- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Kacumu Kain Darinya


TS
I.W.a.K
Kacumu Kain Darinya

Hendra menjadi duda semenjak istrinya meninggal 10 tahun yang lalu sesaat setelah melahirkan putri pertama dan terakhir mereka yang diberi nama Egi sesuai dengan kesepakatan mereka sebelumnya.
Egi kini sudah kelas 4 SD, segala sesuatu tentangnya sangat mirip dengan mendiang ibunya. Hendra belum sampai hati untuk mencari pengganti ibunya walau Egi sudah mulai mengerti dan terkadang menyarankan ayahnya untuk menikah lagi.
Selama 10 tahun ini Hendra fokus menjadi ayah dan ibu bagi Egi. Pekerjaan lama sebagai pegawai bank ditinggalkannya dan dia mulai usahanya sendiri sebagai sales kanvasing agar bisa lebih fleksibel dalam mengatur waktu karena dia juga harus mengantar jemput putrinya bersekolah.
Semenjak setahun belakangan ini Egi sering ikut ayahnya bekerja. Terkadang sampai tertidur di kursi mobil box ayahnya itu. Meski sudah disuruh istirahat di rumah saja namun Egi selalu berhasil memaksa ayahnya agar diijinkan ikut. Bahkan kini Egi terlihat lebih teliti menghitung stok barang di toko daripada Hendra.
Jika biasanya setelah menjemput putrinya sekolah Hendra akan mengajak putrinya makan di luar dan kemudian lanjut bekerja tanpa pulang dulu ke rumah, berbeda dengan hari sabtu ini setelah menjemput Egi di sekolah mereka langsung pulang ke rumah karena nanti sore Egi akan mengikuti Persami yang diadakan di sekolahnya.
"Gi, nanti jam berapa kamu harus sudah sampai sekolah?" Tanya Hendra kepada putrinya sesaat setelah selesai makan siang di rumah.
"Katanya pak guru pembina pramuka jam 4 sore yah."
"Oh ya sudah sekarang kan baru jam 1, kamu istirahat dulu sana tidur siang. Nanti bangun jam 2 siapkan apa saja yang mau dibawa."
"Sudah siap semua kok yah nanti tinggal berangkat. Ya sudah Egi ke kamar dulu ya." Tanpa menunggu jawaban dari ayahnya Egi berjalan menuju ke kamarnya.
Segelas kopi buatannya sendiri menemani Hendra siang itu di teras rumahnya. Nota - nota penjualan di keluarkan dari dalam tasnya, diletakannya nota - nota tersebut di atas meja kemudian dirapikan olehnya. Dipisah antara yang tunai dan kredit. Tak lupa Hendra menghubungi toko - toko langganannya untuk sekedar mengkonfirmasi orderan. Hingga akhirnya nampak Egi sudah terbangun dan duduk di sebelahnya.
"Yah" Egi menyapa ayahnya yang sedang nampak serius memandangi layar hapenya.
"Iya ada apa Gi, ini masih jam 2 kamu sudah bangun aja. Sana tidur lagi, nanti ayah bangunin jam 3." Jawab Hendra tanpa memalingkan wajah dari layar hapenya.
"Issh ayah serius amat lagi ngapain sih! Egi ga bisa tidur lagi yah, Egi takut dimarahi pak guru yah, kacu pramuka Egi hilang."
"Ayah!!" Egi yang merasa tidak di gubris merangsek ke ayahnya memaksa melihat apa yang sedang dikerjakan Hendra di hapenya.
"Duh ayah ini maen gaple sampai segitunya! Kacu aku hilang ayah..." Ucap Egi lagi setelah berhasil mengkudeta hape ayahnya.
Hendra hanya tertawa melihat putrinya memandang penuh kesal kearahnya. "Mirip banget ibumu nak" Ucap Hendra dalam hati.
"Ayah, yee malah bengong sekarang. Habis ketawa malah bengong, mirip dah ayah ini."
"Mirip apa hayo.. hayo mirip apa." Tanya Hendra yang sebenarnya sudah tahu maksudnya sambil menggelitik pinggang Egi.
"Hahaha hampun yah hahampun yah, ayo carikan kacu aku." Pinta Egi merengek kepada ayahnya.
"Perlengkapan yang lain sudah semua nak? Kalau memang tinggal kacu doang ya sudah nanti mampir ke toko perlengkapan sekolah beli kacu yang baru."
"Sudah semua yah, cuma kacu aja. Kalau beli baru pasti lama yah tokonya kan jauh, aku takut di marah sama pak guru yah."
"Sebentar, coba ayah cari kacumu dulu di dalam."
Hendra sedari awal sebenarnya sudah mendengar bahwa kacu anaknya tidak ada, dia yakin kalau dia yang mencarinya pasti akan ketemu dengan mudah seperti yang sudah - sudah. Namun kali ini tidak seperti biasanya, hampir ke seluruh sudut rumah sudah dia cari tak juga menemukan kacu anaknya.
Melihat mata anaknya yang sudah mulai berkaca - kaca Hendra tanpa sadar secara otomatis melangkah ke arah gudang kecil di sebelah kamar mandi. Diambilnya sebuah keranjang hijau yang berisi tumpukan pakaian yang sudah tidak terpakai dari dalam gudang tersebut. Tumpukan pakaian itu di letakan satu persatu di lantai ruang tamu hingga sampai pertengahan dia melihat selembar kain merah putih di sana. "Ya ini kacu, tapi punya siapa?" Batin Hendra.
"Pakai ini nak." Hendra menyerahkan kain itu kepada putrinya.
"Lho ini kan kain yah bukan kacu" Egi bingung karena selama ini yang dia tahu hanya kacu yang langsung jadi.
Hendra tersenyum kemudian dengan telaten mengajarkan Egi melipat kain tersebut sehingga menjadi berbentuk seperti kacu yang biasa digunakan saat pramuka.
"Nah seperti ini nak, sekarang tinggal pasang pin nya. Tuh kan cakep, hehe." Ucap Hendra sambil memasangkan kacu di leher anaknya.
"Wah iya yah keren, ternyata bisa ya kain dibuat kacu. Eh ini di ujung ada huruf A ini artinya apa yah?"
"Oh A itu Ayah." Spontan Hendra menjawabnya seperti itu.
"Ya sudah ayo berangkat nak."
Merekapun berangkat kali ini mengendarai motor tak seperti biasanya mengendarai mobil box karena hari ini Hendra sedang tak bekerja. Di perjalanan menuju sekolah Egi yang hanya menempuh waktu kurang dari 15 menit itu nampak Hendra masih memikirkan tentang perihal kain kacu tadi, terlihat mulutnya nampak komat kamit mengucap kacu kain huruf A, kacu kain huruf A begitu terus sampai tak terasa mereka sudah sampai di depan gerbang sekolahan Egi.
"Sudah sampai nak, kamu hati - hati ya ga boleh nakal!"
"Iya yah, oya ayah kok bisa bikin kain jadi kacu?"
"Hm perasaan tadi kamu sudah nanya deh, Ayah bisa karena ayah dulu juga kan ikut pramuka. Sudah sana masuk ke dalam sekolah, besok ayah jemput".
Egi tersenyum mengangguk, setelah mencium tangan ayahnya dia berlari kecil menuju ke dalam sekolahnya. Hendra kembali ke rumah, pikirannya masih penasaran.
Kembali ditemani kopi buatannya sendiri Hendra duduk di teras rumahnya. Kali ini ada sebatang rokok terselip di jemarinya. Sudah lewat 2 jam dia mencoba mengingat tentang kain kacu tadi namun tak juga bisa dia mengingatnya. Kain itu punya siapa? Kenapa bisa ada di situ? Huruf A itu artinya apa? Begitulah yang ada di pikiran Hendra.
"Ada A di kain kacu?" Sebelum beranjak mandi Hendra sempat menuliskan status seperti itu di beranda Facebooknya. Malam ini karena anaknya sedang tidak ada di rumah Hendra pergi ke warung kopi di dekat rumahnya sekedar mengusir sepi bertemu dengan beberapa kawan lama, ngobrol tentang masa lalu atau hal yang sedang hangat diperbincangkan membuat waktu tak terasa berjalan dengan cepat.
Satu persatu mereka yang di warung kopi mulai kembali ke rumah masing - masing termasuk Hendra. Sesampai di kamar Hendra mengecek Hape, didapatinya beberapa notifikasi dari teman - temannya yang mengomentari statusnya tadi. Tak satupun ada yang memberi jawaban serius, semua penuh candaan. Di balasnya satu persatu komen dari teman - temannya itu hingga tak sadar Hendra tertidur.
Pagi ini Hendra sudah malas memikirkan tentang kain kacu itu lagi. Seperti biasa sebelum nanti menjemput putrinya dia keliling dulu untuk jualan. Jam 1 siang Hendra sudah menunggu putrinya di warung seberang sekolah. Hape yang belum disentuh olehnya sejaj pagi tadi kini dimainkan oleh Hendra. Semua notifikasi sudah dibuka dan dibaca tapi tak satupun ada yang serius. Ketika Hendra hendak login ke game favoritnya ada sebuah notifikasi masuk "Ariani mengomentari status facebook anda" Seketika lengan Hendra menjadi gugup membaca balasan Ariani "Masih ya?"
"Hm Ariani" Hendra berguman sendiri menghela nafas mengingat kembali sosok Ariani dalam hidupnya. Seorang yang pernah menjadi orang terdekat bagi dia dan mendiang istrinya. Perlahan ingatan Hendra tentang kain kacu itu kembali, huruf A itu sudah jelah adalah Ariani. Kain itu milik Ariani yang dulu sempat dipinjam istrinya saat lupa membawa kacu pada acara jambore tingkat daerah 15 tahun silam. Itulah terakhir kali mereka bertemu karena Ariani harus melanjutkan pendidikan di luar negeri.
Ariani sempat datang ke pemakaman istri Hendra, namun kembali lagi ke luar negeri karena mengikuti suaminya. Sekilas tentang Ariani ini sebelas dua belas dengan istrinya Hendra oleh sebab itulah sebagai laki - laki normal Hendra merasa tertarik. Sebelum membalas komen dari Ariani ditelusurinya profil wanita itu karena foto profil yang dulu biasanya berdua dengan suaminya kini hanya sendiri sampai akhirnya Hendra menemukan postingan 3 Ariani 3 tahun lalu yang intinya menyatakan bahwa dia telah bercerai dengan suaminya. "Wah pas janda nih" Tanpa sadar Hendra nyeletuk demikian.
"Eh iya masih donk, punya orang yang spesial masa ga disimpan dengan baik, btw apa kabar?" Hendra membalas komen dari Ariani.
Tak beberapa lama menunggu Ariani membalas komen tersebut. Mereka saling balas komen yang kemudian dilanjutkan ke WA. Hendra seperti kembali ke masa masa ABG senyum senyum sendiri memandang membaca balasan dari Ariani. Demikian juga nampaknya Ariani juga merespon dengan sangat baik.
"Ayah kok senyum senyum sendiri?" Sapa Egi ke ayahnya saat datang ke warung tersebut karena sudah tahu ayahnya biasa menunggu di sana.
"Eh Egi sudah pulang, gimana kemahnya nak? Ini lho ayah lagi chattingan sama temen."
"Banyak nyamuk yah, untungnya ada temen aku yang bawa autan. Seru diajarin macem - macem yah."
"Hah? Diajarin macem - macem gimana sih? Haha."
"Ish ayah masak gak tau itu lho di ajarin bikin ngiket ngiket pakai tali itu lho."
Hendra semakin tertawa mendengar cerita anaknya.
"Haha hayuk nak cari makan"
"Kemana yah? Gak di warung sini aja?"
"Gak, kita makan di tempat lain aja sekalian jemput calon ibu barumu."
Tanpa menunggu jawaban dari anaknya yang masih belum bisa mencerna apa yang dikatakan Hendra barusan mereka berangkat ke sebuah rumah makan padang yang masih berada di dekat sekolah Egi. Tampak Ariani sudah terlebih dahulu di sana.
"Ariani" Sapa Hendra ketika sampai di depan Ariani.
"Eh Hendra, halo ini pasti Egi ya?" Ariani memandang lembut penuh senyum kepada Egi dan kemudian memeluk dan mencium pipi kiri dan kanannya.
"Kamu sudah gede ya sekarang, cantik persis ibumu"
"Iya tante, terimakasih. Egi liat foto bunda memang mirip kok sama Egi, tapi bunda sudah ga ada tante." Jawab Egi yang sepertinya hendak menangis namun tiba - tiba dia tersenyum lagi.
"Tante juga mirip kok sama bunda, pantesan tadi ayah bilang mau jemput calon ibu baru aku"
Ariani dan Hendra saling memandang dan sesaat kemudian saling tertunduk malu, salah tingkah mendengar ucapan Egi.
Selamat makan..






anasabila dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.1K
32
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan