

TS
kelayan00
Full day school, Dendam Membara Siswa

Ketemu lagi ti tread ane, selamat datang. Mari kita berperang melawan ketidakadilan. Di mana saja. Di dunia pendidikan apalagi. Anak-anak negeri ini harus jadi generasi hebat. Cerdas otaknya, baik karakternya. Sehat lahir bathin.
Masalahnya adalah anak-anak harus berangkat pagi-pagi ke sekolah, pulang sudah sore hari. Alasannya gampang dan simpel banget. Biar anak-anak ada yang mengawasi ketika orang tua bekerja. Gak masuk akal sama sekali.
Tugas guru bukan mengawasi keamanan siswa. Kalau mengawasi keamanan siswa itu tigas satpam. Tugas guru mendidik siswa. Membimbing siswa. Ketika berada di sekolah. Mengawasi ketika proses pembelajaran. Benar itu. Tapi kalau mengawasi ketika orang tua bekerja. Alangkah mirisnya.
Ini tentang apa? Full Day school. Sekolah seharian. Sejak pagi hingga sore hari. Sekarang kita yang dewasa membayangkan, seandainya berada dalam kelas selama seharian penuh. Seperti apa rasanya. Mending jika dalam kelas ada kipas anginnya. Ada AC yang dingin. Coba kalau tidak ada apa-apanya. Seperti apa panasnya?
Tiga belas mata pelajaran dalam seminggu. Diajarkan oleh guru secara bergantian. Dan siswa pada kondisi tetap. Gurunya segar ketika masuk kelas. Lah siswanya? Tugas yang satu belum meresap ke otak, sudah datang lagi tugas baru. Dari guru baru.
Lelah siswa tak sebanding dengan lelahnya guru. Variasi apa pun yang dilakukan dalam pembelajaran tak akan banyak membantu. Mulai dari metode eksplorasi, inkuiri, hingga metode mengajar lainnya malah dianggap musuh bebuyutan bagi siswa. Mau menggunakan pembelajaran berbasis masalah, penemuan, pencarian, hingga latihan berstruktur tak akan mengedapankan materi pelajaran kepada siswa.
Setelah itu pulang ke rumah, pukul 16.00 keluar kelas. Pukul 18.00 kira-kira sampai ke rumah. Habis isya tidur. Tak sempat bersosialisasi dengan orang rumah. Katanya sosialisasi dengan guru dan teman akan meningkatkan karakter. Karakter dari mana?
Sesama teman asyik rundung merundung, guru asyik dengan materi. Kapan sempat berpikir soal karakter yang dikembangkan di sekolah?
Berbeda halnya jika sosialisasi dengan kakak atau adik, ada rasa cinta sebagai saudara. Meskipun kadang bertengkar tetap saja ada ibu bapak di rumah yang akan memberikan nasihat secara kekeluargaan. Nah, di sini karakter dibangun. Berdasarkan cinta dan kasih sayang.
Lalu apa yang seharusnya dilakukan? Bukti nyata membuktikan bahwa dengan full day school yang telah dimulai beberapa tahun lalu di berbagai sekolah di sebagian kawasan di Indonesia tak menunjukkan prestasi terbaik ketika ujian nasional digelar. Juga karakter siswa malah kian beringas.
Ketika berpapasan dengan guru, malah guru dianggap sebagai musuh yang siap dengan tugas dan pekerjaan yang harus selesai hari itu juga. Akibat tidak diizinkannya PR tugas siswa.
Stress siswa diluapkan di sekolah. Kepada siapa lagi, selain guru dan teman-temannya.
Jadi, sarannya semoga tentang full day school dikaji ulang. Kasihan siswa kita yang malang. Tak kuasa berontak, akhirnya diam. Namun dendam membara. Dan akan meledak dalam bentuk aktifitas yang tak terduga.
Semoga tulisan sederhana ini mampu menjadi inspirasi bagi pemandu kepentingan. Pendidikan bukan mengubah robot dengan program-program seperti komputer.
Siswa adalah manusia, punya lelah, jengah dan bosan yang tak terkira. Dan perlu disadari. Mereka adalah generasi bangsa yang akan mengganti kita semua yang sudah tua.
Sampai jumpa di tread ane berikutnya. Terimakasih
Diubah oleh kelayan00 15-08-2019 11:26






fanniajah dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.3K
40


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan