irmalfiyantiAvatar border
TS
irmalfiyanti
Meraup Keuntungan Lebih Besar Jualan Sarang Burung Walet di China
Spoiler for untung:



Kita pasti pernah mendengar makanan sup sarang burung walet atau es sarang burung walet? Kedua menu ini merupakan menu paling populer dari olahan sarang burung walet.


Menu sarang burung walet bisa dikatakan sebagai makanan mewah karena harganya yang cukup tinggi. Selain karena sulit untuk ditemui, harga yang tinggi kemungkinan juga disebabkan oleh banyaknya manfaat sarang walet untuk kesehatan.


Jumlah sarang burung walet yang sedikit di pasaran dan permintaan yang semakin meningkatpun membuat harga sarang burung walet terus meninggi. Harga sarang burung walet hasil budidaya harganya mulai dari Rp14 juta per kilogram (kg), sedangkan sarang burung walet yang berasal dari alam, harganya bisa mecapai hampir Rp40 juta per kg. Tidak heran jika makanan olahan sarang burung walet dihargai ratusan ribu rupiah per porsinya.


China merupakan salah satu negara yang penduduknya terkenal sangat suka mengkonsumsi olahan sarang burung walet. Sayangnya, Indonesia sebagai salah satu negara penghasil sarang burung walet hanya diberikan kuota impor yang terbilang sangat kecil, hanya 150 ton dalam per tahun.


Sudah begitu, Indonesia hanya mampu merealisasikan 50% dari kuota ekspor sarang burung walet ke China, lantaran masih banyak produk Tanah Air yang dinilai belum memenuhi standar yang diminta Negeri Panda.


Padahal, menurut pengakuan Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPBSI) Boedi Mranata, produksi sarang burung walet Indonesia setiap tahunnya mencapai 1.500 ton. Dari volume tersebut 99% di antaranya diekspor ke berbagai negara.


“Dari sekitar 1.400 ton itu, sebenarnya ujung-ujungnya semua dikonsumsi oleh China. Namun, hanya 5% di antaranya yang tercatat di Indonesia sebagai produk ekspor langsung ke China. Sisanya dijual secara mentah atau diselundupkan ke Vietnam dan Hong Kong,” ujarnya seperti dilansir dari Bisnin.com, baru-baru ini.


Bisnis


Data PPBSI menunjukkan, ekspor produk sarang burung walet yang tercatat secara resmi menuju China mencapai 70 ton pada 2018. Volume itu naik dari 2017 yang mencapai 52 ton dan pada 2016 sebesar 23 ton.


Angka tersebut tentunya masih sangat jauh di bawah kuota ekspor produk sarang burung walet yang diberikan Pemerintah China per tahunnya yang mencapai 150 ton. Akibatnya, devisa hasil ekspor yang diperoleh dari Negeri Tirai Bambu melalui komoditas tersebut tidak maksimal.


Hal itu disebabkan oleh produsen Indonesia yang lebih gemar mengekspor produk mentah sarang burung walet menuju ke Vietnam dan Hong Kong, dengan harga jual berkisar US$5—US$30 per kg. Harga tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga rata-rata penjualan di China yang mencapai US$700 per kg.


Hal itu terjadi karena, syarat ekspor menuju ke Vietnam dan Hong Kong lebih longgar dibandingkan dengan di China. Di China, syarat untuk mengekspor sarang burung walet, harus berbentuk makanan siap olah dan memenuhi beragam ketentuan. Berbeda dengan di Vietnam dan Hong Kong yang mau menerima sarang walet dalam bentuk mentah atau kotor.


Demi membuka peluang yang lebih besar, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat ini sedang melakukan kunjungan kerja ke Beijing dan Shanghai, China pada 17 hingga 23 Juli 2019. Kunjungan ini dalam rangka melobi Pemerintah China, khususnya General Administration of Custom China (GACC) untuk lebih membuka dan memudahkan ekspor sarang burung walet indonesia.


Pelaksana Harian Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Veri Anggrijono bilang, salah satu hal yang menjadi tantangan dan kendala dalam ekspor sarang burung walet ke China adalah soal standardisasi.


Untuk masuk ke pasar China, produk sarang burung walet Indonesia harus melalui protokol persyaratan kebersihan, karantina, dan pemeriksaan untuk importasi oleh otoritas China. Selain itu, diperlukan sertifikasi Certification and Accreditation Administration of the People's Republic of China (CNCA). "Pak Menteri Perdagangan sedang di China buat lobi agar standar bisa dikurangi atau tenaga peternak kita bisa pelajari sehingga mereka produksi bisa sesuai," ujar Veri.


Salah satu cara untuk meningkatkan nilai jual adalah memperbaiki kemasan. Ke depan, Veri mengatakan ingin mendorong pengusaha untuk memproduksi makanan dan minuman yang terbuat dari sarang burung walet. Tidak hanya akan mendorong nilai ekspor, pengolahan sarang burung walet diharap akan berdampak pada pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM).


"Karena produksi ini juga merekrut sumber daya manusia yg bagus. Bayangkan, 21 perusahaan yang sudah eksis ini melakukan kegiatan ekspor, selain meningkatkan devisa negara juga dapat merekrut tenaga kerja," terang dia.


Akhir pekan lalu, Kemendag melepas ekspor 10 ton sarang burung walet ke China bernilai kurang lebih Rp500 miliar. China merupakan negara tujuan utama ekspor sarang burung walet Indonesia pada 2018 dengan total ekspor US$139,8 juta.


Hingga April 2019, ekspor komoditas ini ke China tercatat sebesar US$40,18 jutu dengan volume 21,32 ton, atau naik 6,56% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 20 ton. Selama lima tahun terakhir (2014 hingga 2018), ekspor komoditas ini menunjukan tren positif, yaitu 30,62%


Tribunnews

Spoiler for mantul:
0
2.7K
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan