Kaskus

Story

BudigufiAvatar border
TS
Budigufi
Bertahan Hidup di Borneo
Bertahan Hidup di Borneo

Bagian I : Tragedi Pesawat Jatuh di Borneo


Beru merupakan seorang pramuka dan pencinta alam kelahiran Indonesia. Ia tinggal bersama kedua orang tuanya di Moskow, Rusia sejak umur 10 tahun. Meskipun telah pindah ke Rusia ia tetap menyukai menjadi seorang pramuka dan melanjutkan hobinya sebagai scout (pramuka di Rusia). Ia yang memiliki darah Indonesia-Rusia sudah sering berada di puncak gunung-gunung di Eropa sebelumnya. Sebut saja Alpen, Etna, Elbrus, Mont-Blanc, Monte Rossa, dan sebagainya sudah pernah ia taklukkan. Namun sebagai bentuk kecintaan dengan tanah kelahiran ibunya.  Ia berencana ingin menaklukkan 7 summit Indonesia. Pergi menuju ke Kalimantan untuk mendaki Gunung Bukit Raya sebagai puncak ke empat dalam perjalannya.


Saat itu penerbangan malam dari Lombok menuju Palangkaraya. Kondisi cuaca yang sangat buruk sebelumnya sempat membuat delay jadwal penerbangan yang seharusnya sudah dilakukan sekitar 6 jam yang lalu. Namun sepertinya kondisi cuaca buruk tersebut belum selesai. Setelah sekita 150 menit penerbangan terjadi  turbulance yang cukup besar. Terus-menerus selama 5 menit terjadi turbulance yang menyebabkan beberapa penumpang panik.


Terdengar teriakan dari kursi belakang "Allahu Akbar!!! Allahu Akbar!!!  Allahu Akbar!!!" dari seorang wanita paruh baya. Suasana sangat mencekam meskipun terdengar dari pengeras suara awak kapal meminta para penumpang agar tidak panik. Beru yang berusaha tenang sejak turbulance pertama nampaknya gagal. Jantungnya memompa 2 bahkan 3 kali lebih cepat dari biasanya. Pikirannya seolah terpenuhi bahwa inilah akhir dari hidupnya.


Namun justru berangsur-angsur pun keadaan tersebut membaik. Kondisi pesawat mulai terkendali dan lampu yang sebelumnya berkedip sudah stabil. Ia pun merasa lega sambil menarik nafas panjang untuk kembali menenangkan diri. Sesekali ia menengok sekitar dan melihat beberapa penumpang masih terlihat histeris. Ada seorang ibu muda yang memeluk anaknya yang masih balita dengan erat sambil menangis.


Tragedi belum usai. Semua memang seolah-olah nampak membaik. Itu hanya berlangsung sementara, sebelum pilot memberikan pengumuman melalui pengeras suara "Para penumpang sekalian, maaf atas kejadian sebelumnya karena kondisi cuaca yang buruk pesawat mengalami turbulance. Dampak dari kejadian tersebut dua mesin pesawat tidak dapat berfungsi dan kami akan mencoba melakukan emergency landing. Sebagai pemberitahuan awal, turbulance akan semakin besar mengingat kondisi cuaca yang masih buruk. Harap menggunakan sabuk pengaman dan mengggunakan masker oksigen. Semua diharapkan tetap tenang, jangan panik dan berdoa demi keselamatan bersama".


Bertahan Hidup di Borneo

Seketika kondisi berputar 180 derajat dari bayangannya. Tepat setelah pengumuman berhenti turbulance yang sangat besar terjadi. Lebih besar dari sebelumnya, kali ini tubuh Beru seakan dikoyak-koyak. Pesawat turun dari ketinggian belasan ribu meter dengan sangat cepat. Seorang penumpang yang belum sempat mengencangkan seat belt karena terlalu panik terpental hingga ke bagian paling belakang pesawat. Teriakan-teriakan seisi pesawat sudah tidak bisa terdengar dengan jelas lagi di telinganya. Ajal yang ia pikir sudah menjauh kini kembali dengan jarak yang semakin dekat.


Bertahan Hidup di Borneo

Pesawat jatuh menghantam laut. Hantaman terjadi dengan sangat keras hingga kepingan pesawat porak poranda. Beruntung Beru duduk di kabin belakang yang mempunyai tingkat keselamatan paling besar. Dan mungkin itu sebuah keajaiban diantara bagian kabin belakang pesawat yang juga hancur tempat duduk Beru dan beberapa sisanya terkena dampak paling kecil.


Saat air laut mulai masuk merangsak masuk pada sebagian kabin belakang yang tersisa. Ia pun tersadar. Ia melihat ada seorang bapak yang berusaha menarik anak perempuannya yang tak sadarkan diri terjepit kursi pesawat. Dengan tanggap ia berusaha membantu bapak tersebut menarik anaknya keluar. Naas, sepertinya tidak cukup waktu bagi mereka untuk menyelamtkan anak tersebut.


Beru berusaha menarik bapak tersebut sambil mengatakan "Pak, sepertinya waktu kita tidak cukup. Cepat keluar dari sini selamatkan diri bapak!" Lantas bapak tersebut hanya menjawab dengan tegas "Kamu saja yang keluar! Saya akan selamatkan putri saya atau tidak sama sekali!!" sambil mendorong Beru agar menjauh dan segera menyelamtkan dirinya sendiri.


Dengan agak panik Beru akhirnya berusaha berenang keluar. Tak ayal ia meninggalkan kedua bapak dan putrinya di dalam kabin. Naluri membawanya untuk segera menyelamatkan diri. Ia berenang melewati beberapa bagian pesawat lain dan melihat beberapa jasad. Ia terus berenang hingga ke permukaan agar bisa mengambil nafas. Sesampainya di permukaan ia tidak melihat ada orang lain di sekitarnya. Hanya ada beberapa jasad dan bagian-bagian kecil pesawat.


Sejenak ia berpikir bahwa dalam pramuka untuk bertahan hidup tidak boleh panik. Dia menarik nafas panjang meskipun masih terasa sesal karena tidak bisa menyelamatkan bapak dan putrinya tadi. Setelah pikirannya sudah lebih tenang, ia mencoba berenang untuk mencari apakah ada orang lain yang selamat di sekitar sekaligus mencari persediaan makanan ataupun benda yang berguna baginya untuk bertahan hidup di lautan.


Setalah menjelajah selama hampir setengah jam Beru tidak menemukan ada orang lain yang selamat selain dirinya sendiri. Tapi ia berhasil menemukan tas ransel yang ia bawa untuk menaklukkan 3 dari 7 summit Indonesia (Kerinci, Semeru, Rinjani). Setelah itu ia mencoba merangkul potongan pesawat untuk mengapung dan beristirahat sambil melihat keadaan sekitar untuk menemukan pulau terdekat.


Sayang, nampaknya tidak ada pulau sejauh ia memandang. Beru mengapung mengikuti ombak hingga pagi menjelang. Ia membuka beberapa makanan kemasan dari tasnya untuk mengisi sekedar mengisi tenaga untuk menjaga kesadaran. Ia sadar bahwa tidak tau berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menemukan daratan. Sehingga ia mencoba menghemat sumber pangan yang ada. Sesekali ia meminum air laut untuk melumasi tenggorokan. Meski terasa sangat asin ia harus melakukannya untuk bertahan.


Bertahan Hidup di Borneo

Setelah sekitar 3 hari terombang ambing di lautan. Semangat hidup Beru pun sudah mulai padam. Ketersediaan makanan sudah habis. Tenaga hampir nyaris tak bersisa bahakan hanya untuk membuka mata. Di tengah perjuangan ia menjaga kesadaran, akhirnya ia menemukan sebuah pulau kecil. Dengan semangat ia berenang dengan membawa barang-barang yang tersisa pada ranselnya. Pulau yang membangkitkan asa Beru untuk bertahan hidup dan mencari pertolongan untuk kembali ke kehidupannya yang semula.


Source : Pesawat Jatuh, Bagian Aman Pesawat, Pulau Tak Dikenal
Diubah oleh Budigufi 29-08-2019 09:49
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
683
1
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan