sumber: edunews

Hal ini adalah yang paling banyak terdengar dan terlihat dari beberapa warga di lingkungan sekitar. Dengan alasan sekolah buang-buang uang dan setelah lulus hanya jadi ibu rumah tangga atau menggarap kebun, maka pergi ke sekolah menjadi prioritas paling puncak dari belakang. Karena alasan inilah kadang beberapa orang tua masih tidak begitu peduli apakah anaknya bersekolah atau tidak.

Pemerintah dalam hal ini sudah cukup baik dalam usahanya meng-eliminasi alasan “sekolah buang-buang uang” atau “kami warga miskin tidak mampu bayar sekolah”. Dengan adanya dana bantuan operasional sekolah yang menjangkau masyarakat yang kurang mampu secara finansial, seharusnya sudah cukup untuk membuat anak usia sekolah berada di sekolah untuk belajar dan menuntut ilmu. Tapi yang terjadi di masyarakat tidak demikian. Kebiasaan “tidak sekolah” yang diturunkan oleh orang-orang tua pada anaknya, membuat si anak usia sekolah tidak mempunyai dorongan/motivasi untuk datang ke sekolah. Jika pada umumnya orang tua modern cukup keras mendorong anaknya supaya berangkat sekolah, tidak disini. Masih ada beberapa orang tua yang membiarkan anaknya tidak berangkat sekolah dan tidak mendorong anaknya untuk rajin datang ke sekolah.

sumber: tribunnews

Tidak perlu heran, di lingkungan pedesaan sekitar rumah, masih saja terdapat remaja usia produktif yang kemudian menjadi tidak produktif hanya karena status “sudah menikah”. Ya, di usia yang masih sangat muda, dimana usia tersebut bisa digunakan untuk belajar dan berusaha, kemudian menjadi tidak berguna karena alasan “ada anak dan suami/istri yang harus diurus”.  Tren seperti ini dalam beberapa kasus juga menghambat perkembangan pendidikan di masyarakat, karena pelaku menikah muda umumnya mengabaikan pendidikan nya (putus sekolah).

Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan, kita semua yang ada di forum ini pasti sudah merasakan. Meski setelah lulus sekolah tidak lantas jadi menteri, tapi bekal ilmu yang kita bawa dari sekolah pasti membantu dalam menjalani berbagai macam sisi kehidupan.

Namun berbeda dengan mereka-mereka yang belum terbiasa atau belum mempunyai kebiasaan mengenyam pendidikan, mereka berpendapat “asal tiap hari bisa makan, hidup bisa terus berlanjut”.

Pemerintah meski sudah membantu dengan beasiswa, dana bantuan operasional dan sekolah yang bebas biaya, nyatanya belum mampu menarik minat seluruh masyarakat untuk segera datang ke sekolah dan berpartisipasi dalam memajukan bidang pendidikan.

Lingkungan tempat tinggal anak usia sekolah juga sangat berpengaruh dalam mendukung pendidikan. Peran serta masyarakat dan terutama keluarga harus aktif dalam mendorong atau memberi motivasi kepada anak usia sekolah supaya mereka menjadi aktif untuk merasakan nikmatnya pendidikan demi masa depan mereka.