- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Antara Aku, Pramuka Dan Zombie


TS
ayokitakemanaa
Antara Aku, Pramuka Dan Zombie

Semuanya terjadi begitu cepat. Tanpa ada angin atau hujan, orang-orang mulai menggila dan menyerang orang-orang disekitarnya. Mereka tampak tak sadar menyerang dengan mencakar dan menggigit seperti orang yang kelaparan. Beberapa orang yang merekam peristiwa itu ikut menjadi korban. Aku salah satu orang yang melihat peristiwa itu secara langsung segera menarik gas motorku menuju kamar kos untuk menjauh dari kekacauan itu.
Namun kini 3 bulan setelah peristiwa itu, ternyata aparat dan pihak keamanan tidak mampu menangani kejadian itu. Kebanyakan orang memilih berdiam diri di dalam rumah. Sedangkan aku, aku lebih memilih pergi ke gunung untuk berlindung. Kenapa gunung? Sebagai seorang pembina pramuka yang sudah berkali-kali membuat sekolahku memenangkan Jambore Nasional, gunung bukanlah tempat yang menyeramkan. Namun tempat yang aman bagiku. Karena semua ada disini dan semua bisa kugunakan untuk bertahan hidup. Hidup berbulan-bulan tanpa teknologi bukanlah masalah bagiku.
"Pit piiiiit piiiiiit pit" Sebuah rutinitas pagi yang sering dilakukan oleh Agung dengan pluit pramukanya. Dia berusaha memberikan kode kepada orang-orang yang mendengar bunyi pluitnya. Bagi orang biasa mungkin itu hanyalah suara pluit biasa. Namun bagi seorang yang mengerti tentang sandi morse, pulit yang Agung keluarkan memiliki arti "DISINI MASIH ADA YANG SELAMAT" dan mengandung informasi lokasi dirinya saat itu.
"Bosen juga ya hidup berbulan-bulan sendirian" Gumam Agung yang baru saja selesai melakukan rutinitas paginya.
Tinggal sendirian di gunung selama berbulan-bulan bukanlah hal yang sulit bagi Agung. Makanan bisa dengan mudah ia cari dengan memakan tanaman yang ada di gunung atau mengikuti jejak ayam hutan yang ia temui. Begitu juga dengan minuman, karena di gunung banyak terdapat mata air sehingga ia tak perlu takut kehabisan minum. Semua hal itu ia dapat sejak masih penggalang karena sering melakukan camping dengan pembina dan teman-temannya. Semua ilmu itu ia peroleh dari kegiatan pramuka.

socialecologies.wordpress.com
Namun lama kelamaan dia mulai merasa kesepian karena tidak adanya lawan bicara. Wajar saja, karena kota yang disinggahinya sudah semakin kacau. Hal itu bisa diketahui Agung karena banyak suara ledakan dan asap hitam mengebul yang berasal dari kota. Kadang Agung merasa bahwa pilihannya untuk lari ke gunung adalah pilihan yang tepat.
"Hey!" Sebuah teriakan tiba-tiba menyadarkan lamunan Agung. Agung yang sedang melamun di rumah pohonnya segera menoleh ke sumber suara itu. Tampak dari atas seorang gadis berambut pendek dengan tas carier yang cukup besar berdiri diatas rumah pohonnya. Rumah pohon Agung memang tidaklah besar, namun cukup untuk melindunginya dari serangan para zombie. Sebuah rumah pohon mungil yang Agung buat dengan bantuan beberapa cabang pohon, ranting, daun kelapa dan tali tambang yang sudah dibawanya dari kosan. Hanya bermodal ilmu membuat simpul dan ikatan, rumah pohon itu berhasil Agung selesaikan.
"Kok bengong?" Tanya gadis itu kembali yangs sedari tadi menunggu jawaban dari Agung.
"Eh sorry sorry, saya kaget aja karena cuma ada saya di gunung ini" jawab agung gelagapan.
"Tunggu disitu, aku akan turun kebawah" Lanjut Agung sembari menapak dahan-dahan pohon bersiap untuk turun. Namun belum sempat menginjak dahan berikutnya tiba-tiba terdengar suara "KRUUUUUKKKK ~".
"Haha kau lapar ya?" Tanya Agung yang masih berpegangan pada rumah pohonnya.
"'E, enggak, sok tau kamu" Jawab gadis itu malu-malu.
Dengan sigap Agung melempar beberapa buah pisang yang sudah mulai menguning ke arahnya.
"Harusnya pisang itu baru matang besok, tapi itu sudah tua dan sudah bisa dimakan. Aku sengaja memetiknya karena untuk persediaan disini" Ucap Agung sambil berusaha turun. Wajah gadis itu yang semula tampak enggan berubah menjadi ceria. Dengan cepat dia mengupas kulit pisang itu dan melahapnya seperti orang kelaparan.
"Enggak makan berapa hari?" Tanya Agung.
"Dua. Hehe" Jawabnya malu-malu.
"Aku Agung. Agung Hapsah. Teman-temanku memanggilku Agung, tapi kau bebas memanggilku apa" Ucap Agung sambil mengulurkan tangannya ke gadis itu.
"Fathia, Fathia Izzati" Jawabnya sambil mengunyah pisang pemberian Agung dan tidak memperhatikan uluran tangan Agung yang dari tadi menunggu untuk dijabatnya.
Agung yang merasa akward mulai memasukkan tanganya ke kantong kanan celananya. Namun suasana akward itu tak berlangsung lama karena keduanya dikagetkan oleh suara teriakan. Sebuah teriakan yang sangat mengerikan yang membuat jantung berdegup kencang ketika mendengarnya.
/cdn.vox-cdn.com/uploads/chorus_image/image/62630829/The_Walking_Dead_TV_502082_3840x2400.0.jpg)
theverge.com
Seketika itu pula (seekor/seorang/sebuah?) zombie keluar menyerang Agung. Dengan sigap, Agung menahan kepala zombie itu agar tidak menggigit lehernya. Sedangkan Fathia hanya bisa berteriak ketakutan melihat zombie itu menyerang Agung. Berkali-kali Agung mengatur posisi tangannya agar zombie itu tidak menggigit tangannya.

bukalapak.com
Akhirnya dalam gerakan yang sangat cepat namun hati-hati, Agung mengambil belati yang menggantung di celana depannya dan menusukkan belati itu pas dikepala zombie itu. Dan zombie itupun mati tersungkur dengan belati yang menancap dikepalanya. Sebuah belati yang tidak asing bagi anak pramuka yang merupakan peralatan wajib bagi seorang pembina pramuka.
"Kamu ga papa?" Tanyanya pada Fathia yang nampak masih kaget dengan kejadian barusan.
"A, aku takut" Gumamnya kecil sambil meremas kedua lututnya.
"GARHHHHH" Tiba-tiba keluar segerombol Zombie yang datang karena mendengar jeritan Fathia. Melawan satu zombie saja sudah merepotkan bagi Agung, apalagi harus melawan segerombol zombie kelaparan itu. Sebenarnya bisa saja Agung naik ke atas rumah pohonnya untuk menyelamatkan dirinya. Namun Agung pesimis karena tidak mungkin membawa Fathia ke rumah pohon itu. Pramuka telah mendidiknya untuk menjadi pribadi yang peduli sesama dan bertanggung jawab. Agung mengambil tongkat pramuka yang menggantung di rumah pohonnya dan segera menggabungkannya dengan belati pramukanya dengan ikatan canggah. Agung menggunakan ikatan ini agar belati tidak mudah lepas ketika ditusukkan ke zombie itu.

merdeka.com
Dengan posisi kuda-kuda dan tongkat ditangan, tiba-tiba terdengar suara letusan "DAR DAR DAR". Seketika zombie-zombie itu terkapar di tanah. Agung yang tampak bingung dengan suara tembakan itu mulai mencari ke sumber suara. Dari arah selatan muncul sekelompok TNI yang bersenjata lengkap datang menghampiri Agung dan Fathia.
"Kalian tidak apa-apa?" Tanya seorang pemimpin regu TNI itu kepada Agung.
"Siap, kami tidak apa-apa" Jawab Agung dengan suara yang tegas.
"Baguslah, kalau begitu ayo ikut kami ke camp pengungsian. Letaknya tidak jauh dari sini"
Akhirnya Agung dan Fathia mengikuti regu TNI tersebut. Ditengah jalan Agung menanyakan bagaimana mereka bisa mengetahui lokasi Agung. Dan sang pemimpin regu TNI itu mengatakan bahwa dulu dirinya sebelum menjadi seorang prajurit adalah seorang pramuka dengan pangkat Laksana. Dan sandi morse yang dia dengarnya dapat dengan mudah dia terjemahkan.
"Awalnya kami kewalahan mengatasi serangan mahluk ini, namun kini berkat bantuan pasukan gabungan kami mulai bisa mengendalikan mahluk-mahluk itu" Jelas pemimpin regu TNI.
"Untuk sementara kalian kami ungsikan di camp penampungan hingga seluruh mahluk itu dimusnahkan". Lanjut kata pemimpin regu TNI.
Akhirnya seminggu setelah kejadian itu, orang-orang sudah diizinkan untuk kembali ke rumahnya masing-masing. Sedangkan penyebab yang membuat orang menjadi zombie masih diselidiki oleh LIPI.
Tamat.


anasabila memberi reputasi
1
1.2K
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan