AKU JUGA MANUSIA! STOP RASIS

Melanda menangis ketika sebutan kata kasar tentang suku ayahnya yang dinilai begitu primitif, harus terlontar dan diperoleh-olok oleh kawan-kawan di bangku sekolah, yang seharusnya sebuah kenyamanan untuk mendapatkan pendidikan dia dapatkan. Sangat di sayangkan sekali, jika pada akhirnya jiwa si anak harus berkecil hati, kemudian pada akhirnya memilih untuk hidup menyendiri dari pergaulan apalagi sampai putus sekolah.

Lalu di mana salahnya Melanda, yang terlahir berasal dari suku Mentawai, dengan asal muasal kebudayaan yang menurut kebanyakan orang begitu primitif dan tidak sepantasnya bersekolah, apalagi bergabung dengan anak-anak kota, dengan pakaian rapihnya, juga kemodernannya. Apakah tingkat dan derajat manusia harus diukur kepada status sosialnya untuk mengenyam pendidikan? Sangat di sayangkan jika pada akhirnya keadaan ini harus ada, padahal sebutan persatuan dan kesatuan bangsa seharusnya sudah melotok dalam diri setiap manusia sejak pendidikan awal diterima pada pendidikan dini.

Tapi inilah yang namanya warna kehidupan, kita tidak akan bisa mengharapkan hubungan sesama manusia akan selalu rukun dan damai serupa yang terjadi di Papua. Yang mana hanya karena sebutan monyet dan fitnah dari media sosial tentang sebuah bendera yang belum diketahui siapa pelakunya, sudah menjadi booming dan pada akhirnya sebuah persatuan dan kesatuan bangsa harus pecah dan menjadi perang saudara.

Apakah sudah melupakan sejarah, yang mana perjuangan para pahlawan di bayar dengan nyawanya, demi sebuah arti merdeka? Sudah lupakan tujuan bangsa ini untuk merdeka?

Bagaimana mungkin bisa terjadi di negeriku, sebuah kerapuhan menjalar bukan hanya dalam satu segi saja, namun beberapa segi tolak ukur yang selalu menjadikan kita pecah berkali-kali, masalah agama, ras dan budaya. Kenapa harus pecah? Bukankah sejak dulu kita lahir sebagai bangsa Indonesia dengan keanekaragaman yang menjadi kebanggaan bangsa selama ini. Kenapa harus pecah saat ini?

Namun kembali aku kepada tujuan manusia hidup pada awalnya, yaitu ketika didunia ini hanya ada sepasang manusia, bukankah tugas mereka di dunia pada waktu itu adalah untuk meramaikan semesta? Jadi biarkanlah semua huru-hara datang mewarnai negeri dan berharap suatu hari nanti, akan membawa sebuah perubahan, yang benar-benar sebuah keindahan. Semoga saja.

Karena dari sebuah pecah akan menghasilkan sesuatu kesepakatan pada akhirnya. Serupa kata pepatah, semua akan indah pada waktunya. Kita hanya menyaksikan kemerdekaan ini bergerak ke arah positif atau negatif. Dan melakukan perubahan pada diri untuk menjadikan bahasa raisis tidak lagi duduk manis memperpecah lingkungan sekitarnya dengan semampunya diri untuk membuat perdamaian kecil di sekitar kita.