- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Anggota Pramuka yang Menghilang


TS
telah.ditipu
Anggota Pramuka yang Menghilang

Quote:
Pada suatu pagi yang indah, segerombolan murid suatu sekolah menengah yang tidak terlalu favorit di kota itu, menjejakkan kaki dewasa mereka di atas lereng tak berpenduduk. Sesekali terdengar gertakan serak dari seorang pria tambun yang menuntun domba - domba berseragam itu agar bergerak lebih cepat, lebih gesit dan lebih cak cek, yang mendapat tanda perlawanan tak kentara berbentuk bisik - bisik gerutu dari beberapa siswa.
"Sudah berapa tahun kalian hidup? Waktu semakin berlari cepat, sementara kalian bergerak bagai seekor itik!"
Arahan kedisiplinan dari sang pemimpin menampar keras wajah - wajah lusuh nan muda itu. Sementara di sebuah sudut yang tidak jauh dari situ, dua ekor itik berdiri menatap kawanan makhluk bersepatu itu. Tatapannya bagai Jack Sparrow ketika melihat Black Pearl berjalan di atas es, dimana kedua matanya membelalak seolah - olah ingin copot disertai mulutnya yang menganga selebar bola tenis. Oh, andai saja kedua itik itu punya kekuatan super, maka mereka akan memberi manusia yang menghinanya sedikit pelajaran.
"Sudah berapa tahun kalian hidup? Waktu semakin berlari cepat, sementara kalian bergerak bagai seekor itik!"
Arahan kedisiplinan dari sang pemimpin menampar keras wajah - wajah lusuh nan muda itu. Sementara di sebuah sudut yang tidak jauh dari situ, dua ekor itik berdiri menatap kawanan makhluk bersepatu itu. Tatapannya bagai Jack Sparrow ketika melihat Black Pearl berjalan di atas es, dimana kedua matanya membelalak seolah - olah ingin copot disertai mulutnya yang menganga selebar bola tenis. Oh, andai saja kedua itik itu punya kekuatan super, maka mereka akan memberi manusia yang menghinanya sedikit pelajaran.
Quote:
Matahari telah menunjuk pukul sebelas, namun rombongan pelajar itu masih menyeret tungkainya menaiki bukit, dan tentu saja kali ini mereka mendapat gertakan lebih sering, mengingat acara perkemahan Sabtu Minggu akan dimulai jam tiga sore.
"Jon, kenapa kau?" sebuah suara ngebass mampir di telinga kecil Jon.
"Ah, kau. Seperti tidak kenal aku saja, kegiatan fisik seperti ini membuatku kehabisan tenaga. Aku memutuskan untuk beristirahat sejenak disini."
Pemuda yang menyapanya lalu merebahkan sepaket tas yang dibawanya, lalu dia menyandarkan sebagian tubuh bawahnya mendarat di atas tanah berdebu, menemani Jon yang bermandikan peluh keringat.
"Yah, sebenarnya aku juga lelah. Tapi bagaimana kalau si tambun itu mengetahui kita duduk disini?"
"Aku tak mau tahu masalah itu. Yang kutahu sekarang adalah, kakiku yang seperti kaki belalang ini bisa mati rasa kalau dipaksa berjalan."
Jon melepas salah satu sepatunya lalu mempertontonkannya di depan wajah Om, berjarak 5 cm dari hidung mancungnya.
"Lihat, alas sepatuku makin menipis setelah kita berjalan dari bawah sana, padahal sepatu ini baru kubeli minggu lalu."
"Demi belalang! Singkirkan sepatu busukmu itu dari mataku!" lalu dengan bahasa tubuh yang tidak nyaman dilihat, Om membuang mukanya ke belakang sambil mengerang, berusaha mengeluarkan sesuatu dari tenggorokannya. Sedang Jon hanya memandangnya dengan iba bercampur menahan tawa.
"Jon, kenapa kau?" sebuah suara ngebass mampir di telinga kecil Jon.
"Ah, kau. Seperti tidak kenal aku saja, kegiatan fisik seperti ini membuatku kehabisan tenaga. Aku memutuskan untuk beristirahat sejenak disini."
Pemuda yang menyapanya lalu merebahkan sepaket tas yang dibawanya, lalu dia menyandarkan sebagian tubuh bawahnya mendarat di atas tanah berdebu, menemani Jon yang bermandikan peluh keringat.
"Yah, sebenarnya aku juga lelah. Tapi bagaimana kalau si tambun itu mengetahui kita duduk disini?"
"Aku tak mau tahu masalah itu. Yang kutahu sekarang adalah, kakiku yang seperti kaki belalang ini bisa mati rasa kalau dipaksa berjalan."
Jon melepas salah satu sepatunya lalu mempertontonkannya di depan wajah Om, berjarak 5 cm dari hidung mancungnya.
"Lihat, alas sepatuku makin menipis setelah kita berjalan dari bawah sana, padahal sepatu ini baru kubeli minggu lalu."
"Demi belalang! Singkirkan sepatu busukmu itu dari mataku!" lalu dengan bahasa tubuh yang tidak nyaman dilihat, Om membuang mukanya ke belakang sambil mengerang, berusaha mengeluarkan sesuatu dari tenggorokannya. Sedang Jon hanya memandangnya dengan iba bercampur menahan tawa.

Quote:
"Kenapa kau mau ikut perkemahan melelahkan ini, kalau tubuhmu tak kuat berjalan jauh?"
Jon hanya tersenyum angkuh.
"Karena Mimi kan?"
Jon tetap diam.
"Kuberitahu ya. Gadis semacam dia tak patut kau perjuangkan. Kemarin lusa aku melihatnya makan berdua dengan pria berkacamata. Aku juga sempat dengar kabar kalau dia sudah dijodohkan dengan seorang kaya."
"Lagipula..." suara Om tersendat.
"Kau pernah bersamanya kan?" tebak Jon, dibarengi tatapan nanar dari kawannya itu.
"Hanya seminggu. Awalnya aku tidak sengaja bertemu dia di perpus. Kami pun berkenalan lalu keesokan harinya kami jalan berdua. Entah kenapa, waktu itu berjalan begitu cepat. Tugas sekolah tak kupikirkan sama sekali. Main game pun kutinggalkan. Saat bersamanya, hanya ada satu yang kupikirkan: dia. Setelah kupertimbangkan dari segala sudut, aku dengan terbata mengatakan perasaanku kepadanya. Namun dia tidak tahu harus menjawab apa, jadi dia meminta waktu dua hari untuk berpikir. Aku pun mengiyakan. Setelah dua hari, aku menghampirinya dan jawabannya "Aku tak bisa memiliki kekasih sebaik dirimu".
"Sial kau!" teriak Om, setelah tahu Jon kembali mendekatkan sepatu andalannya tepat di depan wajah Om, kali ini hanya berjarak 3 cm, lalu Jon terbahak puas sembari mendongakkan kepala mungilnya.
"Itulah yang kusuka dari dirimu, kau begitu serius menjalani hidup!" disusul dengan kekehan tawa Jon.
"Dan yang tidak kusuka dari dirimu, kau begitu tak berperasaan bahkan ketika sahabatmu sedang susah!"
Tanpa mengucapkan sepatah kata, Om kembali memikul ranselnya, membelakangi Jon yang masih terbahak lemas tak berdaya, lalu berjalan lagi menyusul kawanan yang sudah jauh di atas. Jon mencoba menghentikannya agar Om menunggunya, namun yang dipanggil sudah melesat bagai itik dikejar serigala.

Quote:
Warna pohon ek sudah terlihat coklat karena terbungkus cahaya matahari senja. Kawanan burung telah kembali ke peraduannya, dan hewan - hewan sebangsa kalong bersiap memulai harinya, di saat kumpulan pemuda itu berbaris rapi mengikuti instruksi dari si tambun. Kali ini sudah tidak menggertak, namun tetap memperlihatkan ekspresi kakunya. Sebelum memulai acara perkemahan itu, ia membukanya dengan pidato layaknya seorang orator handal. Ia bercerita, dulunya ia seorang yang sama seperti remaja tanggung di hadapannya, memulai segalanya dari bawah dan ikut berkemah di berbagai tempat baik di dalam maupun di luar negeri. Ia sudah mengalami betapa repotnya membawa barang keperluan untuk berkemah, betapa capeknya berjalan puluhan kilo demi mencapai tanah tempat berdirinya tenda, betapa bingungnya menjadi pemimpin yang bertanggungjawab mengawasi dan mendidik anggota junior selama bertahun - tahun. Karena pengalaman dan kedisiplinannya itulah membuat perkemahan yang ia pimpin selalu berjalan dengan aman dan tertib. Tercium aroma kebanggaan di sorot matanya, seakan - akan semua keberhasilannya itu berkat kerja keras dan perjuangannya sendiri, tidak melibatkan pihak lain.
Namun beberapa saat kemudian wajahnya mendengus kesal, karena baru sadar bahwa ada yang berusaha tidak patuh kepadanya. Ada dua orang yang tidak tampak ketika sang tambun berpidato. Mereka adalah Jon dan sahabat setianya, Om.
Tiba - tiba yang disinggung datang. Dialah Om, berjalan dengan nafas terengah - engah menghampiri si tambun. Wajahnya panik setengah ketakutan. Belum selesai keheranan gerombolan berseragam coklat itu, Om berkata singkat, "Jon... Hilang."
Namun beberapa saat kemudian wajahnya mendengus kesal, karena baru sadar bahwa ada yang berusaha tidak patuh kepadanya. Ada dua orang yang tidak tampak ketika sang tambun berpidato. Mereka adalah Jon dan sahabat setianya, Om.
Tiba - tiba yang disinggung datang. Dialah Om, berjalan dengan nafas terengah - engah menghampiri si tambun. Wajahnya panik setengah ketakutan. Belum selesai keheranan gerombolan berseragam coklat itu, Om berkata singkat, "Jon... Hilang."

Quote:
Kegelapan melingkupi pencarian Jon. Seluruh manusia mulai dari si tambun, Om, Mimi, dan temannya yang lain berteriak memanggil dan menyorotkan cahaya senternya ke segala penjuru. Tidak ada tanda - tanda keberadaannya, sehingga mereka memutuskan mencarinya lagi besok pagi, mengingat mereka juga lelah karena belum sempat istirahat.
Kala Om tengah duduk sendiri, si tambun mendatanginya, lalu bertanya lebih detil kejadian sebelum Jon menghilang. Om bilang bahwa ia menemani Jon beristirahat sejenak tapi kelakuan Jon menjengkelkan. Bukannya berterimakasih karena Om telah menemaninya tapi Jon malah menjahilinya dengan sepatu baunya. Karena Om kesal maka ia meninggalkan Jon sendirian walaupun Jon memintanya untuk menunggu. Di tengah perjalanan, Om merasa khawatir akan Jon lalu memutuskan kembali menemuinya di tempat tadi, namun setibanya disana Jon sudah tidak ada. Om mencarinya tapi tetap tidak ketemu, sehingga ia memutuskan untuk menyusul rombongan lagi. Begitulah, pungkas Om sedih.
Setelah mendengar cerita Om, si tambun sangat menyayangkan bagaimana bisa seorang anggota pramuka meninggalkan temannya yang sedang kesusahan. Ingin Om membela dirinya tapi sebelum itu sempat terjadi si tambun beranjak pergi, lalu sambil membelakangi Om ia berkata, "Kau seorang teman yang tidak patut dipertahankan."

Quote:
Sementara di suatu bagian lereng yang agak tersembunyi, tampaklah Jon yang meringis sambil memegangi lututnya yang lecet. Ia habis terpeleset ketika berjalan menyusul Om lalu terjatuh ke dalam jurang, yang untungnya tidak dalam. Jon menengadah ke atas tebing, berharap seseorang entah itu Om, Mimi, atau bahkan si tambun muncul dan menolongnya dari kesulitan. Namun yang tampak di hadapannya sekarang hanyalah seekor belalang berwarna hijau, sedang merangkak di suatu bagian tebing tak jauh dari tempat Jon terjatuh. Belalang itu perlahan menggeser kaki dan tangannya yang mungil ke arah Jon. Ia mendekat secara pelan tapi pasti. Kakinya yang berduri tipis mencengkeram kuat batu tebing, membuatnya lihai bergerak di segala medan. Hal itu membuat Jon berpikir andai saja dia punya kaki seperti itu, mungkin ia akan menggunakannya untuk menaiki bukit lalu pergi mencari teman - temannya. Tentu saja tidak mungkin, bodoh. Katanya melawan utopianya sendiri. Tapi setidaknya belalang itu tak berjalan lagi. Ia berhenti tepat di atas wajah Jon, hanya berjarak beberapa senti, menatap dengan ekspresi hampa.
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1633763/original/096929600_1498385243-4a926911a21be6edfc4fca5516a1a2f84cda35a7.jpg)
Quote:
"Apa yang kau lakukan di atas sana, belalang manis? Kemarilah."
Yang ditanya membisu.
"Baiklah kalau kau tak mau menjawab. Setidaknya aku tidak sendirian disini."
Belalang itu masih memandang Jon, namun beberapa saat kemudian tanpa ada angin tanpa ada hujan tiba - tiba ia mengepakkan kedua sayapnya, mengitari kepala Jon beberapa kali, lalu terbang menuju langit tanpa batas. Belalang itu meninggalkan Jon yang sedang terjebak di jurang, terluka, dan sendirian.
Yang ditanya membisu.
"Baiklah kalau kau tak mau menjawab. Setidaknya aku tidak sendirian disini."
Belalang itu masih memandang Jon, namun beberapa saat kemudian tanpa ada angin tanpa ada hujan tiba - tiba ia mengepakkan kedua sayapnya, mengitari kepala Jon beberapa kali, lalu terbang menuju langit tanpa batas. Belalang itu meninggalkan Jon yang sedang terjebak di jurang, terluka, dan sendirian.

Quote:
Untunglah, berkat kesungguhan kelompok pramuka itu dibantu dengan tim SAR, Jon berhasil ditemukan keesokan harinya. Seorang teman yang ikut mencarinya tak sengaja menemukan topi pramuka Jon di dekat lokasi Jon terjatuh. Proses evakuasi berlangsung sigap dan cepat. Lalu Jon dibawa ke pos terdekat untuk pemulihan. Perkemahan yang direncanakan pun molor dan terkendala sehingga si tambun dengan penuh pertimbangan memutuskan untuk menunda perkemahan. Akhirnya sang penggembala menuntun kawanan dombanya kembali ke kota.
Perkemahan gagal terlaksana, tapi entah kenapa, adanya insiden itu membuat si tambun merasa malu untuk membanggakan diri lagi. Ia tidak lagi merasa dirinya di atas yang lain. Sedangkan Om, para temannya melihat ia lebih banyak mendengar daripada bicara sepulangnya dari lereng itu. Om yang sekarang lebih berhati - hati dalam berbicara mengenai sesuatu, terutama ketika menceritakan sifat seseorang yang belum terlalu diketahuinya. Sementara Jon, pengalaman menyengsarakan yang ia alami saat perkemahan kemarin mengingatkan dirinya agar lebih menghormati orang lain. Setiap kali Jon hendak melakukan sesuatu, ia tidak langsung melakukannya tanpa pertimbangan matang. Kini ia mencoba berpikir dua kali sebelum bertindak.
Tampaknya si penggembala dan para domba yang sempat tersesat itu telah kembali ke jalur mereka.



anasabila memberi reputasi
1
1.4K
Kutip
0
Balasan
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan