- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pemakai Narkoba di Areal Masjid Raya Medan Akhirnya Ditangkap, Pelaku Lainnya Diburu


TS
luko.belita
Pemakai Narkoba di Areal Masjid Raya Medan Akhirnya Ditangkap, Pelaku Lainnya Diburu

Panit Reskrim Polsek Medan Kota, Iptu AE Rambe (kanan) mengapit tersangka bersama penyidik, Selasa (30/7/2019)
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Tim Pegasus Polsek Medan Kota mengungkap pelaku narkoba yang sering melakukan kegiatan penyalahgunaan dan transaksi narkotika jenis sabu-sabu di areal pemakaman Masjid Raya Al Mashun.
Kapolsek Medan Kota, Kompol Revi Nurvelani melalui Kanit Reskrim, Iptu Ainul Yaqin mengatakan pihaknya masih memburu pelaku lainnya.
Sebab, informasi menyebutkan, tidak sedikit pelaku narkoba kerap menjadikan areal pekuburan masjid raya tempat pesta sabu.
"Ini menindaklanjuti laporan masyarakat. Kita akan terus melakukan penindakan terhadap pelaku yang sering mengonsumsi narkoba di areal pekuburan Masjid Raya. Pelaku lainnya masih kita buru,"ujarnya.
Berbekal informasi warga, katanya, pihaknya langsung melakukan penyelidikan hingga bisa melakukan penangkapan kepada tersangka atas nama Edwin Tanjung (44), warga Jalan Simpanglimun, Medan.
Edwin ditangkap di tempat persembunyiannya Jalan Brigjen Katamso, Gang Asli Medan pada Rabu (24/7/2019) pukul 00.15 WIB.
"Kita duga tersangka ini sebagai pengedar. Kita menyita barang bukti satu paket plastik sisa diduga berisi sabu, satu unit handphone (HP), satu pematik api (mancis), satu set bong, pipa kaca dan sendok pipet.
Dikatakan Yaqin, saat itu pihaknya melakukan penggerebekan terhadap sekelompok terduga pelaku narkoba di areal pemakaman masjid raya. Namun, ketika disergap, pelaku melarikan diri dan dikejar hingga ke Jalan Brigjend Katamso Gang Asli Medan.
Atas perbuatannya, tersangka dijerat UU No 35 tahun 2009 tentang Narkotika dengan ancaman hukuman di atas lima tahun.
Ditanya soal motivasi tersangka mengonsumsi di areal pemakaman Masjid Raya Al Mashun, Yaqin menyebut karena dirasa sebagai lokasi yang aman dan nyaman. Selain gelap tanpa penerangan, areal sakral tersebut juga sepi dari masyarakat umum.
"Karena itu, kita meminta adanya penerangan di areal pemakaian itu, supaya orang lain dapat melihat aktivitas ilegal atau mencurigakan di tempat kejadian perkara (TKP)," ujarnya
https://medan.tribunnews.com/2019/07...lainnya-diburu
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Yak, sudah rahasia umum, seluruh area medan kota adalah arena "MAEN" produk fefek kampung bantaran sei taik deli, seperti kampung badur, kampung aur, kampung sei mati
Gang asli, gang mantri, gang pantai burung, dan gang2 lainnya di jalan brigjen katamso, jalan juanda, jalan multatuli, jalan letjen suprapto, jalan kesehatan, jalan mangkubumi, adalah jalan keluar masuk kampung2 setan bantaran sei taik deli di medan kota/medan maimun
Lewat gang2 ini lah, bocah2 dan pemuda2 hasil beraknak fefek suci 35 trilliun duit pajak dari kampung badur,aur, sei mati, keluar berkeliaran ke kampung2 orang lain di seluruh medan kota, untuk mencuri, memeras, merusak, membegal, jambret,narkoba, selama 3 generasi dari zaman almarhum kakek buyut ane masih bujangan, 3 generasi, saudara saudari sekaskus, dari zaman Alm Mbah Harto masih kumisan item

Dan dalam arung waktu selama 3 generasi turun temurun, lahir lah macam2 geng preman "melayu" aspal, geng preman Meilanyuk marga kubis, geng preman melayu marga haphaphap, geng preman melayu marga pasarsaribu, geng preman chinese marga manala, geng preman cipit marga batudara, geng preman indihe marga tunjang, geng preman indihe marga nabanana, dst
Dimana geng2 ini kemudian diorganisir dan masuk dalam ormas okp medan, menterror warga baik2 dari lahir hingga ajal dari zaman orba
Keluarga2 kepala2 preman dan perampok paling sadis dari kampung2 bantaran sei taik deli,di medan maimun ini, yang menjelma menjadi kepling2, dan sebagian dari ulama2 anti toleransi di medan kota/medan maimun

Memang cukup menggelikan, mengingat keluarga2 setan besar kali deli ini selama 3 generasi menyengsarakan seluruh kota medan dengan banjir, premanisme, begal, rampok, bunuh dan tidak pernah bayar pajak, bebas curi air, bebas curi listrik, rutin menerima bansos dari duit pajak kita, malah masih bisa berteriak "kafir", "thogut" tanpa rasa malu

Bahkan preman2 kampung badur dan aur sering meras duit SPSI, PS,dll ke warga yang renovasi/bangun rumah sambil tanya IMB, terus maki2, padahal rumah para preman ini sendiri tak ada IMB semuanya di kampung badur, aur,sei mati

Dan ulama2 PKSHIT dan gerintrong kali deli ini juga tereak "thogut" berkali kali waktu pilpres barusan lewat, padahal semua warga kampung bantaran sei taik deli tidak pernah bayar pajak, seperti PBB, PPH,dll, malah disantunin dengan uang pajak kita berupa bansos selama puluhan tahun!
Sama halnya dengan ormas okp pemuda makfetak sumut, selalu demo teriak2 transparansi pemerintah, menjerit dan berkoar koar kalau pemerintah musti transparan, tapi lucunya ormas okp ini sendiri tidak transparan, tidak bayar pajak dan tidak mau pembukuan mereka diaudit,ibarat maling teriak maling
Jalur klasik perjalanan hidup putera makpetak bantaran sei taik deli dan rel kereta api :
1.lahir dan dididik dalam keluarga preman
2.seumur hidup disuapin makanan,susu dari hasil meras,parkir, begal, curi,rampok,bunuh alias makan dari duit haram dari saat masih pakai popok hingga dewasa
3. Masuk ormas okp, ikut malak sana sini, tikam sana sini
4. Naik pangkat di ormas,okp
5. Jadi calon anggota DPRDSU/pejabat/bupati/kepala daerah sumut
6. Bim sala bim, menjadi tokoh pemuda sumut,ketua ormas okp A sampai Z, petinggi yang anti korupsi,jujur, bersih, sederhana, tidur di tempat ibadah, blablabla
7. Dan di masa tuanya rajin buat penggalangan dana amal, yayasan amal, tempat ibadah, dll (sekaligus cuci duit, supaya bersih, karena bersih adalah bagian dari iman) prettt
Jalur klasik berulang kali dari zaman orba hingga detik ini, dimana berlangsung lancar, mulus, aman dan kondusif dengan bantuan aparat nya ^-^
Si tanjung yang ditangkap ini merupakan bagian dari kelompok kali deli yang diberi mandat untuk pungli di mesjid raya medan, pungli parkir, pungli duit kebersihan, dll selama puluhan tahun, dan tidak ada satupun imam maupun ulama medan yang berani membicarakan hal ini, lebih doyan maki2 wiwi di pulau jawa, mungkin karena subjek caci maki nya jauh terpisah lautan,sementara preman pungli masjid raya dekat sekali,berada di depan,samping, kiri, kanan mereka

denger2 gosip katanya ada geng preman baru dari kampung bantaran sei taik deli, yang lagi naik daon karena dibeking PP
Hanya nuklir satu2 nya solusi untuk medan/sumut

Waspadai Wabah Petakisme di Propinsi Anda
0
1.4K
8


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan