yohanaekkyAvatar border
TS
yohanaekky
SALAH atau BENAR?
Hai.

Ijinkan aku sedikit bercerita tentang apa yang pernah aku alami.

Anyways, ini bukan cerita cinta. Maaf. Ada kalanya cerita cinta itu memaniskan kehidupan, tapi ada kalanya itu justru memahitkan. Ups, aku harus berhenti sebelum keterusan.

Dalam bidang psikologi, aku dikategorikan ke dalam sisi kepribadian sang introvert. Duduk tenang, mendengarkan musik dan menulis adalah sesuatu yang sangat menyenangkan bagiku. Bahkan mungkin saja aku akan lupa waktu, menghabiskan seharian hanya untuk melakukan hal-hal itu dalam waktu yang sama. Pantatku mungkin bisa jadi sangat tebal karena terlalu lama duduk.

Namun, sesuatu yang dinamakan kesendirian ini tidak dapat berlangsung terus menerus seperti yang aku mau. Hidup ini bukan mengenai diriku sendiri. Ada banyak orang di sekelilingku dengan siapa aku harus berkomunikasi. Kata papa dan mamaku, menjalin pertemanan sebanyak mungkin selagi masih muda adalah sesuatu yang sangat bagus.

Meski pada awalnya aku merasa ragu, pada akhirnya aku menyetujui apa yang mereka ucapkan. Aku mulai membuka diri, mulai dari orang-orang terdekatku lalu mereka yang memiliki hobi yang sama denganku. Tidak mudah untuk melakukannya. Bahkan seringkali aku diperalat dan dipermainkan mereka karena kebaikanku. Sepertinya aku terlalu polos.

Hari demi hari, waktu demi waktu, aku terus belajar untuk bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lebih banyak orang. Tentu saja aku belajar dari kesalahan-kesalahanku yang lama. Semakin lama, aku semakin mahir melakukannya. Aku memiliki banyak teman yang hampir semuanya mengagumiku dengan talenta yang kumiliki dalam bermusik dan menulis. Ketenangan bawaanku bahkan membuatku tampak lebih berkarisma.

Banyak dari antara mereka mengungkapkan bahwa aku adalah seorang teman yang sangat baik. Teman yang bersedia untuk mendengarkan setiap curhatan hati mereka, teman yang mampu memberikan solusi dari permasalahan mereka. Bahkan rasanya menggelikan melihat banyak temanku datang dengan masalah percintaan mereka di saat aku sendiri belum mengecap apa yang disebut dengan cinta. Dari beberapa tulisan yang aku baca, hal seperti ini juga tampaknya terjadi pada sekian banyak orang di dunia juga. Mungkin jika ada perkumpulannya, aku akan bergabung.

Sekali lagi, kukatakan bahwa aku adalah orang yang terlalu polos. Atau terlalu baik. Entahlah.

Seseorang yang dulu pernah berbuat buruk padaku dan menuduhku untuk sesuatu yang tidak kulakukan, suatu kali muncul kembali melalui akun Instagram. Awalnya ia memberi tanda hati pada banyak postinganku saja, sampai di hari dimana ia mengirimiku direct message. Ia berbasa-basi di awal, bertanya banyak hal dan bahkan mengucapkan permintaan maafnya padaku atas perbuatannya dulu. Kami mengobrol sampai beberapa waktu.

Namun, aku tidak tahu bahwa waktu ini akan datang. Sesuatu yang merupakan kelemahanku adalah sulit untuk berkata 'tidak' jika berhubungan dengan menolong orang lain. Malam itu ia bercerita padaku mengenai kesulitannya dalam hal ekonomi. Keluarganya mendapat masalah, orang tuanya juga masuk ke rumah sakit. Seperti yang sudah kutebak, ia meminjam uang padaku.

Sejumlah uang ia sebutkan, yang mana menurutku bukan nilai yang kecil untuk seorang pemula dalam dunia kerja sepertiku. Namun setelah menimbang-nimbang antara kondisinya yang mendesak, permintaan maaf dan keramahannya padaku selama beberapa waktu ini, serta hatiku yang selalu suka menolong orang lain, pada akhirnya aku meminjaminya uang tersebut sambil menyampaikan harapan agar orang tuanya cepat sembuh. Ia juga berjanji akan mengembalikannya bulan depan saat suaminya mendapat gaji.

Waktu berlalu dan aku hampir lupa aku telah meminjaminya uang sampai aku melihat akunnya kembali di Instagram. Postingannya menampakan bahwa ia baik-baik saja dan tidak sedang merasa sedih. Sisi terangku mengatakan bahwa ia mungkin bahagia bahwa orang tuanya sudah sembuh. Sementara itu, sisi gelapku mengatakan bahwa uang yang kupinjami itu sudah disalahgunakan.

Aku bukan tipe orang yang bisa langsung tembak, mengutarakan apa yang ada di hatiku. Namun meski sungkan, aku memberanikan diri untuk bertanya padanya kapan ia mengembalikan uangku yang saat itu memang aku perlukan. Ia beralasan ini dan itu, mengulur-ulur waktu dan akhirnya memakan satu bulan untuk mengembalikan setengah dari uangku. Merasa kasihan, kubiarkan dia mendapatkan waktu lebih untuk mengembalikan sisanya saat ia menyebutkan satu waktu tertentu sebagai tenggat waktu.

Tenggat waktu tiba tetapi ia tidak kunjung mengembalikan uangku. Kali ini aku memberanikan diri lebih lagi dari sebelumnya dengan bertanya padanya mengenai uangku. Sekali lagi ia beralasan ini dan itu, mengatakan belum memiliki uang dan ditipu oleh orang. Mungkin jika aku membukukannya, ia bisa mendapatkan rekor MURI karena menjadi seseorang yang memiliki seribu alasan untuk menghindar.

Tak sanggup untuk bersikap seolah rentenir tak berprikemanusiaan, aku pun berhenti. Aku merelakan uang itu hilang. Sampai sekarang tidak ada itikad baik darinya untuk mengembalikan uangku sama sekali meski ia tetap menggungah banyak postingan di sosial media.

Sungguh miris sekali.

Kejadian itu membuatku trauma memiliki teman yang ujung-ujungnya hanya meminjam uang. Aku tidak ingin mendapatkan teman seperti itu lagi. Aku takut menyakiti dan aku takut disakiti. Memangnya menagih uang itu adalah sesuatu yang menyenangkan? Aku rasa para rentenir itu pun merasakan apa yang kurasakan. Hanya saja mereka tak punya pilihan.

Suatu hari di tahun mendatang, ada seseorang yang baru kukenal. Kami menjadi teman baik. Semua juga terasa baik-baik saja. Sampai akhirnya ia berkata bahwa ia mengalami kesulitan dalam perekonomian dan meminjam sejumlah uang padaku.

Aku ingat sekali saat itu tanganku mengepal dan geram jadinya hatiku. Ia menyebutkan sejumlah uang yang cukup untuk jajan seminggu dan berjanji mengembalikan setelah ia mendapatkan gaji bulan depan. Senyuman sinis kuperlihatkan, hanya saja ia tak dapat melihatnya karena kami berkomunikasi melalui ponsel.

Dalam hatiku aku berjanji bahwa aku tidak akan meminjamkan uang lagi pada orang ini atau siapapun, jika yang satu ini pun tidak dikembalikan. Dengan resiko kehilangan uang, dan tidak berharap akan kembali, kupinjamkan uang itu padanya.

Tada! Surprise (but not surprised)! Terjadilah hal yang sama seperti sebelumnya. Kali ini, ada sejuta alasan yang diberikan olehnya. Bahkan, ada kegemaran unik yang dimilikinya, yaitu berjanji tanpa menepati. Hebat! Ia pun bisa mendapatkan rekor MURI. Sungguh aku dibuat terkagum-kagum olehnya.

Aku berusaha menjadi teman yang baik, tetapi kebaikanku sepertinya disalahgunakan. Dua kali. Oleh orang yang berbeda.

Ada yang salah denganku? Atau aku melakukan tindakan yang benar dan mereka yang salah?

Salahkah aku jika suatu kali nanti ada teman yang datang padaku untuk meminjam uang dan aku berkata 'tidak' padanya?

Sungguh, aku tak tahu harus berbuat apa. Kalian tahu?

~ [ Agustus 12, 2019 ]
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
361
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan