- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kisah Jenaka Nasruddin Hoja


TS
linoleum123
Kisah Jenaka Nasruddin Hoja

Quote:
Nasruddin, tokoh yang satu ini unik tidak hanya pada masa hidupnya. Tetapi juga ketika meninggal dunia. Ia wafat pada umur 80 tahun. Diyakini dimakamkan di Aksehir, Konya. Yang lucu, pada pintu masuk ke dalam kubah makam (di antara dua pilar penyangga), dibangun sebuah gerbang besi yang tinggi lengkap dengan gemboknya yang kuat. Namun, sisi makam yang lain sama sekali tidak berpagar alias terbuka.

Orang dengan mudah bisa masuk tanpa harus melewati puntunya. Tidak hanya itu dimakamnya terdapat tulisan “Di sini dimakamkan Nasruddin, meninggal pada tahun 386”. Padahal sesungguhnya Nasruddin meninggal pada tahun 683 Hijriyah (sekitar 1284-1285 M).
Quote:
Hidup Nasruddin memang penuh lelucon. Orang sedunia selalu mengingatnya sebagai insan yang kocak, konyol tapi cerdas. Ceritanya melegenda dari jazirah Arab, Persia, Eropa, Asia Tengah hingga Indonesia. Entah sudah berapa bahasa yang menerjemahkan buku-buku Nasruddin ke seluruh dunia.
Orang menyebutnya dengan bermacam nama, seperti Nasreddin Hoca di Turki, Nasrudddin Khwaja di Persia, Juha Nasruddin di Arab, Nasruddin Mala bagi masyarakat Urdu, Nasruddin Hoja bagi masyarakat Bosnia dan lain sebagainya.
Nasruddin memang bak dongeng bahkan legenda, namun Nasruddin diyakini hidup pada abad ke 13.
Ia dikenang sebagai orang yang penuh ide, jenaka dan konyol bahkan tokoh sufi. Banyak juga nasehat-nasehatanya kaya hikmah bisa dibaca hingga sekarang. Hingga sekarang untuk mengenang Nasruddin diadakan Festival Nasruddin setiap tanggal 5-10 Juli di Turki tiap tahunnya.

Meskipun kebanyakan menggambarkan Nasruddin berada di lokasi desa yang kecil, beberapa kisah lain menggunakan konsep masa hidup Nasruddin tidak dibatasi waktu. Mereka melengkapi folklorenya dengan kebijaksanaan ringkas tetapi tajam. Manuskrip Nasruddin tertua disebutkan pada tahun 1571
Saat ini cerita-cerita Nasruddin telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Beberapa wilayah mengembangkan tokoh-tokoh yang menyerupai Nasruddin. Pada beberapa wilayah, Nasruddin menjadi bagian kebudayaan dan seringkali disebut dalam kehidupan sehari-hari. Karena ada ribuan kisah Nasruddin yang berbeda-beda. Kisah-kisahnya selalu ada saja yang sesuai dengan kejadian sehari-hari dalam masyarakat.
Tahun 1996–1997 diumumkan sebagai Tahun Internasional Nasruddin oleh UNESCO.
Berikut beberapa kisah jenaka Nasruddin Hoja
Quote:
Keledai Membaca

Timur Lenk menghadiahi Nasruddin seekor keledai. Nasruddin menerimanya dengan senang hati. Tetapi Timur Lenk berkata,
“Engkau adalah guru yang terkenal dan tentunya kau dapat mengajari keledai ini membaca. Kalau kau sanggup melakukannya, aku akan memberimu hadiah yang besar. Tetapi kalau sampai gagal, aku akan menghukummu” kata Timur Lenk
“Itu permintaan yang sulit Yang Mulia. Tetapi baiklah, aku akan mengajarinya membaca. Beri aku waktu tiga bulan ditambah biaya yang cukup,” kata Nasruddin.
Timur Lenk memenuhi permintaan Nasruddin dan tiga bulan kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar. Nasruddin menggiring keledainya ke buku itu, dan membuka sampulnya.
Si keledai menatap buku itu, dan tak lama mulai membalik halamannya dengan lidahnya. Terus menerus, dibaliknya setiap halaman sampai ke halaman akhir. Setelah itu si keledai menatap Nasruddin.
“Demikianlah,” kata Nasruddin, “Keledaiku sudah bisa membaca.”
Timur Lenk mulai menginterogasi, “Bagaimana caramu mengajari dia membaca?”
Nasruddin berkisah, “Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halaman buku untuk bisa makan biji-biji gandum itu, sampai ia terlatih betul untuk membalik-balik halaman buku dengan benar.”
“Tapi,” tukas Timur Lenk tidak puas, “Bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya ?”
Nasruddin menjawab, “Memang demikianlah cara keledai membaca, hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya. Kalau kita membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, kita disebut setolol keledai, bukan ?”
Timur Lenk merasa senang pada Nasruddin, lalu memberinya hadiah yang cukup banyak.
Quote:
Bukan Itu Maksudku

Ada seorang pedagang tua meninggal dan mewariskan harta yang cukup banyak buat anak lelaki satu-satunya. Namun karena anak itu sangat gemar berfoya-foya dengan teman-temannya dalam sekejap habislah harta warisan orang-tuanya. Tentu saja kawan-kawannya mengetahui bahwa ia sudah miskin mereka meninggalkannya. Ketika ia benar-benar miskin dan sebatangkara, pergilah ia menemui Nasruddin Hoja yang dikenal bijak dan dapat menolong siapa pun yang sedang mengalami kesulitan.
“Hartaku sudah habis dan kawan-kawanku semuanya telah meninggalkanku,” kata anak lelaki itu. “ Tolong ramalkan apa yang akan terjadi pada saya.”
“Oh, jangan khawatir,” jawab Nasruddin Hoja “Segalanya akan beres kembali. Tunggu beberapa hari, kau akan senang dan bahagia melebihi sebelumnya.”
Anak itu gembira bukan main mendengar kata-kata itu. “Jadi saya akan kembali menjadi kaya raya ?” tanyanya.
“O, tidak, bukan itu maksudku. Kau salah tafsir. Maksudku ialah dalam waktu yang tak lama kau akan terbiasa menjadi orang miskin dan terbiasa pula tak mempunyai teman.
Quote:
Kadar Kebijaksaan

Seorang filsuf dan moralis yang terkenal singgah di kota Ak Shehir tempat Nasruddin Hoja tinggal. Filsuf itu telah banyak mendengar tentang kebijaksanaan Nasruddin Hoja, ia bermaksud mengajaknya berdiskusi. Untuk itu ia mengundang Nasruddin Hoja makan di suatu restoran. Setelah memesan makanan, mereka pun berdiskusi. Tak lama kemudian pelayan datang menghidangkan dua ekor ikan bakar.
Salah satu ikan bakar itu memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari ikan lainnya. Tanpa ragu-ragu Nasruddin Hoja mengambil ikan yang terbesar. Sang filsuf menggerenyitkan keningnya menatap Nasruddin Hoja dengan tatapan yang tak percaya. Kemudian Sang Filsuf mengatakan bahwa apa yang dilakukan Nasruddin adalah suatu hal yang hina dan egois dan bertentangan dengan prinsip-prinsip moral, etika dan kepercayaaan masyarakat pada umumnya.
Nasruddin Hoja mendengarkan khotbah Sang Filsuf dengan sabarnya sampai Sang Filsuf kehabisan tenaga.
“Kalau begitu Tuan, seharusnya apa yang akan kau lakukan ?” tanya Nasruddin Hoja kemudian.
“Kalau saya, sebagai orang yang bijak. Saya tidak akan mementingkan diri sendiri dan tentunya akan mengambil ikan yang lebih kecil untuk diriku sendiri.” Kata Sang Filsuf.
“Silakan kalau begitu !” kata Nasruddin Hoja singkat, sambil menyodorkan ikan yang kecil pada Sang Filsuf.
Quote:
Teori Kebutuhan

Nasruddin berbincang-bincang dengan hakim kota. Hakim kota, seperti umumnya cendekiawan masa itu, sering berpikir hanya dari satu sisi saja. Hakim memulai,
“Seandainya saja, setiap orang mau mematuhi hukum dan etika, …”
Nasruddin menukas, “Bukan manusia yang harus mematuhi hukum, tetapi justru hukum lah yang harus disesuaikan dengan kemanusiaan.”
Hakim mencoba bertaktik, “Tapi coba kita lihat cendekiawan seperti Tuan. Kalau Anda memiliki pilihan: kekayaan atau kebijaksanaan, mana yang akan dipilih?”
Nasruddin menjawab seketika, “Tentu, saya memilih kekayaan.”
Hakim membalas sinis, “Memalukan. Tuan adalah cendekiawan yang diakui masyarakat. Dan Tuan memilih kekayaan daripada kebijaksanaan?”
Nasruddin balik bertanya, “Kalau pilihan Tuan sendiri?”
Hakim menjawab tegas, “Tentu, saya memilih kebijaksanaan.”
Dan Nasruddin menutup, “Terbukti, semua orang memilih untuk memperoleh apa yang belum dimilikinya.”
Quote:
Mengendarai Keledai Terbalik

Mullah Nasruddin berangkat pergi ke mesjid mengiringi murid-muridnya untuk melaksanakan shalat Jum’at. Nasruddin tahu betapa bandelnya para muridnya, karenanya ia ingin mengawasi tingkah para muridnya. Tetapi selaku guru ia merasa tidak pantas bila berada dibelakang para muridnya maka, Mullah Nasruddin mengendarai keledainya di depan para muridnya dengan menghadap ke belakang ke arah para muridnya. Murid-muridnya dengan keheranan berkata.
“Mullah kau mengendarai keledai terbalik”
“Tidak demikian,” jawab Mullah Nasruddin ”aku sudah menghadap ke arah yang benar, keledaikulah yang menghadap ke arah yang salah”
Quote:
Periuk Beranak

Nasruddin meminjam periuk kepada tetangganya. Seminggu kemudian, ia mengembalikannya dengan menyertakan juga periuk kecil di sampingnya. Tetangganya heran dan bertanya mengenai periuk kecil itu.
“Periukmu sedang hamil waktu kupinjam. Dua hari kemudian ia melahirkan bayinya dengan selamat.”
Tetangganya itu menerimanya dengan senang. Nasruddin pun pulang.
Beberapa hari kemudian, Nasruddin meminjam periuk yang itu lagi. Setelah sebulan lewat, Nasruddin belum juga mengembalikan periuk itu.
Karena gusar pergilah si pemilik periuk itu ke rumah Nasruddin menagih periuknya.
“Oh, sungguh sebuah malapetaka. Takdir telah menentukan bahwa periukmu meninggal di rumahku. Dan sekarang telah kumakamkan.”
Sang tetangga menjadi marah, “Ayo kembalikan periukku. Jangan berlagak bodoh. Mana ada periuk bisa meninggal dunia!”
“Tapi periuk yang bisa beranak, tentu bisa pula meninggal dunia,” kata Nasruddin.


Spoiler for sumber:
https://360nasruddinhoja.wordpress.c...r-sufi/page/3/
https://islami.co/biografi-nasruddin...panjang-zaman/
google image
https://islami.co/biografi-nasruddin...panjang-zaman/
google image
0
2.4K
Kutip
2
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan