Kaskus

News

lembugantengAvatar border
TS
lembuganteng
Pendidikan dan Kebangkitan Suatu Bangsa
Pendidikan dan Kebangkitan Suatu Bangsa

Pendidikan dan Kebangkitan Suatu Bangsa




Sekitar 53 tahun yang lalu, pasca Jepang kejatuhan bom atom oleh tentara sekutu di kota Hiroshima dan Nagasaki dengan cepat Jepang langsung mundur dalam medan pertempuran Perang Dunia II. Jepang secara resmi hengkang dari pergelutan perang yang berkecamuk selama bertahun-tahun dan melibatkan hampir dari seluruh negara di seluruh dunia. Hal ini tentu saja mengundang kontroversi dunia karena sebelumnya dengan pedenya Jepang menyerang habis-habisan angkatan laut Pearl Harbour milik Amerika Serikat (Sekutu) pada tahun 1941.

Namun bukan perang yang akan om Lembu bahas kali ini melainkan adalah solusi pasca perang yang dikerjakan oleh Jepang (Kaisar Hirohito). Sebuah pertanyaan dilontarkan oleh Sang Kaisar setelah terjadinya peristiwa bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, "Kyōshi wa nan-ri imasu ka?". Yang dalam bahasa Indonesia berarti bahwa "Berapa jumlah Sensei yang kita miliki?". Bukan, "Dorekurai no sonshitsu ga arimasu ka?" ("Berapa kerugian yang kita alami?").

Pertanyaan tersebut mencerminkan bahwa betapa kuatnya kepedulian pemerintah Jepang terhadap nilai pendidikan di negaranya. Hingga akhirnya adalah Jepang kini menduduki di revolusi industri pendidikan di dunia. Hampir semua orang ingin ke Jepang untuk merasakan suasana (environment) pendidikan disana. Dari mulai program beasiswa (Mext, Jica, Nishimura dan lain-lain), Program Double Degree (DDP Kanazawa University (KU)-Institut Teknologi Bandung (ITB)), Sakura Exchange (Mie University) belum lagi hadiah nobel yang dimenangkan oleh cendekiawan-cendekiawan Jepang, semua itu karena pendidikan dianggap sangat penting. "Hanya pendidikan yang mampu membangkitkan bangsa kita", kira-kira seperti itulah yang diangkan oleh Sang Kaisar pada waktu.

Menurut saya situasi yang dialami Jepang pasca peristiwa bom atom di Hiroshima dan Nagasaki tidak berbeda dengan yang terjadi pada Indonesia saat ini. Indonesia saat ini sedang menuju kemerdekaan ilmu atas pendidikan. Namun perbedaannya adalah jiwa kesatria dari pemimpin yang sangat kurang. Saya sangat percaya bahwa Indonesia memiliki bibit-bibit unggul dalam segala aspek kehidupan baik itu Science, Social-Humaniora, Leadership, Medicine, Keragaman-Seni dan lainnya. Kita hanya memerlukan pemimpin yang baik (bukan berarti pemimpin sekarang tidak baik). Kita memerlukan kemauan dan keniatan secara sosial untuk bangkit menjadi bangsa yang maju.

Kalau garis timeline ditarik mundur sebenarnya kita sudah melahirkan cendekiawan-cendekiawan yang jenius dalam mendefinisikan sistem yang pas untuk Indonesia. Di antaranya adalah Ki Hajar Dewantoro dari Ngayogyakarta Hadiningrat.

Pendidikan dan Kebangkitan Suatu Bangsa


Dengan sangat bagus dan pas, Beliau mendefinisikan kepada kita tentang dinamika sistem pendidikan yang baik dan benar untuk Bangsa Indonesia. Di antaranya adalah didirikannya Taman Siswa.

Jika diperhatikan dengan baik-baik, pemilihan kata "Taman Siswa" ini bukan hal yang sembrono. Kata Taman Siswa mereferensikan bahwa murid yang belajar disiapkan dulu berada di "Taman" sebelum dia terjun ke "Hutan Kehidupan" yang rawan akan sesat dan tantangan.

Harapannya adalah Bangsa yang besar ini jangan sampai melupakan ide-ide yang telah didefinisikan oleh Mbah-Mbah kita. Jangan menganggap Mbah-Mbah kita itu orang udik, tidak mampu dan bodoh.

"Kalau Berilmu Jangan Kebarat-baratan".

Sumber : sumber 1sumber 2




Diubah oleh lembuganteng 22-08-2019 13:23
0
385
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan