- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Persami Penuh Misteri


TS
benzia
Persami Penuh Misteri
Quote:
Quote:
Quote:
“Ga… Mega ayo bangun nak…!” teriak ibu membangunkanku yang masih tertidur lelap.
“Iya bu, sebentar aku masih ngantuk nih,” keluhku dari dalam kamar.
“Pagi ini kamu kan mau kemah, ayo cepat bangun, mandi, sarapan” Sahut ibu sambil berjalan keluar kamarku karena akan menyiapkan sarapan.
“Iya aku bangun.” Jawabku pelan sambil melihat jam di handphone. Aku segera mandi dan langsung turun untuk sarapan. Setelah sarapan, aku meriksa kembali barang bawaan yang telah disiapkan di malam hari sebelumnya. Lalu aku berpamitan kepada kedua orang tuaku, untuk pergi.
O iya perkenalkan namaku Dewi Mega, saat ini aku aku masih kelas 1 di salah satu SMA negeri yang ada di Kota Kediri. Karena ini bulan Agustus, banyak sekali kegiatan di sekolah yang harus ikuti, salah satunya Persami (Perkemahan Sabtu Malam Minggu) antar SMA. Kebetulan sekolahku mengirimkanku untuk mewakili persami.

Waktu memang baru menunjukkan pukul 06.00 WIB, tapi aku harus berangkat agar tidak ditinggalkan rombongan. Hari ini aku akan kemping bersama teman-teman satu regu di bumi perkemahan Sepawon yang letaknya di lereng Gunung Kelud. Rencananya kegiatan ini akan berlangsung selama 2 hari 1 malam. Tepat pukul 08.00, kami sudah sampai di sana. Kami langsung mendirikan 2 tenda, 1 tenda putra, 1 tenda putri, 1 tenda berisi 8 orang yang terdiri dari 1 pembina (guru) dan 7 siswa. Sesudah semua tenda peserta berdiri, ada apel yang dipimpin Bapak Ketua Kwartir Cabang (Kwarcab) Kediri. Dalam pidatonya, Bapak Kwarcab menjelaskan bahwa tujuan diadakannya persami disini adalah untuk melatih kemandirian siswa dan mempererat hubungan gugus depan antar SMA sekaligus bisa lebih dekat dengan alam.

Hari pertama ini kami fokus untuk membersihkan daerah sekitar, beres-beres tenda dan mengumpulkan kayu untuk api unggun malam ini.
“Mega, Kristy, Visi, Weni, ayo bantu saya mencari kayu bakar.” Seru Bu Sri pada kami.
Saat semua sedang asyik mencari kayu bakar di dekat kebun kopi, tiba-tiba ada suara yang memanggil,
“Mega… Mega…” sebuah suara memanggil dari kejauhan.
“Siapa ya?” kataku saat menoleh kebelakang.
Tampak anak perempuan kira-kira berumur 8 tahun yang memanggil tadi, melambaikan tangan sambil tersenyum padaku. Aku menghampiri anak itu, tapi anak itu sudah menghilang di lebatnya pohon kopi. Tanda tanya besar masih membayangi ingatanku tentang siapa anak itu.

Selepas pukul 20.00, acara api unggun yang menemani malam kami, kami berbahagia sambil bernyanyi-nyanyi duduk mengelilingi api unggun dan menyaksikan pentas seni dari anggota pramuka sekolah lain, sungguh malam yang indah. Pukul 22.00 malam acara selesai, kami harus kembali ke tenda masing-masing untuk pergi ke pulau kapuk alias tidur.
1 jam berlalu, 2 jam berlalu, tapi aku masih gelisah tak bisa tidur, memikirkan siapa anak itu, karena kata Bu Sri di kegiatan persami ini hanya diikuti oleh SMA yang berarti tidak ada anak kecil yang ikut kemah di sini. Karena rasa penasaranku yang begitu besar, akupun susah sekali untuk bisa tidur sehingga aku keluar tenda dan duduk di dekat gapura bumi perkemahan. Saat sedang duduk termenung, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku, kulihat ke belakang, ternyata anak itu, anak yang tadi siang memanggilku.
“Nggak usah takut kak, aku cuma ingin kenalan sama kakak.” jelas anak itu padaku.
“Oooh iya, siapa namamu dik? Darimana kamu tau namaku? Kenapa malam-malam begini belum tidur?” tanyaku yang begitu penasaran.
“Namaku Angga, aku tau karena pernah ku dengar gurumu memanggil namamu kak, malam ini aku harus cari obat untuk ibuku karena sakitnya kambuh.” Jelas nya padaku.
“Oiya, dimana rumah mu?” tanyaku kembali.
“Sana di tengah hutan, kakak mau nggak jadi temanku? Karena selama ini gak ada yang mau berteman dengan aku.” Pinta Angga padaku.
“Tentu saja mau, bila kamu anak baik, tapi sudah dulu ya, aku harus balik ke tenda, besok kita ketemu lagi.” Aku pamit pada Angga.
Saat kembali ke tenda, aku langsung tertidur lelap. Keesokkan paginya, banyak aktivitas yang harus dilakukan oleh peserta persami. Pagi ini kami senam, mandi lalu sarapan. Sesudah sarapan kami ditugaskan masuk hutan di dekat kebun kopi untuk mencari jejak pramuka dan mengidentifikasi jenis tanaman obat yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit.

Di hutan banyak sekali tanaman dan semuanya hampir sama mirip dengan yang aku cari, “Tenang kak Mega, aku akan membantumu!”. Ternyata Angga yang barusan bicara, “Terima kasih ya, aku senang kalau kamu bisa bantu aku.” ucapku. Kami melanjutkan mencari daun obatnya lagi. Alhasil semua daun yang dibutuhkan sudah di dapat, aku dan teman-teman satu regu kembali ke pos pembina untuk melapor.
Di dalam tenda, aku menceritakan kejadian-kejadian ganjil yang aku alami sejak kemarin kepada Kristy. "Sudah lah Ga, kamu nggak usah berteman sama anak itu, mungkin dia bukan manusia." Kata Kristy dengan raut muka pucat.
Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00, kegiatan persami resmi ditutup oleh Bapak Ketua Kwarcab. Hari ini adalah hari terakhirku kemah di Sepawon, ini adalah kemah pertama diluar sekolah yang paling mengesankan bagiku. Sebelum pulang aku ingin bertemu dan pamit pada Angga. Kristy yang tahu niatanku berusaha melarang, karena Kristy tahu sebenarnya tempat ini adalah tempat yang angker, tapi walaupun Kristy sudah cerita semua ketakutannya, tetap saja aku tidak mau mengindahkan.
Aku pun mulai masuk ke kebun kopi yang ada di sebelah bumi perkemahan dan memanggil-manggil Angga,
“Angga…Angga… Kamu dimana?” seruku.
Tiba-tiba ada sosok anak kecil yang muncul dari rimbunnya kebun kopi.
“Ada apa kak? Kakak mau pulang ya? Kok kakak tega meninggalkan aku?” kata Angga dengan nada sedih.
“Iya Angga, kakak mau pamit, kemahnya sudah selesai. Aku senang kok bertemu dan kenal sama kamu, tapi aku harus pulang, aku janji kalau ada waktu aku akan mengunjungimu. Selamat tinggal Angga.” Jelasku.
Di perjalanan pulang, ku tanyakan semua tentang Bumi Perkemahan Sepawon dan kebenaran ucapan Kristy pada Bu Sri, tak lupa juga ku ceritakan tentang Angga pada Bu Sri.
“Sepawon (terutama kawasan hutannya) memang tempat yang cukup angker dan banyak mitos yang mengatakan banyak makhluk halus yang berkeliaran di sana. Kalau tentang anak laki-laki itu, saya kurang yakin, karena di tengah hutan tidak ada rumah, dan tidak ada sekolah setingkat SD yang kemah disana, jadi saya rasa dia bukan manusia seperti kita.” jelas Bu Sri.
“Berarti yang selama ini ngobrol dengan aku itu hantu ya?” tanyaku penasaran.
“Iya Mega maka itu kamu harus hati-hati, tapi kamu tidak usah takut dengan anak laki-laki itu, dia tidak akan mengganggumu sampai rumah.” Jelas Bu Sri
“Iya Bu, berarti selama ini aku sudah salah berteman, dan tidak percaya dengan kata-kata Kristy” kataku yang sedang merinding ketakutan.
Aku pun meminta maaf kepada Kristy, “Kris, maaf ya aku tadi sudah gak percaya sama kamu tentang Angga, sekarang aku takut, setelah mendengar cerita Bu Sri.”
“Nggak apa-apa kok, kamu gak usah takut, benar kata Bu Sri, anak itu nggak akan mengganggumu sampai rumah, yang penting kamu rajin beribadah dan berdoa“ jelas Kristy.
Sampai di rumah aku merasa masih takut, tapi aku ingat nasihat Kristy tadi, akhirnya aku berdoa supaya dijauhkan dari mahkluk-mahkluk tak kasat mata.
“Iya bu, sebentar aku masih ngantuk nih,” keluhku dari dalam kamar.
“Pagi ini kamu kan mau kemah, ayo cepat bangun, mandi, sarapan” Sahut ibu sambil berjalan keluar kamarku karena akan menyiapkan sarapan.
“Iya aku bangun.” Jawabku pelan sambil melihat jam di handphone. Aku segera mandi dan langsung turun untuk sarapan. Setelah sarapan, aku meriksa kembali barang bawaan yang telah disiapkan di malam hari sebelumnya. Lalu aku berpamitan kepada kedua orang tuaku, untuk pergi.
O iya perkenalkan namaku Dewi Mega, saat ini aku aku masih kelas 1 di salah satu SMA negeri yang ada di Kota Kediri. Karena ini bulan Agustus, banyak sekali kegiatan di sekolah yang harus ikuti, salah satunya Persami (Perkemahan Sabtu Malam Minggu) antar SMA. Kebetulan sekolahku mengirimkanku untuk mewakili persami.

Waktu memang baru menunjukkan pukul 06.00 WIB, tapi aku harus berangkat agar tidak ditinggalkan rombongan. Hari ini aku akan kemping bersama teman-teman satu regu di bumi perkemahan Sepawon yang letaknya di lereng Gunung Kelud. Rencananya kegiatan ini akan berlangsung selama 2 hari 1 malam. Tepat pukul 08.00, kami sudah sampai di sana. Kami langsung mendirikan 2 tenda, 1 tenda putra, 1 tenda putri, 1 tenda berisi 8 orang yang terdiri dari 1 pembina (guru) dan 7 siswa. Sesudah semua tenda peserta berdiri, ada apel yang dipimpin Bapak Ketua Kwartir Cabang (Kwarcab) Kediri. Dalam pidatonya, Bapak Kwarcab menjelaskan bahwa tujuan diadakannya persami disini adalah untuk melatih kemandirian siswa dan mempererat hubungan gugus depan antar SMA sekaligus bisa lebih dekat dengan alam.

Hari pertama ini kami fokus untuk membersihkan daerah sekitar, beres-beres tenda dan mengumpulkan kayu untuk api unggun malam ini.
“Mega, Kristy, Visi, Weni, ayo bantu saya mencari kayu bakar.” Seru Bu Sri pada kami.
Saat semua sedang asyik mencari kayu bakar di dekat kebun kopi, tiba-tiba ada suara yang memanggil,
“Mega… Mega…” sebuah suara memanggil dari kejauhan.
“Siapa ya?” kataku saat menoleh kebelakang.
Tampak anak perempuan kira-kira berumur 8 tahun yang memanggil tadi, melambaikan tangan sambil tersenyum padaku. Aku menghampiri anak itu, tapi anak itu sudah menghilang di lebatnya pohon kopi. Tanda tanya besar masih membayangi ingatanku tentang siapa anak itu.

Selepas pukul 20.00, acara api unggun yang menemani malam kami, kami berbahagia sambil bernyanyi-nyanyi duduk mengelilingi api unggun dan menyaksikan pentas seni dari anggota pramuka sekolah lain, sungguh malam yang indah. Pukul 22.00 malam acara selesai, kami harus kembali ke tenda masing-masing untuk pergi ke pulau kapuk alias tidur.
1 jam berlalu, 2 jam berlalu, tapi aku masih gelisah tak bisa tidur, memikirkan siapa anak itu, karena kata Bu Sri di kegiatan persami ini hanya diikuti oleh SMA yang berarti tidak ada anak kecil yang ikut kemah di sini. Karena rasa penasaranku yang begitu besar, akupun susah sekali untuk bisa tidur sehingga aku keluar tenda dan duduk di dekat gapura bumi perkemahan. Saat sedang duduk termenung, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku, kulihat ke belakang, ternyata anak itu, anak yang tadi siang memanggilku.
“Nggak usah takut kak, aku cuma ingin kenalan sama kakak.” jelas anak itu padaku.
“Oooh iya, siapa namamu dik? Darimana kamu tau namaku? Kenapa malam-malam begini belum tidur?” tanyaku yang begitu penasaran.
“Namaku Angga, aku tau karena pernah ku dengar gurumu memanggil namamu kak, malam ini aku harus cari obat untuk ibuku karena sakitnya kambuh.” Jelas nya padaku.
“Oiya, dimana rumah mu?” tanyaku kembali.
“Sana di tengah hutan, kakak mau nggak jadi temanku? Karena selama ini gak ada yang mau berteman dengan aku.” Pinta Angga padaku.
“Tentu saja mau, bila kamu anak baik, tapi sudah dulu ya, aku harus balik ke tenda, besok kita ketemu lagi.” Aku pamit pada Angga.
Saat kembali ke tenda, aku langsung tertidur lelap. Keesokkan paginya, banyak aktivitas yang harus dilakukan oleh peserta persami. Pagi ini kami senam, mandi lalu sarapan. Sesudah sarapan kami ditugaskan masuk hutan di dekat kebun kopi untuk mencari jejak pramuka dan mengidentifikasi jenis tanaman obat yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit.

Di hutan banyak sekali tanaman dan semuanya hampir sama mirip dengan yang aku cari, “Tenang kak Mega, aku akan membantumu!”. Ternyata Angga yang barusan bicara, “Terima kasih ya, aku senang kalau kamu bisa bantu aku.” ucapku. Kami melanjutkan mencari daun obatnya lagi. Alhasil semua daun yang dibutuhkan sudah di dapat, aku dan teman-teman satu regu kembali ke pos pembina untuk melapor.
Di dalam tenda, aku menceritakan kejadian-kejadian ganjil yang aku alami sejak kemarin kepada Kristy. "Sudah lah Ga, kamu nggak usah berteman sama anak itu, mungkin dia bukan manusia." Kata Kristy dengan raut muka pucat.
Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00, kegiatan persami resmi ditutup oleh Bapak Ketua Kwarcab. Hari ini adalah hari terakhirku kemah di Sepawon, ini adalah kemah pertama diluar sekolah yang paling mengesankan bagiku. Sebelum pulang aku ingin bertemu dan pamit pada Angga. Kristy yang tahu niatanku berusaha melarang, karena Kristy tahu sebenarnya tempat ini adalah tempat yang angker, tapi walaupun Kristy sudah cerita semua ketakutannya, tetap saja aku tidak mau mengindahkan.
Aku pun mulai masuk ke kebun kopi yang ada di sebelah bumi perkemahan dan memanggil-manggil Angga,
“Angga…Angga… Kamu dimana?” seruku.
Tiba-tiba ada sosok anak kecil yang muncul dari rimbunnya kebun kopi.
“Ada apa kak? Kakak mau pulang ya? Kok kakak tega meninggalkan aku?” kata Angga dengan nada sedih.
“Iya Angga, kakak mau pamit, kemahnya sudah selesai. Aku senang kok bertemu dan kenal sama kamu, tapi aku harus pulang, aku janji kalau ada waktu aku akan mengunjungimu. Selamat tinggal Angga.” Jelasku.
Di perjalanan pulang, ku tanyakan semua tentang Bumi Perkemahan Sepawon dan kebenaran ucapan Kristy pada Bu Sri, tak lupa juga ku ceritakan tentang Angga pada Bu Sri.
“Sepawon (terutama kawasan hutannya) memang tempat yang cukup angker dan banyak mitos yang mengatakan banyak makhluk halus yang berkeliaran di sana. Kalau tentang anak laki-laki itu, saya kurang yakin, karena di tengah hutan tidak ada rumah, dan tidak ada sekolah setingkat SD yang kemah disana, jadi saya rasa dia bukan manusia seperti kita.” jelas Bu Sri.
“Berarti yang selama ini ngobrol dengan aku itu hantu ya?” tanyaku penasaran.
“Iya Mega maka itu kamu harus hati-hati, tapi kamu tidak usah takut dengan anak laki-laki itu, dia tidak akan mengganggumu sampai rumah.” Jelas Bu Sri
“Iya Bu, berarti selama ini aku sudah salah berteman, dan tidak percaya dengan kata-kata Kristy” kataku yang sedang merinding ketakutan.
Aku pun meminta maaf kepada Kristy, “Kris, maaf ya aku tadi sudah gak percaya sama kamu tentang Angga, sekarang aku takut, setelah mendengar cerita Bu Sri.”
“Nggak apa-apa kok, kamu gak usah takut, benar kata Bu Sri, anak itu nggak akan mengganggumu sampai rumah, yang penting kamu rajin beribadah dan berdoa“ jelas Kristy.
Sampai di rumah aku merasa masih takut, tapi aku ingat nasihat Kristy tadi, akhirnya aku berdoa supaya dijauhkan dari mahkluk-mahkluk tak kasat mata.
***TAMAT***
Ilustrasi: Instagram #pramukaindonesia
Ilustrasi: Instagram #pramukaindonesia






nona212 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.3K
Kutip
4
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan