Kaskus

News

noldeforestasiAvatar border
TS
noldeforestasi
Menggugat Mobilisasi Nelayan Oleh Pertamina
Menggugat Mobilisasi Nelayan Oleh Pertamina

Pada 12 Juli 2019, sekitar pukul 01.30 WIB, ketika tengah dilakukan re-entry di sumur YYA-1 pada kegiatan reperforasi, muncul gelembung gas di Anjungan YY dan Rig Ensco-67 yang terletak di wilayah operasi Offshore North West Java (ONWJ) yang dikelola oleh PT Pertamina Hulu Energi (PHE).

Empat hari kemudian, muncul lapisan minyak (oil sheen) di permukaan laut sekitar kemunculan gelembung gas. Tumpahan minyak kemudian terlihat di sekitar anjungan pada sehari berikutnya, atau 17 Juli 2019. Tumpahan minyak itu akhirnya mencapai ke pantai arah barat pada 18 Juli 2019.

PHE kemudian memutuskan untuk menghentikan sementara kegiatan di sekitar anjungan YYA dan mengevakuasi kru yang berada di lokasi, demi memastikan tak ada korban jiwa terkait insiden tersebut. Dampak yang ditimbulkan oleh musibah tersebut pun tidak main-main. Saat ini, tumpahan minyak sudah berimbas sejauh 52 mil laut, hingga berdampak ke sebanyak delapan desa di Karawang dan dua desa di Bekasi, Jawa Barat.

Adapun sumur YYA-1 diproyeksi dapat memproduksi minyak sebesar 3 ribu barel per hari (Bph) dan menghasilkan gas 23 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat tumpahan minyak sudah mencapai 51 ribu barel per 29 Juli 2019. Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM ‎Djoko Siswanto bilang, setiap harinya minyak yang tumpah di ‎perairan mencapai ‎3 ribu Bph.

‎"Laporan dari tim di lapangan, kira kira semburan minyak itu sebesar kira kira 3 ribu barel per hari, konstan sejak 12 Juli," ungkapnya seperti dikutip dari Liputan6.com, kemarin.

Sudah dua pekan sejenak kebocoran terjadi, hingga kini PHE belum juga mampu mengatasinya. Direktur Hulu PT Pertamina (Persero), induk usaha PHE, Dharmawan H. Samsu, mengaku saat ini pihaknya masih menggelar investigasi menyeluruh dan mendalam terkait penyebab kejadian tersebut. Namun sejauh ini, Pertamina mengindikasikan terjadi anomali tekanan pada saat pengeboran sumur YYA-1 sehingga muncul gelombang gas dan tumpahan minyak.

Menggugat Mobilisasi Nelayan Oleh Pertamina

Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman mengatakan, bahwa penanganan yang dilakukan saat ini berupa pembersihan area sekitar pantai. Perseroan telah memobilisasi 27 kapal dan 12 set Oil Boom, serta menggandeng sejumlah perusahaan yang memiliki rekam jejak mumpuni dalam mitigasi kebocoran sumur minyak, salah satunya adalah perusahaan asal Amerika Serikat, Boots & Coots.

Pertamina juga telah mengupayakan sosialisasi mengenai dampak kebocoran migas ini dan mengajak masyarakat turut serta dalam penanganan pantai. Salah satu upaya mitigasi adalah upaya pememasangan oil boom di 8 muara sungai, yaitu Sungai Buntu, Muara Cemara Jaya, Muara Pelangi, Muara Singkih, Muara Tangkorak, Pantai Sedari, Tambak Sari, Anak Sungai Sedari dengan melibatkan masyarakat setempat.

Nelayan Karawang pun dilibatkan untuk membersihkan tumpahan minyak di laut sekitar Karawang. Sekretaris Kolompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Karawang, Sahari, mengatakan pelibatan nelayan tersebut merupakan bentuk kepedulian masyarakat. Pertamina memberikan kompensasi berupa biaya operasional berdasarkan kesepakatan bagi nelayan yang terlibat pembersihan tumpahan minyak.1

Kebijakan PHE dalam penanganan tumpahan minyak yang melibatkan nelayan Karawang, dikritik oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi). Direktur Eksekutif Walhi Jawa Barat, Meiki W. Paendong, mempertanyakan peralatan keselamatan bagi nelayan yang bekerja membersihkan tumpahan minyak hingga ganti rugi untuk warga terdampak.

"Kalau kawan kawan cek di lapangan itu bisa kita lihat, Kalau tim Pertamina kan pakai baju hazard, sementara kalau nelayan ini dibiarkan seadanya yang penting itu terangkut," tegasnya.

Menggugat Mobilisasi Nelayan Oleh Pertamina

adahal, aktivitas pembersihan yang harus dikerjakan para nelayan tersebut cukup berat. Pengakuan koordinator pekerja yang berada di sekitar pesisir menyebutkan, nelayan yang bekerja mengangkut tumpahan minyak bisa membersihkan sekitar 60 karung limbah minyak dalam sekali angkut. Adapun bobot 1 karung minyak berkisar 36 kilogram.

"Kalau ditotal ada sekitar 340 karung dalam sehari oil spill yang mereka angkut dari laut ke darat yang nantinya ditampung," kata Meiki.

Pertamina juga belum memberikan kompensasi untuk warga sekitar yang mata pencahariannya terganggu atau hilang imbas tumpahan minyak. Pertamina juga disebut belum melokalisir daerah terdampak mengingat daerah tersebut berbahaya. "Warga masih bebas masuk, dan ini juga seharusnya jadi perhatian Pertamina."



Acuan:


https://tirto.id/kronologi-kebocoran...pertamina-ee3T

Nelayan Ikut Bersihkan Laut Karawang Dari Tumpahan Minyak Pertamina
Diubah oleh noldeforestasi 30-07-2019 17:24
0
1.6K
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan