- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Persami: Jurit Malam


TS
j.16
Persami: Jurit Malam

Persami: Jurit Malam
"Untuk semua peserta Persami SMA Wijaya Bhakti. Saya punya pengumuman penting, mohon untuk didengarkan baik - baik. Untuk nanti malam acara jurit malam akan diganti dengan acara pentas seni dari setiap regu dilanjutkan acara terakhir yaitu api unggun. Semuanya akan dilakukan di area lapangan depan. Jadi setelah jam 6 sore jangan ada peserta yang melewati area belakang sekolah atau yang sudah panitia beri garis warna kuning. Mengerti?"
"Siapp mengerti..." Jawab para peserta. Sebagian dari mereka merasa senang karena tidak jadi melakukan jerit malam yang sangat menguji nyali itu.
Tapi ada juga sebagian dari mereka yang merasa kecewa, termasuk Sukma yang suka dengan tantangan dan menguji keberanian.
"Parah nih, gak seru banget nggak ada jurit malam. Padahal gue pengen tau bener nggak sih sekolah kita ini angker kayak yang orang - orang ceritain. " Kata Sukma.
"Emang lo nggak takut apa kalo jurit malem tetep jadi?" Dewi bergidik ngeri membayangkan jika dia jurit malam.
"Yaelah ngapain takut coba." Remeh Sukma.
"Hey kalian berdua! Kenapa masih disini. Cepat sana masuk ke tenda untuk isoma. Sebelum maghrib." Seorang pembina pramuka menegur mereka berdua.
***
Waktu sudah menunjukan pukul 20.55 acara pentas seni sudah berlangsung sejak tadi. Para peserta persami larut dalam kegembiraan. Namun berbeda dengan Sukma. Cewek itu malah merasa ngantuk dan menganggap acara pentas seni ini sangat membosankan. Dia bahkan menguap berkali - kali, dia lebih suka dengan acara yang memacu keberanian dan adrenalin.
Sukma memandangi penjuru lapangan yang mereka gunakan untuk acara api unggun. Tiba - tiba dia teringat pengumuman yang panitia katakan tadi sore. Dilarang pergi ke area belakang sekolah dan melewati area yang diberi garis kuning.
Sukma melihat jam tangan yang dia gunakan. Jam 21.05, dan sudah melebihi waktu maghrib. Dia berdiri dan menepuk - nepuk bagian rok pramukanya yang kotor. Kebetulan sekali tidak ada pembina dibarisan mereka. Sukma ingin pergi ke area terlarang yang dimaksud oleh panitia. Dia penasaran dan ingin menguji keberaniannya.
"Loh, Sukma lo mau kemana?" Dewi menyadari jika temannya itu pergi langsung bergegas menyusulnya.
"Mau kemana?" Dewi langsung menggandeng tangan Sukma begitu berhasil menyandingi langkah kaki Sukma.
"Gue mau uji nyali.." bisik Sukma agar tak didengar oleh para pembina persami.
"Hey mau kemana kalian? Kenapa keluar dari barisan?" tanya seorang pembina laki - laki yang melihat mereka.
"Em ini, kita mau ke toilet kak.." jawab Sukma cepat.
"Ya sudah, cepat. Pergi ke toilet yang paling dekat dari sini. Setelah itu kembali ke barisan semula."
"Siap kak!" Jawab Sukma senang.
"Apa kalian perlu ditemani?" Pembina laki - laki itu berniat memanggil teman perempuannya namun Sukma langsung menyela.
"Nggak usah Kak, nggak usah! Kita berani kok."
" Yakin?" Tanyanya lagi. Sukma mengangguk.
"Ya sudah.."
"Makasih kak..."
Sukma dan Dewi langsung pamit, mereka kini berjalan melewati lorong kelas yang begitu sepi dan gelap. Dewi memeluk lengan Sukma begitu erat.
"Sukma gue takut, balik aja yuk..." Rengek Dewi.
Sukma berusaha melepaskan tangan Dewi yang begitu erat. "Apaan sih, balik sendiri sana ah.."
"Gelap, gue takut."
"Yaelah, bentar kayaknya gue bawa senter deh," Sukma mengambil senter kecil dari saku rok pramukanya. "Nah, lumayan terang kan..." Cahaya dari senter kecil tersebut setidaknya sedikit membantu.
Mereka kini telah sampai di ujung lorong disebelah kanan jalan ada deretan ruang labolatorium dan ruang komputer yang sudah diberi garis kuning. Yang artinya dilarang dilewati. Tapi Sukma malah ingin menerobos garis tersebut.
"Sumpah balik aja yuk, gue merinding nihh.." Dewi tidak berani melihat kiri kanan, sementara Sukma semakin semangat karena ini sangat menguji keberaniannya.
Sretttt srettt
"Ah suara apa itu?!" Dewi semakin menempel pada Sukma. "Gue taku!"
Sukma mendengar suara itu berasal dari ruang laboratorium, dia berusaha melihat ke dalam dengan menyenteri dari jendela. Takutnya ada pembina yang sengaja menakut nakuti mereka.
"Nggak ada siapa siapa" gumamnya.
Dewi memilih menutup matanya dan memanjatkan doa doa didalam hati. Sementara Sukma semakin tertantang untuk berjalan lebih jauh lagi ke area belakang sekolah mereka.
tuk tuk tuk...
"Hua gue takuttt" teriak Dewi yang langsung dibungkam oleh Sukma.
"Jangan teriak, nggak usah teriak.!" Bisik Sukma. Dia berjalan lebih pelan menghampiri arah suara tersebut.
Dewi semakin ketakutan, dia menyesal mengikuti Sukma uji nyali ke tempat ini padahal panitia sudah melarang mereka pergi ke area terlarang.
tuk tuk tuk..
Suara tersebut semakin keras dan berasal dari toilet yang ada diujung bangunan. Dari gosip yang beredar disekolah toilet tersebut adalah toilet yang paling angker dan paling jarang digunakan karena banyak siswa yang sering melihat hal hal aneh bahkan kesurupan ditoilet tersebut.
Cahaya dari senter kecil milik Sukma semakin meredup karena kehabisan baterai. Dewi semakin panik dan ketakutan, dia terus merengek supaya mereka kembali saja ke lapangan depan. Tapi Sukma tetep kekeuh dan semakin penasaran dengan suara tersebut.
Suara tangisan lirih terdengar dan membuat keduanya berpandangan. Bulu kuduk Sukma dan Dewi mendadak merinding dan suasana menjadi sangat berbeda sekaligus mencekam.
Sukma berjalan pelan diikuti Dewi yang menempel dibelakangnya. Mereka sudah ada tepat didepan pintu toilet dan Sukma sedang berusaha memberanikan diri untuk membuak pintu itu.
Namun tiba - tiba pintu tersebut terbuka dengan keras,
Duarrr
"Aaaaaaa....."
"Aaaaaaa....."


anasabila memberi reputasi
1
856
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan