Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nofivinovieAvatar border
TS
nofivinovie
Apes
Apes

Apes

"Kamu maju!" perintah Kak Nicky.

Dag dig dug. Aku tahu akan ada hukuman. Memang dari awal sudah diberitahu bahwa yang salah akan menerima hukuman.

Kak Nicky, cowok pelontos dengan postur tinggi dan tatapan tajam itu terlihat menakutkan. Bukan karena wajahnya yang buruk, melainkan ketegasannya yang menjadikan kami ketar-ketir saat melakukan kesalahan. Seperti sekarang, aku harus maju dan berdiri nggak jauh dari tiang bendera.

Malu. Aku berharap Kak Nicky tidak memberi hukuman yang berat. Apalagi ini cuma kesalahan sepele.

Hanya karena kurang konsentrasi, tepuk pramukaku kelebihan. Itu yang membuatku harus berdiri di sini. Menanggung malu karena ditatap penuh ejek oleh teman-teman. Aku mulai menunduk karena tidak kuasa menahan malu. Tapi baru saja wajah ini menunduk, sebuah tangan mengangkat daguku. Kaget setengah mati. Mataku beradu dengan tajamnya sorot mengancam di depanku. Sedangkan sekeliling terasa mendadak hening. Pori-poriku sudah nggak bersahabat, berkeringat hebat.

Semoga saja bagian belakang nggak menyemburkan gas mematikan seperti yang biasa terjadi saat tertekan. Kalau itu terjadi, kemungkinan akan ada pembina yang pingsan. Itu sudah barang tentu.

Untung saja, si mata tajam berlalu dengan cepat. Permainan tepuk dan tebak cepat terus berlanjut. Permainan itu sering dilakukan hampir setiap kami latihan pramuka. Kata kakak pembina, kegiatan itu bagus untuk melatih konsentrasi dan daya ingat. Aku setuju.

Ternyata permainan hanya berlangsung tiga kali putaran. Sayangnya tidak ada lagi yang harus maju menemaniku menerima hukuman. Benar-benar hanya aku.

Apes.

"Bubar barisan, jalan!"

Terdengar suara lantang Kak Nicky.

"Sial," gerutuku.

Suara gemuruh sepatu teman-teman terdengar meninggalkan halaman penuh debu ini menuju kelas masing-masing. Biasanya latihan akan diteruskan di kelas dengan kakak pembina yang berbeda-beda. Dan, siswa yang mendapat hukuman akan menjalani hukuman yang diberikan oleh pembina. Sialnya, kali ini aku yang berada di posisi itu.

"Kamu sebutkan nama!" perintah Kak Nicky masih dengan suara lantangnya.

Mengkerut. Aku sungguh-sungguh takut. Kaget, tepatnya. Aku nggak pernah bercita-cita berada di posisi seperti ini.

"Amel, Kak."

"Kenapa salah?"

Ya pasti karena kurang konsentrasi, batinku.

"Kurang fokus, Kak," jawabku takut-takut.

Sejenak aku merasakan tatapan intimidasi yang diberikan Kak Nicky berkurang.

Aku kurang tahu ini nyata atau hanya halusinasi.

Yang jelas suaranya sekarang lebih lembut.

"Kamu mau hukuman apa?" tanyanya.

"Nggak mau dihukum."

"Harus!" teriaknya.

"Lari," jawabku.

"Lari mengelilingi lapangan ini tiga kali."

"Astaga," gumamku.

"Kurang?" Wajahnya didekatkan ke arah wajahku. Lagi-lagi tatapan kami beradu.

Lapangan seluas ini harus kukelilingi tiga kali? Demi Dewa, kalau kata sinetron India. Gile lu, Ndro, kalau kata Dono.

"Tidak, Kak."

"Keliling lapangan ini tiga kali plus nyanyi Himne Pramuka!" bisiknya. Hatiku mencelos, Gaes. Bagaimana bisa? Agnez Mo aja belum tentu becus.

Baiklah. Aku nggak mau nawar lagi. Aku nggak mau ditambah hukuman. Tapi awas saja kau, Kak! Hidupmu bakal nggak tenang.

Kak Nicky masih berada sekitar satu meter di depanku. Sesaat matanya menyipit, hidungnya dikerutkan sebelum tangannya mengibas-ngibas udara. Sesaat kemudian wajah coklatnya berubah merah.

"Kamu kentut?"

Tangerang Selatan, 31 Agustus 2019



Sumber Gambar:
InaSendryAvatar border
riwidyAvatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.1K
22
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan