- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Tanah Kalimantan 'Digoreng', Beli Rp15 Ribu Jual Rp122 Ribu


TS
pasti2periode
Tanah Kalimantan 'Digoreng', Beli Rp15 Ribu Jual Rp122 Ribu
Quote:
Jakarta, CNBC Indonesia - Ada banyak cara untuk menarik pembeli properti. Menjual prospek hal yang paling lazim yang bisa dilakukan penjual properti.
Informasi soal rencana pindah ibu kota belakangan ini makin santer dan semakin serius. Presiden Jokowi bahkan menyebut lokasinya sudah mengerucut ke salah satu provinsi, antara lain Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kalimantan Timur (Kaltim).
Kalteng salah satu lokasi yang pernah dikunjungi Presiden Jokowi, antara lain di Gunung Mas. Kawasan ini menjadi bagian segitiga emas yang menyambung dengan Katingan dan Palangkaraya.
Di kawasan Palangkaraya ini, menjadi lokasi yang coba 'digoreng' oleh pengembang penjual kavling. Sebut saja namanya G, pemilik kavling 1,5 hektar di tepi jalan utama Palangkaraya Cilikriwut, ini memasarkan lahannya di OLX, dengan menjual eceran lahan kavling seluas 400 meter persegi dengan hanya Rp49 juta, atau Rp122.500 per meter.
Bahkan ia dalam postingannya berpromosi bahwa "calon pembeli akan kehilangan kesempatan mendapat untung jika Ibu kota jadi pindah ke Kalimantan Tengah. Karena harga dipastikan akan naik ratusan hingga ribuan kali.
Apa yang disampaikan G bisa jadi benar di masa depan bila benar-benar ibu kota di Kalteng. Namun, sebelum jauh menerawang ke masa depan, mari kita simak pengakuan G saat 'menggoreng' lahannya yang diklaim bakal dekat dengan lokasi ibu kota Indonesia yang baru.
Ia bercerita membeli lahan seluas 3 hektar dengan harga tak sampai Rp500 juta. Artinya bila kita asumsikan ia membeli Rp450 juta saja, maka harga tanah saat dia beli pada 2017 lalu hanya Rp15.000 per meter.
"Saya waktu itu beli sebelum ramai-ramai mau pindah ibu kota, masih dapat harga murah," aku G kepada CNBC Indonesia.
G bercerita akhirnya ia memutuskan menjual kavling sebagian lahannya seluas 1,5 hektar untuk bisa mendapatkan keuntungan berlipat. Ia mulai memasarkan pada Juni, dengan harga permulaan hanya Rp75.000 per meter, lalu dalam beberapa pekan ia naikkan harganya jadi Rp100.000 per meter, dan terakhir ia mematok harga tanah kavling Rp122.500 per meter. Artinya ia hampir mendapat keuntunga 10 kali lipat dari harga beli dua tahu lalu.
Ia mengaku lahan yang dijualnya memang masih area hutan belum ada penduduk. Penduduk terdekat jaraknya 1 km dari lokasi lahannya. Harga tanah akan semakin mahal bila lokasinya sudah ada penduduk.
"Harga sekarang sudah ada yang sampai Rp200 ribu per meter itu sudah ada penduduknya," kata G.
Menurutnya semenjak santer kabar perpindahan ibu kota ke Kalimantan, harga lahan di sekitarnya juga ikut naik. Para penjual memang tak bisa ditahan untuk mematok harga, karena prinsip properti adalah menjual 'prospek'.
"Saya ikut naikkan harga, karena yang kanan kiri sudah naik," katanya.
Informasi soal rencana pindah ibu kota belakangan ini makin santer dan semakin serius. Presiden Jokowi bahkan menyebut lokasinya sudah mengerucut ke salah satu provinsi, antara lain Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kalimantan Timur (Kaltim).
Kalteng salah satu lokasi yang pernah dikunjungi Presiden Jokowi, antara lain di Gunung Mas. Kawasan ini menjadi bagian segitiga emas yang menyambung dengan Katingan dan Palangkaraya.
Di kawasan Palangkaraya ini, menjadi lokasi yang coba 'digoreng' oleh pengembang penjual kavling. Sebut saja namanya G, pemilik kavling 1,5 hektar di tepi jalan utama Palangkaraya Cilikriwut, ini memasarkan lahannya di OLX, dengan menjual eceran lahan kavling seluas 400 meter persegi dengan hanya Rp49 juta, atau Rp122.500 per meter.
Bahkan ia dalam postingannya berpromosi bahwa "calon pembeli akan kehilangan kesempatan mendapat untung jika Ibu kota jadi pindah ke Kalimantan Tengah. Karena harga dipastikan akan naik ratusan hingga ribuan kali.
Apa yang disampaikan G bisa jadi benar di masa depan bila benar-benar ibu kota di Kalteng. Namun, sebelum jauh menerawang ke masa depan, mari kita simak pengakuan G saat 'menggoreng' lahannya yang diklaim bakal dekat dengan lokasi ibu kota Indonesia yang baru.
Ia bercerita membeli lahan seluas 3 hektar dengan harga tak sampai Rp500 juta. Artinya bila kita asumsikan ia membeli Rp450 juta saja, maka harga tanah saat dia beli pada 2017 lalu hanya Rp15.000 per meter.
"Saya waktu itu beli sebelum ramai-ramai mau pindah ibu kota, masih dapat harga murah," aku G kepada CNBC Indonesia.
G bercerita akhirnya ia memutuskan menjual kavling sebagian lahannya seluas 1,5 hektar untuk bisa mendapatkan keuntungan berlipat. Ia mulai memasarkan pada Juni, dengan harga permulaan hanya Rp75.000 per meter, lalu dalam beberapa pekan ia naikkan harganya jadi Rp100.000 per meter, dan terakhir ia mematok harga tanah kavling Rp122.500 per meter. Artinya ia hampir mendapat keuntunga 10 kali lipat dari harga beli dua tahu lalu.
Ia mengaku lahan yang dijualnya memang masih area hutan belum ada penduduk. Penduduk terdekat jaraknya 1 km dari lokasi lahannya. Harga tanah akan semakin mahal bila lokasinya sudah ada penduduk.
"Harga sekarang sudah ada yang sampai Rp200 ribu per meter itu sudah ada penduduknya," kata G.
Menurutnya semenjak santer kabar perpindahan ibu kota ke Kalimantan, harga lahan di sekitarnya juga ikut naik. Para penjual memang tak bisa ditahan untuk mematok harga, karena prinsip properti adalah menjual 'prospek'.
"Saya ikut naikkan harga, karena yang kanan kiri sudah naik," katanya.
SUMBER

0
1.3K
Kutip
11
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan