- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Bahayanya Poros Beijing-Jakarta


TS
lawjusticenews
Bahayanya Poros Beijing-Jakarta

Poros Beijing-Jakarta saat ini sudah terbentuk, bagaimana pun pembelaannnya.
Setiap saat akan ada pemimpin Indonesia yang pasang badan melestarikan Poros Beijing-Jakarta demi syahwat kekuasaan dan kekayaan. Poros ini akan terpelihara terus sepanjang zaman, bahkan saat, bila ternyata benar, Indonesia sudah menjadi bagian integral dari Republik Rakyat China.
Baca juga : Mudahkan Warga Jakarta, Anies Luncurkan Aplikasi e-Uji Emisi
Mengapa demikian?
Poros ini dibentuk bukan karena alasan sederhana. Alasan terpenting China adalah penduduk yang populasinya luar biasa dengan sumber daya alam yang terbatas. Meskipun China, sebelum abad 21 tidak memiliki sejarah sebagai bangsa yang enspansionis (kecuali di era Dinasty Mongol), di abad ini mereka justru menjadi negara paling ekspansif di dunia.
Baca juga : Karena Berwajah Nenek-nenek, Gadis 10 Tahun Ingin Operasi Plastik
Beberapa negara yang sudah masuk dalam dominasi China melalui jebakan hutang adalah Bangladesh, Sri Lanka, Pakistan, Montenegro, Maldivest, Djibouti, Tibet, Nepal, Kamboja, Laos, Turkistan, Zimbabwe, Somalia, Uighur, Papua Nugini dan Timor Timur. Kini beberapa negara Asia sedang menjadi incaran China seperti Malaysia, Myanmar, Thailand, Philipina, Vuetnam, Indonesia dan beberapa negara Afrika di antaranya Afrika Selatan.
Persoalan Besar Bangsa Indonesia
Baca juga : Ini Dia 3 Pelajaran Bisnis dari Kasus Net TV
Persoalan kronis bangsa ini adalah kebodohan dan keluguan etnis yang dibarengi dengan kemalasan berpikir. Suku-suku yang berada di Indonesia didominasi oleh etnis Melayu yang dalam perspektif lama terbagi dua antara Melayu Proto dan Melayu Deutro. Yang dimasukkan ke dalam Melayu Proto (Melayu Tua) atau Melayu Gelombang Pertama yang masuk ke Indonesia adalah Melayu Toraja (Sulawesi Selatan), Sasak (Lombok), Dayak (Kalimantan), Batak (Sumatra Utara), Nias (Pantai Barat Sumatra Utara), Gayo (Aceh), Rejang dan Melayu Badui. Sedangkan, yang digolongkan sebagai Melayu Deutro (Melayu Muda) adalah Aceh, Minangkabau, Jawa, Sunda, Melayu, Betawi, Manado, Bali dan Madura.
Pada umumnya mereka adalah suku-suku yang taat kepada penguasa. Hidup mereka sepenuhnya (sebagian terbesar) bergantung kepada tanah atau laut tempat mereka berpijak. Artinya mereka bergantung sepenuhnya kepada penguasa yang menguasai tanah dan laut tersebut.
Oleh sebab itu, rakyat dari etnis ini adalah rakyat yang taat membayar pajak bahkan sebesar apa pun. Hampir tidak ada jejak sejarah yang mencatat timbulnya pemberontakan dari rakyat jelata yang terhimpit atau yang dipimpin oleh rakyat jelata, betapapun menderitanya mereka. Mungkin yang menyimpang adalah legenda Joko Tingkir dan Ken Arok.
VOC ataupun Belanda ataupun Inggris sangat mengerti hal ini, sehingga menurut mereka, cukup dengan menguasai pusat-pusat pemerintahan di Nusantara, mereka akan dapat menguasai rakyatnya. Itulah yang telah mereka lakukan, dan sukses! Sementara penguasa-penguasa di Nusantara hampir tak ada yang peduli dengan nasib rakyatnya. Mereka lebih sibuk dengan dirinya sendiri, yang bekerja keras untuk martabat diri dan keluarga, meski dengan cara-cara menyimpang seperti menerima sogokan dan upeti tanpa ada rasa malu sedikit pun.
Pahami tulisan Raffles dalam bukunya "Histori of Java" di bawah ini:
"His observations were, however, not lacking criticism where such was warranted. Those of higher rank, those employed about court or administering to the pleasure or luxuries of the great, those collected into the capital or engaged in public service, are frequently profligate and corrupt, exhibiting many of the vices of civilisation without its refinement, and the ignorance and deficiencies of a rude state without its simplicity. The people in the neighbourhood of Batavia are the worst in the island, and the long intercourse with strangers has been almost equally fatal to the morals of the lower part of Bantam. He clearly blames the foreign influences for this behaviour. …but the farther they are removed from European influence and foreign intercourse, the better are the morals and the happier are the people.(The History of Java, p. 247/248)
Lanjut Ke Artikel Bahayanya Poros Beijing-Jakarta
0
1.3K
12


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan