

TS
Budigufi
Sesat Pikir SMK, Sekolah Masuk Kerja

Sekolah Menengah Kejuruan bukan Sekolah Masuk Kerja. SMK dirancang sedemikian rupa guna membentuk SDM yang kompeten sehingga dapat diterima dengan Industri. Banyak yang berpikiran bahwa dengan masuk SMK maka setelah lulus akan mudah mendapatkan pekerjaan. Termasuk saya, yang merasa memiliki keterbatasan ekonomi untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Ide tersebut menjadi perhatian utama para akedemisi hingga tak ayal menyampingkan faktor penting lain dalam pendidikan.
Pendidikan menyimpang dari yang seharusnya untuk memenuhi permintaan industri. Menurut saya tujuan dari pendidikan selain meningkatkan kemampuan SDM seharusnya adalah mengajarkan bagaimana cara berpikir yang kritis dan logis serta mengembangkan minat bakat seorang individu. Bukan semata-mata memenuhi persyaratan perusahaan yang menimbulkan ketergantungan daya serap industri.

Pengangguran SMK
Dikte industri sebagai kompas pendidikan SMK. Tak jarang perekrut dari sebuah perusahaan datang ke sekolah untuk mencari karyawan dengan persyaratan tertentu. Dari mulai tidak bertato, tidak memiliki tindik, tes ketahanan fisik, hingga tinggi badan. Dahi saya mengerut ketika seseorang tidak dapat mengenyam pendidikan yang menjadi minatnya karena tinggi badan. Konklusi bahwa mereka dianggap tidak kompeten dan menjadi sia-sia jika mempelajari suatu bidang keahlian karena standar yang ditentukan pihak lain semakin membuat saya geram.
Blok mental yang digerakkan oleh lingkungan sekolah. Kutipan "Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri china" adalah lelucon terlucu bagi saya yang pernah bersekolah di SMK. Masih sangat teringat dalam pikiran saya ketika seorang alumni datang ke sekolah untuk mengurus administrasi. Kepala Jurusan dengan bangga berkata "Lihat ini kakak kelasmu, udah sukses, sekarang kerja di *STRA gajinya diatas UMR". Padahal menurut saya perusahaan tersebut melakukan eksploitasi pekerja lulusan SMK.
Blok mental yang digerakkan oleh lingkungan sekolah. Kutipan "Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri china" adalah lelucon terlucu bagi saya yang pernah bersekolah di SMK. Masih sangat teringat dalam pikiran saya ketika seorang alumni datang ke sekolah untuk mengurus administrasi. Kepala Jurusan dengan bangga berkata "Lihat ini kakak kelasmu, udah sukses, sekarang kerja di *STRA gajinya diatas UMR". Padahal menurut saya perusahaan tersebut melakukan eksploitasi pekerja lulusan SMK.
Bukan hanya menjadi pekerja kami juga seharusnya memiliki kesempatan. Saya aku memang ada ketimpangan cara berpikir antara penyandang gelar sarjana dengan lulusan SMK. Tapi sebenarnya ketimpangan lainnya pun sudah jauh terjadi ketika berkompetisi untuk masuk ke perguruan tinggi. Berlanjut hingga melamar pekerjaan dan bahkan ketika sudah bekerja di sebuah perusahaan. Dipandang sebelah mata dan kurang kompeten oleh orang lain.
Semakin spesifik jurusan, semakin tidak berguna nantinya. Perkembangan teknologi yang sangat cepat dapat menimbulkan efek bumerang. Ketika kita mempelajari suatu ilmu secara spesifik dan ternyata setelah lulus ilmu tersebut sudah tidak relevan. Saya kira faktor-faktor itulah yang menjadi penyebab lulusan SMK kurang terserap industri.
Kedepannya saya harap semua pihak dapat mengerti. Industri tidak menjadi tuan yang harus dilayani dunia pendidikan. Lingkungan sekolah menumbuhkan pola pikir yang lebih luas terhadap para pelajarnya. Gelar tidak selamanya berbanding lurus dengan kempetensi. Lintas pengetahuan antar jurusan tergantung bakat minat agar pelajar SMK menjadi SDM yang unggul.
Author : Budi Gunawan Fachri
Sumber Gambar : Tirto.id
0
343
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan