- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Cinta Terpendam Si Gadis Pramuka


TS
raffaonyou
Cinta Terpendam Si Gadis Pramuka

Quote:
Panas terik matahari hari ini mengiringi perpisahanku disini, di mana di tempat ini adalah tempatku menimba ilmu. Tempatku mempelajari bagaimana kerja lapangan sebenarnya, namaku Raisa Yekti Aditya aku salah seorang pelajar di salah satu SMK swasta yang ada di Sidoarjo, saat ini aku belajar banyak tentang apa itu kerja dan langsung mempraktekkannya di lapangan, aku siswi biasa yang bisa beruntung masuk pada kelas kimia yang pada dasarnya itu jurusan favorit di sekolahku, hahaha.. Mungkin hanya keberuntungan memihakku.
Tangal 16 juni 2019, dengan berat hati aku harus meninggalkan tempat di mana aku mengenal apa itu kebersamaan, usaha, dan belajar menjadi seseorang yang tak pernah bergantung pada orang lain. Di sini aku mengasah ketajaman tentang ilmu, kimia yang belum aku pahami di sekolah, dan hari ini juga aku harus kembali ke rumah karena aku punya tanggung jawab tentang masalah kegiatan besar di sekolah yaitu “pramuka”.
Aku salah satu siswi yang banyak dikenal di sekolah, dari kalangan guru, siswa sampai tukang parkir sekali pun. Aku banyak dikenal bukan karena aku menjadi murid berprestasi karena kepandaiannya atau ke-jeniusannya. Bisa dibilang aku bukan siswi cerdas di sekolah aku hanya murid biasa yang selalu bikin ulah, namun di sisi lain aku bangga menjadi diriku sendiri. Oh ya aku salah satu siswi yang mengikuti kegiatan kepramukaan. Dari sini.. ya dari Pramuka aku diajarkan bagaimana menjadi pemimpin, menjadi manusia yang berguna manusia yang memiliki jiwa sosial menjadi manusia yang mengerti apa itu toleransi agama. Di Pramuka ini aku berkembang menjadi lebih dewasa, manusia yang bermoral dan aku menjadi “PATRIOT BANGSA”.
Iya ini adalah kegiatan pramuka dan aku salah satu panitia di sini. Sampai di sana aku ikut bergabung pada barisan deret panitia Bantara lainnya yang memang ditugaskan untuk Full-Power di kegiatan ini, saat pembagian tugas kembali lagi aku ditugaskan menjadi “KETAM,” yaa KETUA KEAMANAN yang sudah aku jabat kali ini sudah yang kedua kalinya, sekarang dan tahun kemarin.
Saat regu keamanan sudah mulai berjaga di sana aku mulai mengumpulkan rekan, sesama panitia keamanan dan yang paling tepat mereka adalah adik kelasku. Saat kegiatan jelajah malam dimulai barisan sangga per sangga meninggalkan lapangan hingga tak ada salah satu pun peserta yang masih di sana, dan inilah awal tugasku dimulai. Saat para “PUTKO,” lari menemui sebuah panggilan yang membutuhkan pertolongan aku dipanggil oleh ibu guru yang ada di posko untuk menjadi penjaga posko dan akhirnya aku memegang 2 tanggung jawab, mungkin ini melelahkan dan menguras tenaga karena aku harus berjuang melawan kantukku.
Paginya pergantian kloter yang tandanya kita harus melepaskan kepulangan peserta kelas 11 dan menerima kehangatan pada peserta kelas 10, hari kedua bersama ratusan peserta kelas 10 mereka sedang mengadakan kegiatan “baksos,” Tia memulai obrolan yang buat aku lepas konsen
“Mbak.. aku mintak pinmu,” Tia membuka obrolan.
“Buat opo dek?” tanyaku,
“Gak buat apa-apa sih,” setiap aku tanya Tia selalu mengelak, hingga pada ahirnnya Tia bicara. “Temenku sekelas mbak, namanya Diaz dia minta pin pean katae suka pean,”
“haahaha.. gak jelas pean iku bukan aku mungkin,” elakku.
“Loh iya mbak katae seng sama aku terus, yang pakai kaca mata iku loh, halah mbak gak apa-apa cocok kok dia juga pake kaca mata,” terang Tia panjang lebar.
Akirrnya malam saat para keamanan berkumpul aku mulai bertanya tentang siapa itu Diaz, ke Riska “Dek temen kelasmu yang pake kaca mata iku siapa saja?” tanyaku.
“Banyak Mbak. Riko, Diaz,” terang Riska.
“Seng mana sih dek anaknya aku pengen ngerti,” penyakit kepoku mulai menyerang aku terus menjejali Riska ribuan pertanyaan.
“Cie Mbak Raisa nyari Diaz suka ya,” sahut Nitha yang ada di sebelah Riska.
“Hee nggak he cuman pengen tahu ae,” elakku lagi.
“Diaz iku pake kacamata Mbak kece kok anaknya dari pada Riko,” sela Emah.
Saat itu aku juga ngelihatin salah satu cowok di barisan yang pake kaca mata aku tertarik sama dia dari pertama dia dateng aku diam, selalu memperhatikannya tapi aku gak tahu dia itu siapa yang jelas aku suka dia.
Malam saat api unggun dimulai. Pensi antar kelas satu per satu perwakilan mulai menaiki panggung aku berada tepat di sebelah panggung yang berdekatan dengan posko kesehatan, di sana aku melihat Tia ngobrol sama temen cowoknya gak tahu siapa yang jelas aku what everlah hehe. Saat aku menikmati alunan lagu solo yang dinyanyikan oleh salah satu perwakilan kelas aku terhentak karena ada yang memegang pundakku, saat aku menoleh ternyata Diaz.
“Eh maaf Mbak tak kira temenku,” dia minta maaf berulang, karena dia menunggu jawaban dariku.
“Eh eh i-iya gak apa-apa kok,” aku menjawab dengan rasa yang aneh di dadaku, ku kira hanya mimpi.
“Mbak, Mbak maaf ya,” dia lagi, membubarkan lamunanku.
“Eh iya gak apa-apa,” lalu aku memalingkan wajahku lagi kedepan panggung untuk menutupi raut kegembiraan yang menerpaku.
Api unggun berlangsung, pentas seni berjalan dengan lancar aku masih terbawa pada angan, yang masih aku pikirkan sejak tadi. Mungkin aku memang tertarik padannya.
“Mbak itu tadi yang nepuk pundak pean iku Diaz Mbak,” Tia mengusik lamunanku dan berhasil membuatkku terkejut.
“Oh itu Diaz,” sejak kejadian itu aku selalu memperhatikannya. Saat larut malam satu per satu peserta masuk pada tenda masing, melelapkan diri dan berjalan menuju dunia mimpi untuk mengistirahatkan pikiran mereka dan menyimpan energi untuk kegiatan esok.
Paginya ku hembuskan napas dingin pegunungan dan mataku mulai tertuju pada salah satu sosok yang memakai sweater dan kupluk yang membuatku tertarik dan kaca mata yang menjadi ciri khasnya iya dia Diaz. Cowok hitam manis yang sudah merebut perhatianku padanya kegiatan pagi aku mereka berjalan ke arah air terjun aku berangkat akhir karena masih ada tugas mengamankan tenda mereka.
Siang hari ada quis request lagu sama salam, aku tertarik dengan quis itu akhirnya aku request lagu “SEBATAS PATOK TENDA,” salamku cukup simple kok. “Buat anak TeGeBe salam dari pengagum dalam diammu dari anak TeKaA,” Mungkin itu langkah terakhir aku tertarik pada Diaz karena aku tau mungkin kedekatan ini hanya pada SEBATAS PATOK TENDA dan akan berakhir dengan alunan sapaan SAYONARA CINTA. Dan sampai saat ini 7 Agustus 2019 aku masih mengagumimu dalam diam.
Tangal 16 juni 2019, dengan berat hati aku harus meninggalkan tempat di mana aku mengenal apa itu kebersamaan, usaha, dan belajar menjadi seseorang yang tak pernah bergantung pada orang lain. Di sini aku mengasah ketajaman tentang ilmu, kimia yang belum aku pahami di sekolah, dan hari ini juga aku harus kembali ke rumah karena aku punya tanggung jawab tentang masalah kegiatan besar di sekolah yaitu “pramuka”.
Aku salah satu siswi yang banyak dikenal di sekolah, dari kalangan guru, siswa sampai tukang parkir sekali pun. Aku banyak dikenal bukan karena aku menjadi murid berprestasi karena kepandaiannya atau ke-jeniusannya. Bisa dibilang aku bukan siswi cerdas di sekolah aku hanya murid biasa yang selalu bikin ulah, namun di sisi lain aku bangga menjadi diriku sendiri. Oh ya aku salah satu siswi yang mengikuti kegiatan kepramukaan. Dari sini.. ya dari Pramuka aku diajarkan bagaimana menjadi pemimpin, menjadi manusia yang berguna manusia yang memiliki jiwa sosial menjadi manusia yang mengerti apa itu toleransi agama. Di Pramuka ini aku berkembang menjadi lebih dewasa, manusia yang bermoral dan aku menjadi “PATRIOT BANGSA”.
Iya ini adalah kegiatan pramuka dan aku salah satu panitia di sini. Sampai di sana aku ikut bergabung pada barisan deret panitia Bantara lainnya yang memang ditugaskan untuk Full-Power di kegiatan ini, saat pembagian tugas kembali lagi aku ditugaskan menjadi “KETAM,” yaa KETUA KEAMANAN yang sudah aku jabat kali ini sudah yang kedua kalinya, sekarang dan tahun kemarin.
Saat regu keamanan sudah mulai berjaga di sana aku mulai mengumpulkan rekan, sesama panitia keamanan dan yang paling tepat mereka adalah adik kelasku. Saat kegiatan jelajah malam dimulai barisan sangga per sangga meninggalkan lapangan hingga tak ada salah satu pun peserta yang masih di sana, dan inilah awal tugasku dimulai. Saat para “PUTKO,” lari menemui sebuah panggilan yang membutuhkan pertolongan aku dipanggil oleh ibu guru yang ada di posko untuk menjadi penjaga posko dan akhirnya aku memegang 2 tanggung jawab, mungkin ini melelahkan dan menguras tenaga karena aku harus berjuang melawan kantukku.
Paginya pergantian kloter yang tandanya kita harus melepaskan kepulangan peserta kelas 11 dan menerima kehangatan pada peserta kelas 10, hari kedua bersama ratusan peserta kelas 10 mereka sedang mengadakan kegiatan “baksos,” Tia memulai obrolan yang buat aku lepas konsen
“Mbak.. aku mintak pinmu,” Tia membuka obrolan.
“Buat opo dek?” tanyaku,
“Gak buat apa-apa sih,” setiap aku tanya Tia selalu mengelak, hingga pada ahirnnya Tia bicara. “Temenku sekelas mbak, namanya Diaz dia minta pin pean katae suka pean,”
“haahaha.. gak jelas pean iku bukan aku mungkin,” elakku.
“Loh iya mbak katae seng sama aku terus, yang pakai kaca mata iku loh, halah mbak gak apa-apa cocok kok dia juga pake kaca mata,” terang Tia panjang lebar.
Akirrnya malam saat para keamanan berkumpul aku mulai bertanya tentang siapa itu Diaz, ke Riska “Dek temen kelasmu yang pake kaca mata iku siapa saja?” tanyaku.
“Banyak Mbak. Riko, Diaz,” terang Riska.
“Seng mana sih dek anaknya aku pengen ngerti,” penyakit kepoku mulai menyerang aku terus menjejali Riska ribuan pertanyaan.
“Cie Mbak Raisa nyari Diaz suka ya,” sahut Nitha yang ada di sebelah Riska.
“Hee nggak he cuman pengen tahu ae,” elakku lagi.
“Diaz iku pake kacamata Mbak kece kok anaknya dari pada Riko,” sela Emah.
Saat itu aku juga ngelihatin salah satu cowok di barisan yang pake kaca mata aku tertarik sama dia dari pertama dia dateng aku diam, selalu memperhatikannya tapi aku gak tahu dia itu siapa yang jelas aku suka dia.
Malam saat api unggun dimulai. Pensi antar kelas satu per satu perwakilan mulai menaiki panggung aku berada tepat di sebelah panggung yang berdekatan dengan posko kesehatan, di sana aku melihat Tia ngobrol sama temen cowoknya gak tahu siapa yang jelas aku what everlah hehe. Saat aku menikmati alunan lagu solo yang dinyanyikan oleh salah satu perwakilan kelas aku terhentak karena ada yang memegang pundakku, saat aku menoleh ternyata Diaz.
“Eh maaf Mbak tak kira temenku,” dia minta maaf berulang, karena dia menunggu jawaban dariku.
“Eh eh i-iya gak apa-apa kok,” aku menjawab dengan rasa yang aneh di dadaku, ku kira hanya mimpi.
“Mbak, Mbak maaf ya,” dia lagi, membubarkan lamunanku.
“Eh iya gak apa-apa,” lalu aku memalingkan wajahku lagi kedepan panggung untuk menutupi raut kegembiraan yang menerpaku.
Api unggun berlangsung, pentas seni berjalan dengan lancar aku masih terbawa pada angan, yang masih aku pikirkan sejak tadi. Mungkin aku memang tertarik padannya.
“Mbak itu tadi yang nepuk pundak pean iku Diaz Mbak,” Tia mengusik lamunanku dan berhasil membuatkku terkejut.
“Oh itu Diaz,” sejak kejadian itu aku selalu memperhatikannya. Saat larut malam satu per satu peserta masuk pada tenda masing, melelapkan diri dan berjalan menuju dunia mimpi untuk mengistirahatkan pikiran mereka dan menyimpan energi untuk kegiatan esok.
Paginya ku hembuskan napas dingin pegunungan dan mataku mulai tertuju pada salah satu sosok yang memakai sweater dan kupluk yang membuatku tertarik dan kaca mata yang menjadi ciri khasnya iya dia Diaz. Cowok hitam manis yang sudah merebut perhatianku padanya kegiatan pagi aku mereka berjalan ke arah air terjun aku berangkat akhir karena masih ada tugas mengamankan tenda mereka.
Siang hari ada quis request lagu sama salam, aku tertarik dengan quis itu akhirnya aku request lagu “SEBATAS PATOK TENDA,” salamku cukup simple kok. “Buat anak TeGeBe salam dari pengagum dalam diammu dari anak TeKaA,” Mungkin itu langkah terakhir aku tertarik pada Diaz karena aku tau mungkin kedekatan ini hanya pada SEBATAS PATOK TENDA dan akan berakhir dengan alunan sapaan SAYONARA CINTA. Dan sampai saat ini 7 Agustus 2019 aku masih mengagumimu dalam diam.
NB: Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
:terimakasih


anasabila memberi reputasi
1
446
Kutip
1
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan