- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Harmoni Kehidupan di Alam Pedesaan Indonesia


TS
Aboeyy
Harmoni Kehidupan di Alam Pedesaan Indonesia

Setiap orang tentu bangga dengan tanah air dan negaranya, terkhusus dengan daerah asal kelahirannya, sebagaimana seorang anak yang umumnya bangga dan sayang kepada ibu yang telah melahirkannya.
Ya, tanah kelahiran, meski itu hanya sebuah desa kecil yang terpencil, yang jauh dari sentuhan teknologi modern, tetap saja memiliki berbagai kelebihan yang bikin warganya bangga menjadi bagian dari penduduk desa tersebut.
Kata pepatah, “hujan emas di negeri orang, masih lebih enak hujan batu di negeri sendiri”.
Tentunya pepatah tersebut bukan basa basi, tapi dibuat berdasarkan fakta dan pengalaman yang telah teruji. Dan saya sendiri, sebagai anak desa sudah merasakan kebenarannya, sehingga saya selalu bangga menjadi anak yang lahir dan besar di alam pedesaan Indonesia.
Jika kalian tanya mengapa, maka inilah jawaban saya:
1. Sayur Mayur Tak Perlu Beli

Mungut durian jatuh di kebun tetangga.

Kalau hanya urusan bertahan hidup, yakni asal dapat makan dan minum, tinggal di pedesaan Indonesia sebagai pengangguran (tak punya penghasilan tetap) pun rasanya seseorang takkan mati kelaparan.
Tuh urusan sayur dan lauk pauk bisa dicari sendiri. Di sawah banyak tumbuh berbagai sayuran yang bisa dimakan, seperti kangkung, teratai, dan sebagainya. Begitu juga di hutan, banyak jenis tanaman yang bisa dijadikan sayuran. Urusan padi bisa ditanam sendiri, dan kalau tak punya lahan, bisa berkongsi menggarap lahan tetangga dengan sistem bagi hasil.
Untuk bahan makanan lainnya, masih bisa tanam singkong, ubi, jagung dan sebagainya di belakang rumah, atau di sawah setelah musim panen padi.
Untuk lauk pauk, seperti ikan bisa ditangkap sendiri di sawah, sungai dan rawa, dengan pancing, jala, dsb.
2. Tolong Menolong Masih Membumi

Mulai gotroy bikin tenda
Jika mau melaksanakan selamatan, seperti perkimpoian, tak perlu mengeluarkan biaya untuk sewa tenda, tenaga kebersihan, dekorasi rumah, dan sebagainya. Warga desa otomatis akan berdatangan untuk membantu menjelang dan pada hari H untuk membantu. Mulai dari membikin tenda dari terpal, bikin meja makan dan hidangan, membantu cuci piring, dekorasi rumah, bersih-bersih rumah setelah acara, dan sebagainya.
Di samping itu, mereka juga akan menyumbang beras, uang, rempah-rempah, meminjamkan alat-alat dan sebagainya.
Pendek kata, tuan rumah hanya memberitahu warga dan mengatur teknisnya, lalu semuanya dikerjakan dibantu oleh warga desa. Paling-paling tuan rumah hanya menyediakan rokok dan minuman selama mereka bergotong royong melakukan semua itu.
Begitu juga jika ada warga yang meninggal dunia. Tapi semua itu berlaku hanya jika menjadi warga desa yang baik dan juga aktif menolong warga lainnya. Jika tidak, mereka juga enggan menolongnya, kecuali dengan sistem upah.
3. Saling Tukar Kue

Tukaran doa dulu di kuburan sebelum tukaran kue.

Hal ini khususnya terjadi pada lebaran Idul Fitri, dan terkhusus di kampung Ane. Setiap warga memberikan kue yang bermacam-macam kepada para tetangga, kemudian mereka juga memberikan kue yang lain sebagai imbalan (tukarannya).
Kadang kue pemberian itu diberikan lagi kepada tetangga yang lain, dengan harapan dapat tukaran kue yang lain lagi jenisnya.

Tukaran kue biasanya setelah warga ziarah kubur.
4. Alamnya Masih Terlihat Asri

Kondisi alamnya yang masih dikelilingi sungai-sungai, hutan, sawah dan rawa, terasa sejuk dan indah dipandang mata. Apalagi menjelang musim panen, terlihat sawah-sawah menguning bak hamparan emas di permukaan bumi.
***
Kiranya itulah beberapa alasan saya bangga jadi anak desa di Indonesia.(*)
Diubah oleh Aboeyy 07-08-2019 19:58




mainida dan adestiey memberi reputasi
2
490
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan