

TS
pannotia.server
Ingat Permainan Ini, Ingat Kampungku
Ingat Permainan Ini, Ingat Kampungku
Quote:

Hamparan sawah yang luas dan dikelilingi oleh Perkebunan Karet serta Kelapa Sawit yang tak kalah luas adalah gambaran kampungku sekarang dan dulu tahun 90an. Tahun 90an awal adalah masa dimana aku masih SD, masa-masa dimana bermain adalah kegiatan yang dominan dalam sehari-hariku selain bersekolah. Tahun 90an merupakan tahun PLN masih baru-baru dikampungku, sehingga melihat rumah atau halaman rumah orang lain terang benderang merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi kami.
Disisi lain masih ada sebagian anak-anak yang pergi kesekolah dengan telanjang kaki, ataupun menenteng ikan ditangan hasil tangkapan walaupun masih menggunakan seragam sekolah

Membaca sekilas nostalgia tentang kampungku, ga sah rasanya kalau kita ga membahas tentang permainan masa aku dulu anak-anak. Banyak bentuk permainan yang dulu kami mainkan, mulai yang agak berbahaya hingga yang sulit untuk dibuat. Nah, berikut aku akan membahas beberapa permainan yang asik dimainkan menurutku pada masa itu.
Mungkin sebagian orang pembaca merasa heran, masa mainan kok lebah. Awalnya, lebah ini dijadikan mainan karena dianggap merusak, dimana lebah ini suka melubangi tiang-tiang penyangga rumah dan tiang-tiang kandang hewan peliharaan. Makanya lebah-lebah ini ditangkap biar ga merusak dan oleh kami saat itu dijadikan mainan. Cara mainnya sebenarnya gampang saja, cukup dengan mengikat kaki belakang si lebah dengan benang, maka kita akan mengikuti arah terbangnya lebah, kalo mau isengin teman yah tarik benang biar lebahnya mengarah teman kita.
Cara maennya simpel kan sebenarnya, tapi hal yang paling menyenangkan itu adalah proses mendapatkan dan berlomaba lebih banyakan lebah. Untuk mendapatkan lebah, pertama-tama kita harus memanjat rumah atau kandang peliharaan (biasanya lebah kerap membuat lubang di tiang penahan atap) untuk mencari lubangnya. Kemudian kita menutup lubangnya dengan plastik gula lalu kita pukul-pukul sekitar lubang dengan kayu sampai lebahnya keluar. Apabila terdapat lebih dari satu lubang, maka lubang yang lainnya tutup dengan sesuatu agar lebahnya keluar dari lubang yang kita tutup pakai plastik gula tadi.
Ditempatku, lebah ini ada dua warna, hitam dan kuning. Lebah berwarna hitam menyengat layaknya tawon, sedangkan kuning tidak. Maka untuk mengikat kaki lebah yang hitam, kami membuat lubang kecil di sudut plastik, kemudian mengarahkan kaki lebah agar mudah diikat. Permainan ini sering kami lakukan dulu apalagi pas lagi banyak, selain membatu mengurangi serangan lebah kerumah, jelas sangat menyenangkan berlari dan menakut-nakuti teman dengan lebah hitamnya.
Perkebunan karet milik Negara dan milik masyarakat memiliki andil besar adanya permainan ini di kampungku. Permainan ini adalah permainan yang sangat mudah, hanya dengan mengadu dua biji pohon karet. Biasanya setiap orang akan memiliki banyak biji pohon karet untuk diadu. Aturan permainannya adalah dengan menentukan jumlah taruhan, misalnya taruhannya adalah 15 biji pohon karet, maka biji pohon karet siapa yang duluan habis dialah yang kalah. Sebelum diadu, kedua peserta harus suit terlebih dahulu, siapa yang menang suit maka dia yang duluan memukul dan biji pohon karetnya diatas, sedangkan bagi yang kalah suit berlaku kebalikannya.
Ada tiga tips dalam adu biji pohon karet ini. Pertama, pilihlah biji pohon karet yang agak tebal, biasanya kami udah kenal jenis- jenis mana yang agak tebal. Kedua, apabila posisi biji pohon karet kita dibawah, pilihlah biji yang agak lancip permukaannya. Dan yang ketiga, pukullah dengan telapak tangan untuk mengurangi resiko tangan terluka akibat pecahan biji pohon karetnya dibandingkan dengan tangan mengenggam. Permainan ini sering kami lakukan pas jam istirahat, karena sekolahku dulu dekat dengan kebun karet masyarakat. Jika lagi musim permainan ini, dipastikan tas sekolah berisi biji pohon karet, seragam sekolah pasti kotor dan kadang kena getah dari pohon tersebut.
Banyaknya kedai kopi dan pakter tuak di kampungku menjadi tempat para bapak-bapak ataupun anak muda melepas capek setelah seharian bekerja di sawah ataupun ladang. Bagi mereka ngopi ataupun minum tuak serasa ada yang kurang kalau ga merokok. Kebiasaan mereka ini kami manfaatkan dengan mengumpulkan bungkus rokoknya untuk dijadikan mainan. Jika lagi musim permainan ini, aku biasanya sudah bangun jam lima pagi berkeleling mencari bungkus rokok yang berserakan di kedai kopi ataupun pakter tuak.
Permainan ini sebenarnya sangat mudah karena cukup ditendang atau disongket, permainan ini terdiri dari 2 orang atau lebih. Pertama-tama buatlah dua garis sejajar yang jaraknya telah disepakati bersama. Kedua, untuk menentukan siapa yang pertama main, dilakukan dengan menendang atau menyongket bungkus rokok dari saalah satu sisi garis, bungkus rokok siapa yang lebih dekat dengan garis satunya maka dialah yang pertama main dan begitu untuk yang berikutnya. Ketiga, yang menjadi lawan pemain pertama adalah pemain kedua dan demikian juga berikutnya. Pemain pertama berdiri di salah satu garis dan pemain kedua digaris lainnya. Pemain kedua bertugas menangkap bungkus rokoknya layaknya seorang kiper, pemain kedua menendangnya layaknya penendang pinalti. Apabila bungkus rokok yang ditendang pemain pertama melewati garis, maka itu miliknya. Namun apabila berhasil ditangkap pemain kedua maka itu miliknya. Untuk harga satuannya, ditentukan mudah atau susahnya bungkus rokok tersebut didapat. Kalau dulu yang paling mahal itu bungkus rokok Kansas, 555, Djarum, Lucky dan Marlboro dan paling murah adalah Pintu Gerbang.
Permainan ini sebenarnya sudah merata dikenal dan dimainkan oleh anak-anak pada masa dulu. Permainan ini terdiri dari 3 sampai 5 orang setiap satu timnya. Bagi tim yang jaga, harus bisa menangkap peserta tim lain. Sedangkan tim yang lainnya harus mampu melewati penjagaan tim lawan secara bolak balik. Namun, ada hal-hal yang ga biasa menurutku sehingga memasukkan ini kedalam permainan yang selalu mengingatku dengan kampungku.
Permainan ini dimainkan kalau lagi musim liburan caturwulan atau kenaikan kelas. Berbeda dengan daerah lain, permainan ini selalu kami mainkan pada malam hari untuk menikmati masa-masa liburan sekolah. Permainan ini juga sebagai wujud rasa kesenangan kami menikmati masa baru-baru adanya listrik di kampungku. Sedangkang untuk membuat garisnya, kami menggunakan kaki yang diseret dan berjalan tegak lurus. Sedangkan untuk jarak antar garis dihadapkanlah 2 orang pemain yang agak berbadan besar, dimana retangan tangan kedua orang itu harus terpisah sekitar setengah meter. Hal-hal yang beda ini lah yang selalu membuatku mengingat permainan ini.
Persawahan yang luas dan menjadi salah satu lumbung padi di kabupaten kami, menjadikan persawahan menjadi tempat bermain yang luas dikala musim panen tiba. Pada saat aku kecil masa panen hingga masa tanam mulai ada sekitar satu bulan lebih, masa ini kami manfaatkan jadi tempat bermain yang super luas. Bermain layangan adalah salah satu permainan yang wajib kala musim panen tiba. Sambil menggembalakan kerbau, sapi ataupun bebek tidak akan pernah lupa. Pulang sekolah, makan, dan setelah itu cus maen layangan. Kadang pas bermain layang sesekali bermain di jerami, lompat-lompat dan bermain gulat. Kadang kalau sudah bosan layangannya kami adu, layangan siapa yang kalah siap-siap deh hilang dibawa angin. Suasana bermain layangan itu spesial, dan itulah yang membuatnya menarik dan selalu ingat kejadian-kejadian lucu.
Mobil-mobilan adalah permainan terakhir yang paling asik dan paling aku ingat. Soalnya banyak hal yang aku alami mulai dimarahi, hingga dipukul lidi oleh ibu pernah aku rasakan. Permainan ini sering kami mainkan untuk lomba lari sambil mendorong mobil-mobilan, angkat batu dan untuk diadu. Untuk pembuatannya sendiri membutuhkan bahan berupa papan untuk bodi mobil-mobilan, rangka rak piring bekas asroda, besi untuk penghubung roda, ban bekas sebagai per, gagang sapu sebagai pendorong mobil-mobilan, batang pohon waru sebagai ban dan paku.
Proses pembutannya bentuk dahulu bodi mobil-mobilan yang kita inginkan menggunakan gergaji. Setelah dibentuk kemudian paku pada papan persegi sebagai alas (lantai mobil-mobilan). Untuk membuat rodanya untuk depan tempelkan papan yang agak tebal, usahakan bisa diputar. Untuk roda belakang tempelkan papan berbentuk U, kemudian paku lah ban bekas yang dipotong kecil melintang diantara U tersebut. Pasanglah as dari besi tersebut dan paku dengan ban bekas yang dipotong kecil, untuk ban belakang juga sama paku dengan ban bekas juga. Lubangi lah alas mobil-mobilan sebanyak 2 dengan jarak 4cm, dan dekatnya tempel papan yang dipotong kecil sebagai penahan gagang sapu. Dan terakhir paku lah gagang sapu agak di ujung dengan paku besar sampai tembus sebagai pengait tali yang menghungkan ke roda depan agar bisa diputar. Karena permainan ini butuh waktu dan biaya lebih, apabila ga musim lagi maka mobil-mobilan disimpan menunggu musim mobil-mobilan berikutnya.
Demikianlah nostalgiaku sewaktu kecil dengan berbagai permainan yang sering aku mainkan dengan teman temanku. Banyak sebenarnya, tapi inilah yang aku ingat dan selalu bikin ingat kampungku. Terima Kasih
Sumber: pengalaman masa kecil TS
Gambar: tercantum dibawah gambar






swiitdebby dan 4 lainnya memberi reputasi
5
714
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan