Orang tua mana yang tidak ingin memiliki anak cerdas dan berprestasi? Dan penemuan-penemuan ilmiah membuktikan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi seseorang adalah genetika-nya. Tentu saja kita tidak bisa abai bahwa kemauan keras, ketekunan dan usaha ikut mempengaruhi kesuksesan seseorang. Namun faktor genetika tetap memegang peranan besar.

Hal ini lebih mencolok lagi apabila kita berbicara tentang prestasi di bidang olahraga misalnya. Pelari marathon dari ras Eropa misalnya, hampir bisa dipastikan akan kalah melawan pelari marathon dari Kenya, yang secara genetika memiliki fisik yang cocok untuk berlari dalam jarak jauh.




Belum lagi kalau kita mau ngomong yang agak nyeleneh, tapi terbukti jadi salah satu beban pikiran agan-agan yang ber-gender pria, ya soal apalagi kalau bukan masalah ukuran peralatan. Sudah pasti itu masuk wilayah genetika, tidak ada latihan apa pun yang bisa agan lakukan buat masalah yang satu itu.

Sebelum buru-buru protes tentang rekayasa genetika pada manusia, ada juga sisi kemanusiaan yang juga perlu diperhatikan. Ada banyak penyakit yang terjadi akibat cacat genetis. Misalnya Thalasemia, yang mengakibatkan kelainan pada sel-sel darah merah, yang tentu saja akan membuat orang tersebut mengalami penderitaan sepanjang hidupnya. Atau bayi yang mengalami cacat genetis sehingga mengalami keterbelakangan mental. Jika kita mampu memperbaiki keadaan-keadaan seperti itu, mengapa tidak kita lakukan?

Secara teknologi, kita sudah bisa mendeteksi adanya cacat genetis. Secara teknologi, kini kita juga sudah memiliki kemampuan untuk memperbaiki kesalahan genetis tersebut.

Jika demikian, apabila kita tahu sebuah embryo bayi memiliki kesalahan genetis yang akan membuat dia hidup menderita dan kita bisa memperbaikinya, namun dengan sengaja kita membiarkan, apakah bisa dikatakan itu sebuah pilihan yang ber-moral dan berperi kemanusiaan?

Di sisi lain tentu saja, jika hal ini sudah diijinkan untuk dilakukan atas dasar nama kemanusiaan. Siapa yang bisa memastikan bahwa praktek-praktek yang sama dilakukan juga untuk tujuan yang bersifat egois?

Jika sekarang saja sudah ada kesenjangan antara mereka yang lahir dari keluarga yang mampu, dibandingkan dengan mereka yang lahir dari keluarga yang kurang mampu, dalam bentuk fasilitas pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Bayangkan kesenjangan yang bisa terjadi jika prosedur rekayasa genetika diijinkan pada manusia.

Jadi bagaimana menurut agan-agan sekalian? Rekayasa genetika pada manusia, ya atau tidak?