadi, yang terakhir, yang perlu menjadi catatan kita adalah, pemerataan. Ya pemerataan guru, sudah menjadi rahasia umum bahwasanya guru - guru yang berkualitas hanya ingin tinggal di kota - kota besar. Keadaan yang sulit di daerah terpencil membuat mereka merasa enggan untuk mengajar disana, memang tidak bisa disalahkan juga, karena itu adalah hak mereka untuk menentukan.

Puji Tuhan, Oase satu - persatu muncul, 3 yang bisa saya ingat saat ini adalah, tim peneliti di Institut Pertanian Bogor, Relawan Indonesia Mengajar, dan Yayasan Anak Jalanan NARA Kreatif. Ketiganya adalah inspirasi di bidang kesehatan, pendidikan serta lingkungan.

Tim peneliti di Institut Pertanian Bogorkala itu berhasil menjuarai kompetisi di Amerika DSDC ( Developing Solutions for Developing Countries ) dalam bidang kesehatan. Relawan Pendidikan Indonesia Mengajar, memberikan pendidikan untuk anak bangsa yang tinggal di daerah - daerah pelosok. Sedangkan Yayasan NARA Kreatif mencoba untuk mendidik anak - anak jalanan untuk dapat mengembangkan sisi kreatifnya dalam mengolah limbah pabrik.

Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima - kasih kepada kaskuser, telah meluangkan waktu berharganya untuk membaca penuangan pemikiran sederhana ini. Semoga setelah membacanya, tergerak sedikit untuk membantu yang tidak mampu mengecap pendidikan. Tidak perlu yang wah, sumbangkan buku yang tidak terpakai atau mengajar sedikit di hari senggang atau libur juga tidak mengapa.

Akhir kata, Wabillahi taufiq wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.