.

Ibukota Jadi Pindah, Ya? 'Aku Kudu Piye'?

Beberapa hari ini, berita tentang pindahnya ibukota negara Indonesia santer dibicarakan. Baik di media massa cetak seperti koran, tabloid, dan majalah ataupun di media elektronik seperti dunia pertelevisian dan radio.

Tentu, banyak pendapat tentang pemindahan ibukota negara tersebut. Ada pro pasti juga ada yang kontra. Lalu, sebaiknya kita berada di pihak mana?

Banyak spekulasi yang berkembang di masyarakat tentang alasan pemindahan ibukota. Para ahli ketatanegaraan atau ahli tata wilayah juga mempunyai pendapat masing-masing.


ilustrasi: shutterstock.com

Sebagai orang awan, atau rakyat biasa hanya bisa mendukung apapun yang menjadi keputusan. Sebab yang memutuskan kebijakan tersebut merupakan wakil kita/rakyat yang mempunyai kewenangan. Semoga kebijakan tersebut menjadikan Indonesia lebih baik. Lebih maju. Rakyatnya juga semakin sejahtera. Aamiin.

Kalau dirunut ke belakang di mana awal mula berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, pernah beberapa kali mengalami pemindahan ibukota.

.
ilustrasi liputan6.com

Seingatku, waktu mengenyam mata pelajaran PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa). Sekarang sepertinya sudah tidak ada mapel tersebut. Mata pelajaran di jaman bahula ya, Gan-Sist? Hehehe.

Menurut sejarah, Yogyakarta pernah menjadi ibukota negara Indonesia. Walau hanya beberapa saat. Karena pada waktu itu, kondisi keamanan di Jakarta (dulu: Batavia) belum begitu stabil. Maka dari itu, ibukota dipindahkan untuk sementara waktu.

Pernah juga ibukota dipindah di Bukittinggi, Sumatera Barat. Alasannya sama, karena masalah keamanan yang kurang begitu kondusif.



Tidak hanya Indonesia yang mengalami pemindahan ibukota. Tetangga kita, Malaysia juga melakukannya. Pusat pemerintahan berpindah di Putrajaya.

Jadi tak ada gunanya beradu debat tentang pemindahan ibukota ini. Toh, kita hanya sebagai rakyat mau tak mau harus mengikuti yang menjadi keputusan wakil rakyat yang duduk di kursi parlemen.

Semoga dengan keputusan tentang pemindahan ibukota ini, adalah solusi yang terbaik untuk Indonesia. Semoga juga tidak ada juga tindakan yang anarkhi dari pihak yang bertentangan perihal pemindahan ibukota ini.

Agan dan Sista, adakah yang sependapat dengan saya?

Sampai bertemu di tread saya selanjutnya. Jangan lupa, cendol dawet, cendol dawet. Nggak pakai ketan cuma lima ratusan. See you, next week!

note: aku kudu piye? ~aku harus bagaimana?