Kaskus

Story

DharryzoneAvatar border
TS
Dharryzone
Pengharapan Seorang Ibu
Percayalah, aku adalah serpihan hatimu, harus bagaimana lagi, agar kau percaya, segala yang kulakukan adalah untukmu.

***

Malam telah beringsut, berganti pagi dengan rona kuning di ufuk timur. Dingin masih menusuk hingga tulang, namun kaki harus tetap melangkah menyusuri jalan setapak. Sedikit terhuyung, karena sayuran di balik selendangnya harus sampai di pasar wates, sebelum pukul enam pagi.

Pakaian yang ia kenakan pagi itu, tak berbeda dengan hari-hari sebelumnya, tak ada baju hangat, hanya setelan jarik dan kebaya serta kerudung panjang yang ia lilitkan di kepala. Peluh mulai membasahi, sekitar dua kilometer lagi ia harus berjalan, melangkahkan kaki tanpa alas, jelas hanya orang istimewa yang mampu melakukannya.

***

"Emaaak, enting lapar, kenapa tidak ada lauk enak yang bisa emak sajikan! Setiap hari rebusan daun singkong sama ikan asin, bosen aku mak!"

Enting, anak semata wayangnya emak. Ia dibesarkan dalam kehidupan yang 'menurutnya' serba kekurangan. Ia tak lelah, setiap hari mengeluh pada kemampuan ibunya, yang 'menurutnya' hanya bisa mencari kulup sawah dan sesekali buruh nyuci di rumah tetangga.

Menanggapi segala keluhan itu emak hanya tersenyum dan menasehati enting, bahwa sejatinya hidup adalah tentang rasa syukur. Hanya manusia yang bersyukur, yang hidupnya bakal tentram dan bahagia.

***

Usia enting kini telah duapuluh tahun, ada seorang pemuda datang berniat mempersuntingnya. Emak menyerahkan keputusan itu kepada enting.

***

Prosesi ijab kabul pun digelar, enting dan suaminya nampak bahagia, di antara keramaian itu ada air mata yang mengalir deras. Emak enting menangis tersedu.

Emak teramat bersyukur, sejak kejadian beberapa tahun lalu yang menimpa enting, ia tak lagi menjadi anak yang pemarah. Hikmah luar biasa yang emak dapati, setelag musibah besar kala itu.

Slide demi slide berputar kembali dalam ingatan emak,

Seperti biasanya, selepas sholat subuh, emak bersiap berangkat ke pasar. Sekarung sayur telah ia siapkan. Melepas sandal dan meletakkannya di sudut ruangan, mengambil selendang tua yang telah setia menemani hari-hari emak.

Suasana jalanan cukup ramai pagi itu, seperti biasa saat bulan ramadhan tiba, stelah sholat subuh, para pemuda dan beberapa anak-anak berjalan menyusuri jalanan desa yang tak lagi berbatu, saling berkisah tentang sahur pertama, dengan aneka menu yang ibu mereka siapkan.

Mendengar itu, hati emak membeku. Sekuat tenaga ia menekan rasa ngersulo karena harus hidup pas pasan, bahkan tak jarang, cukup sejumput garam untuk menemani nasi putih yang ia masak.

"Enting ... Maafkan emak nak, meski selama ini emak belum bisa menuruti
Segala pintamu, semoga engkau tahu, nak. Di lubuk hati emak, selalu terselip doa untuk kehidupan yang lebih baik.'

Emak bergegas melanjutkan perjalanan ke pasar. Pagi itu, untuk pertama kalinya, emak berani bermimpi tentang sebuah kehidupan yang berkecukupan.

***


doctorkelinciAvatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan doctorkelinci memberi reputasi
2
306
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan